Welcome to my world,Im 유나ArataJJ admin @KBPKfamily ,author &a someone who likes to fantasize.. Thank for visit ^^

Sabtu, 16 April 2011

FAKTA TENTANG LEE JUN KI


~ Jun Ki tidak berpikir matanya 100% sempurna
*padahal menurutku matanya tu indah banget,, asli bebas oplas lagi,, waaa perfect sichh,,hehehe*kidding*

~ Jika dibandingkan dengan beras, jun ki lebih suka makanan cepat saji
*koq lebih suka fastfood ya,, tahu g’ according movie which I’ve seen,, kebanyakan fastfood g’ higiens, kelihatannya emang higiens tp padahal g’ juga lhoo ,,, klo g’ salah filmnya jdulnya fastfood yang main avril lagvine lhoo, hehehe* okay come back to the topic,, lanjut..

~ Bandingkan dengan karakter panas, Jun Ki bukan starrs sebagai karakter unik.
*untuk yang ini no coment*

~ Jun Ki memiliki pemikiran tentang berakting dalam drama karena dia suka bertindak.
~ Jun Ki pernah berfikir untuk kembali ke masa lalu lhoo
*hmmm….pasti karena dimasa lalu ingin bertemu dengan aku,wkwkwkwk*

~ Ada saat-saat ketika fans Jun Ki yang tidak memahaminya.
*hiks..hiks.. aku akan mencoba untuk selalu memahamimu koq(di pelototin jun ki fans)*

~ Jun Ki pernah membayangkan suatu hubungan yang romantic dengan para fansnya
*hayooooo.. dengan siapa itu????*

~ Jun ki tidak keberatan apabila penggemarnya yang umurnya lebih muda darinya menggunakan bahasa santai dengan dia
*hmmmmmm,, pengertian bgt yaa*

~ Jun Ki tidak merasa malu ketika memikirkan kembali waktu2nya yang tidak bahagia

~ Dibandingkan dengan teman2nya Jun ki lebih menyukai lawan jenis(mungkin maksudnya lebih memilih pacar kali ya)

~ Ketika diminta untuk berkata jujur tentang penampilannya, Jun Ki tidak senang dengan penampilannya
*lho knp??? Padahal kan selalu tampil good looking lhoo*

~ Bila melihat di cermin, jun ki bukannya berfikir bahwa dia itu hot,, tp malah berfikir kalau dia pretty alias cantik
*hmm.. u r our pretty boy jun*

~ Jun Ki percaya pada cinta pada pandangan pertama.
*waa.. so sweet, cba klo aaq yg dipandang pertama kali,,*ngarep.com*

~ Sebagai seorang aktor, Jun Ki berpikir bahwa keterampilan bertindak adalah yang terpenting
*iyya donk, dr pada kena paparazi pas g’ bgus,, *

~ Karakter Jun ki waktu dia masih sekolah tidak sama dengan karakternya di fly daddy fly.
*hmmm,, kan disitu Cuma acting*

~ Jun Ki menyumbangkan ₩ 20.000.000 untuk keluarga miskin saat Mid Autumn Festival pada tahun 2006.

~ Jun Ki menyumbangkan 70.000.000 ₩ untuk Korea Youth Centre pada tahun 2006.

~ Jun Ki ditempatkan sebagai seorang penyanyi paling berhasil No.1 dengan tingkat
dukungan sebesar 33,8%.



cre: KBPKfamily
Read More

“SPRING IN LOVE 18”



“SPRING IN LOVE 18

“umma, dari mana saja umma semalam?”tanya Frans pagi itu.
“em..., maafkan Umma Frans, semalam ada bisnis di luar kota...”kata Lina beralasan sambil meletakkan sarapan pagi.
Frans tak melanjutkan pertanyaannya ketika Bella turun dan telah siap dengan seragamnya.
“Umma...?”ucap Bella yang ingin bertanya namun diurungkannya niatnya itu.
“kau sudah siap Bella? Bukankah kau tidak ada piket hari ini?”Lina menatap jam dinding kemudian menatap Bella heran.
Bella duduk di salah satu sudut lalu memakan sarapan paginya,”tidak umma, aku hanya ingin berlatih basket...”.
“oh...baiklah...,kau lihat Linda dan Dhicca? Apa mereka sudah bangun?”
“kak Dhicca sudah, tapi kurasa kak Linda belum...”jawab Bella singkat dan memakan sarapannya dengan terburu-buru.
5 menit kemudian Bella meletakkan sumpitnya dan beranjak meninggalkan ruang makan.
“sudah mau berangkat?”tanya Rindi sambil menguap lebar.
“ne,ahjumma...”jawab Bella singkat lalu mengambil bola basketnya,”umma aku berangkat...”Bella bergegas keluar dan berpapasan dengan Taemin yang baru datang.
“ada apa dengan Bella?”tanya Lina pada Rindi.
Rindi menguap sekali lagi dan duduk di sudut yang di tempati Bella tadi,”kurasa dia sedang jatuh cinta kak, Ji Young ku rasa kau sempat mengenalnya, tetangga Bella yang tiba-tiba menghilang entah kemana itu kembali, kurasa itulah penyebabnya...”.
“m...”Lina mengangguk mengerti lalu kembali ke dapur.
“kak, kakak belum cerita kemana kakak semalam?”ungkit Rindi lalu meminum yogurt susu.
“...”Lina sempat terdiam lalu berkata setengah berbohong,”ada urusan dengan pelanggan,oh iya Rindi gomawo kau sudah merawat Tsatsa...”.
“tidak apa kak, kurasa Kim Bum juga layak mendapat ucapan itu, dia baru pulang setelah demam Tsatsa turun...”ucapan Rindi terhenti saat suara berisik berasal dari tangga terdengar.
“Linda...”tegur Lina, saat Linda terjatuh dari tangga.
“aduh umma, mian...huhu sakit....,kyaaaa sudah jam segini...”Linda mengusap pantatnya lalu bergegas berlari menuju kamar mandi namun Frans masih di dalam,”umma siapa di dalam?”tanya Linda dengan terburu-buru.
“Frans sedang mandi...”jawab Lina sambil menatap heran anaknya.
“ada apa denganmu? Pagi-pagi sudah membuat keributan...”ucap Rindi setengah menyindir.
“aish..., kak kumohon cepat lah...kakak...”pekik Linda sambil memukul pintu kamar mandi dengan keras.
“Linda...”tegur Lina.
Rindi tersenyum sinis lalu berkata,”dasar biang keributan...”
“ya..., ahjumma, jangan mengataiku....”ponsel Linda tiba-tiba berbunyi,dengan kesal Linda mengangkatnya,”ya...,ne ara ara..., ish... aku akan segera datang..., cerewet sekali kau!!!aku akan segera DATANG!!!”Linda berteriak kencang lalu menutup ponselnya dan kembali mengetuk keras kamar mandi.
Lina menggeleng heran lalu melanjutkan aktivitasnya ketika seseorang datang.
“nyonya ada yang mencarimu...”ucap Taemin.
Lina mengerutkan alisnya heran,”siapa?”
“entahlah..., seorang laki-laki...”jawab Taemin lalu kembali ketempat kerjanya.
“siapa? Kekasih kakak?”tebak Rindi dan membuat teriakan Linda berhenti.
“umma..., kau..”
“ish... apa maksud kalian? Bukan itu pasti pemesan bunga...”Lina meletakkan panci yang di bawanya lalu bergegas keluar.
“ahjumma..., sejak kapan umma...”
Rindi mengangkat bahunya,”entahlah aku hanya menebak...”
Pintu kamar mandi terbuka, dengan santainya dia berjalan kembali kekamarnya sementara Linda masih termenung tanpa menyadari Tsatsa yang tiba-tiba masuk dan mengunci pintu kamar mandi.
“ya..., kau idiot? Frans baru saja keluar...”tegur Rindi yang membuat Linda terpekik.
“HYAAAAAAAAA....., heeeeiiiii....”Linda terus berteriak, membuat Rindi menjauh dari ruangan itu.

“kau...”ucap Lina, pada Hyung Joon yang menemuinya pagi itu.
“jangan salah sangka padaku, aku tau alamatmu dari kartu nama yang tertinggal di rumahku...”ucap Hyung Joon beralasan.
Lina menatap aneh pada Hyung Joon, lalu berdeham ringan,”ada perlu apa kau datang ketempatku sepagi ini?”
“kurasa kau masih tak percaya padaku,haish..., sudah ku bilang pada Herlina agar menemuimu sendiri..”omel Hyung  Joon pada dirinya sendiri,”baiklah...baiklah...,ini...” Hyung Joon menyerahkan selembar undangan pada Lina.
“apa ini?”tanya Lina tak mengerti.
“bacalah...”
Lina menurut dan membacanya, Lina termenung dan tak dapat berkata.
“bibi yang menyuruh kami untuk menyerahkan padamu, semalam dia melihatmu dan ku fikir dia tak menyukainya...”ucap Hyung Joon kurang enak pada Lina yang terdiam membisu,”kau bisa saja tak usah datang jika kau ingin...”
Lina masih terdiam hingga Hyung Joon terpekik kesal.
“ya..., jika kau tak terima, jangan mengacuhkan ku seperti ini...”ucap Hyung Joon kesal.
“a...ani..., kurasa aku ... aku akan datang...”Lina menyeka air matanya yang akan tumpah.
Hyung Joon menatap Lina dengan pandangan kasihan,”kau tak usah memaksakan dirimu, jika kau tak bisa melihatnya...”
“tidak..., justru itu yang di inginkan ibu...,aku tak akan kalah..., aku akan mencoba sekali lagi, aku tak akan menangis bila Hyun yang mengatakan sendiri dia tidak menginginkanku, aku akan berusaha sekali lagi....”tekat Lina sambil menggam surat itu dan menatap Hyung Joon dengan yakin.
Tsatsa terduduk di beranda kamarnya mendengar percakapan Lina dan tersenyum sinis tak percaya.

Dhicca turun ke meja makan dengan wajah kusut. Dhicca tak menjawab dan meletakkan kepalanya di meja lalu tertidur.
“apa yang kau lakukan?”ucap Frans sambil memegang kening Dhicca,”omo..., kau panas?”
“tidak aku hanya...”Dhicca berusaha berkilah namun Frans langsung menuntunnya ke kamar.
“Frans ada apa?”ucap Rindi yang bersiap akan pergi.

“ahjumma, tolong bantu aku..., Dhicca panas...”pinta Frans. Keduanya membawa Dhicca ke kamar,”aku akan mengambil obatnya dulu...”
“ada apa denganmu Dhicca? Ini akibat berendam semalaman...”omel Rindi, sambil menyelimuti Dhicca.
“mianeyo ahjumma...”ucap Dhicca merasa bersalah.
“ara...., Tsatsa baru sembuh sekaran kau...”
“jangan khawatir ahjumma..., bagaimana dengan kening ahjumma?”tanya Dhicca balik.
Rindi memegang keningnya,dan menghela nafas ringan,”aku akan libur dan mengurusmu...”Rindi akan mengambil ponselnya ketika Dhicca menahannya.
“jangan ahjumma, aku akan baik-baik saja..., ahjumma pergi saja kuliah...”
“kau gila..., siapa yang akan mengurusmu? Ummamu akan sibuk...”bantah Rindi.
Dhicca menggeleng,”aku tak apa sungguh setelah minum obat dan istirahat aku pasti sembuh...”Dhicca berusaha meyakinkan.
“araso...”Rindi mengalah dan membatalkan niatnya,”aku akan menyuruh Ochy saja..., kau tidurlah kakakmu akan segera membawakan obat untukmu...”
Dhicca mengangguk lalu tersenyum.
Rindi meninggalkan kamar Dhicca dengan sedikit tergesah berpapasan dengan Frans yang membawakan obat untuk Dhicca.
“minumlah, aku akan berangkat dulu, istirahat dan jangan banyak bergerak, aku akan mengantarkan suratmu...”perintah Frans lalu meninggalkan kamar Dhicca.
Dhicca meminum obatnya, lalu menyeka mulutnya dan mengingat kejadian menyebalkan itu,”aishhh...,kenapa aku harus mengingat orang itu...., menyebalkan...”ucap Dhicca marah lalu menghentakkan dirinya ke kasur dan menutup tubuhnya rapat dengan selimut.

“aishhh..., kau menyuruhku pagi-pagi seperti ini untuk membolos?”herdik Linda, saat Jun Ki memaksanya mengikuti pemotretan.
“...”Jun Ki tak menjawab dan mengenakan kostumnya tanpa memperdulikan ocehan Linda.
“hei...”
“itu kewajibanmu sebagai bodyguard...,atau aku harus...”Jun Ki menatap jahil pada Linda.
“ara ara..., aku mengerti TUAN!!!” ucap Linda Jengkel dan duduk disudut ruangan ganti.
Jun Ki tersenyum menatap Linda.

“kakak...”ucap Bella, menghampiri Ji Young.
“kau, pagi sekali?”tanya Ji Young heran,”kau tak sakit kan?”
Bella menggeleng kuat,”anio..., aku sehat...,m...aku sedang berlatih basket..., kakak ingin melihatnya?”tanya Bella antusias.
“kurasa, tapi pekerjaanku sangat banyak...”
“baiklah, baiklah...”kata Bella kesal, Ji Young tersenyum lalu mencubit pipi Bella dengan gemas.
“kau seperti anak kecil kau tau...”
Bella melepaskan cubitan Ji Young dengan tersentak,”aku bukan anak kecil lagi kakak tau, aku sudah berumur 16 tahun...”.
“baiklah..., kurasa aku agak membuatmu marah...”
Bella menghela nafas, dan berbalik pergi namun langkahnya terhenti dan kembali berbalik,”kak...., maukah kakak menonton pertandinganku seminggu lagi?”
Ji Young tersenyum sesaat lalu mengangguk,”baiklah...”
Bella berbalik dan tersenyum, lalu melangkah riang dan melambaikan tangan sambil berkata,”aku tidak marah dasar kakak penipu...”
Ji Young tersenyum sambil menatap ke arah Bella.
Dari jauh seseorang menatap marah keduanya.

“annyeong...”ucap Jong Hun yang menjemput Rindi.
Dengan wajah bersemu merah Rindi masuk ke dalam mobil Jong Hun yang telah siap terbuka,”annyeong..., kau...”
“aku sengaja menjemputmu..., bagaimana lukamu?”tanya Jong Hun penuh perhatian.
Rindi menggeleng,”tidak apa-apa...,kurasa sebentar lagi juga sembuh...”yakin Rindi.
“tak apa kau datang ke...”
Rindi tersenyum,”aku yakin, dan  aku tak ingin menjadi seorang pecundang...”
“baiklah..., aku percaya padamu...”Jong Hun balas tersenyum pada Rindi.

“Frans-chan bagaimana?”tuntut Shanta,”hari ini kau harus mengajarinya, bibiku sudah menuntut karna nilai semester sepupuku tak sesuai yang di harapkan...”
Frans masih menimbang lalu mengangguk,”baiklah...”
“sebenarnya siapa sih sepupumu?” tanya Du Jinai.
“kalian mengenalnya hanya saja aku tak ingin orang lain tau, karena akan gawat bagiku...”ucap Shanta penuh rahasia.
“pabo...”maki du Jinai dan membuat Frans tertawa saat Shanta berusaha menarik Du Jinai yang menjauh.
Frans yang termenung, tak menyadari sekelompok orang ke arahnya.
“kau Frans Chan?”ucap seorang wanita dengan suara dingin.
Frans menatap lalu mengangguk,”ada apa?”tanya Frans pelan.
“ikut kami...”perintahnya lagi. Frans sempat ragu tak ingin menuruti tiba-tiba di tarik seseorang dengan sedikit kasar.

“Rindi..., syukurlah kau sudah sehat, ku dengar kau cidera gara-gara artis itu...”pekik Kim Aruna pagi itu.
Rindi tersenyum lalu menatap Jong Hun yang akan meninggalkan halaman kampus.
“kau, dan Jong Hun? Jadi... jadi benar? Kau kau...” kata Kim Aruna tak percaya.
“apa yang kau dengar?” Rindi berjalan ke dalam kampus yang telah di penuhi orang berkumpul di depan siaran pengumuman. Rindi terdiam menatap ke arah monitor siaran, fotonya dan Jong Hun di tengah hujan terpampang di mana-mana.
“a...aigo... apa ini?!”pekik terkejut Kim Aruna.
“itu dia!!!! Dia wanita penggoda itu...”ucap seorang wanita menatap Rindi dengan marah.
“ya!!! Ayo Fans Jong Hun kita beri wanita tak tau diri ini pelajaran...”sahut wanita lain.
“Rindi cepat lari...!!!”pekik Kim Aruna menarik Rindi yang tak dapat berkata,”Rindi ayo...”
Rindi menurut dan keduanya berlari tanpa arah menghindari amukan para fans Jong Hun yang marah pada Rindi.
“bagaimana ini?”ucap Kim Aruna, keduanya bersembunyi di ruangan penyimpanan alat-alat pembersih.
“ke kenapa ada foto-foto itu...”ucap Rindi tak percaya.
“percuma saja kau mengeluh Rindi, fans Jong Hun marah dan sepertinya ingin membakarmu hidup-hidup, sekarang fikirkan cara agar kita bisa kabur...”kata Kim Aruna menenangkan.
Rindi masih memikirkan kata-kata Kim Aruna ketika seseorang memaksa membuka pintu tempat mereka bersembunyi.
“bagaimana ini...”ucap Kim Aruna ketakutan.
“Rindi berfikir keras lalu menatap sekeliling mencari jalan keluar,”ikuti aku...”ucap Rindi.

“Tsatsa..., umma masuk ya?” ucap Lina sambil membawa nampan berisi bubur.
Tsatsa berpura-pura tertidur, Lina hanya tersenyum dan membelai kening anaknya. Tsatsa menahan tangan Lina di keningnya dan menatap Lina penuh keingin tahuan.
“Umma..., aku ingin bertanya padamu...”ucap Tsatsa berusaha menahan nada bicaranya.
“ne Chagiya...”ucap Lina sambil tersenyum. Tsatsa duduk dan menunduk sesaat lalu kembali manatap Lina.
“...”Tsatsa diam sesaat, hatinya ragu antara ingin bertanya atau tidak.
Lina kembali tersenyum,”ada apa Chagi? Apa yang ingin kau tanyakan?”
“umma..., umma harus mengatakan jujur pada Tsatsa...”
“...”Lina terdiam ragu menatap Tsatsa.
Tsatsa menghela nafas sekali lalu menggeleng,”tidak jadi umma, lain kali saja...”.
“ada apa?”tanya Lina penasaran.
“tidak umma aku hanya merasa pusing...” Tsatsa beralasan.
“baiklah, kau harus istirahat okey....,Dhicca sakit jadi umma harus merawat kakakmu...”Lina mengusap lembut kepala Tsatsa lalu berjalan keluar meninggalkan Tsatsa yang menatap cemburu.

“38,5 derajat, h...kalau begini kau tak bisa masuk sekolah sayang...”ucap Lina sambil  mengukur suhu tubuh Dhicca.
“maaf umma, ini karena aku terlalu lama berendam..”ucap Dhicca merasa bersalah.
“jangan khawatir, tidurlah yang tenang, umma akan mengantarkan surat izinmu dulu, jangan lupa buburnya di habiskan...”Lina meninggalkan kamar Dhicca.
Perlahan Dhicca tertidur oleh pengaruh obat.
Tak lama Dhicca merasakan tangan lembut membelai keningnya lembut. Perlahan Dhicca membuka matanya dan terpekik kaget,”ka...kau kau ada di sini?”
“oh sudah bangun..., tak ada orang di depan dan pekerjamu menyuruhku masuk saja...”ucap Dong Wook dengan cuek.
“ka...kau...”
Dong Wook mengeluarkan sebuah buku dan menyerahkannya pada Dhicca,”itu untukmu..., coppyan catatan pelajaran hari ini, kalau kau tidak membutuhkannya kau bisa membuangnya...,lalu aku ke sini ingin meminta maaf padamu...”kali ini wajah Song Wook bersemu merah.
Dhicca terdiam sejenak lalu menghela nafas pendek dan tersenyum,”Gomawo..., akan ku gunakan sebaik-baiknya..., sekali lagi gomawo...”.
Dong Wook memalingkan wajahnya lalu mengangguk pelan,”sama-sama...”jawabnya,”lalu soal semalam...”
Dhicca kaget dan bersembunyi di balik selimutnya,”ja...jangan di fikirkan..., itu hanya kecelakaan...”kata Dhicca gugup.
“tidak dengarkan aku, bagiku itu bukan kecelakaan...”ucap Dong Wook menarik lengan  Dhicca hingga keduanya saling bertatapan,”aku tau selama ini kau menyukai kakakku dan selalu memperhatikan kakakku, tapi meskipun begitu aku suka, aku menyukaimu Dhicca...”
Tak ada jawaban dari Dhicca yang diam terkejut, degup jantungnya berpacu kencang saking gugupnya.
Dong Wook melanjutkan kata-katanya,”aku tak butuh jawabanmu sekarang, aku ingin kau menjawabnya setelah mengenalku...,hari ini aku ingin mengatakan itu padamu, aku tak bisa menyimpannya terlalu lama...”
Dhicca tertunduk menahan malu, jantungnya berdegup kencang. Perasaan lain menyelimuti hatinya perasaan aneh yang sangat menyesakkan.
“a..aku...”kata Dhicca ragu.
“Dhicca...”pekik seseorang sambil mengetuk pintu kamar Dhicca.
Dhicca bangkit terkejut mendengar suara di kenalnya,”gawat ayo cepat bersembunyi...”bisik Dhicca sambil menarik Dong Wook ke lemari besar miliknya dan Linda. Keduanya bersembunyi di dalam lemari itu hingga Kim Auley masuk dan tak mendapati Dhicca di kamarnya lalu berbalik pergi.
Di dalam lemari keduanya terdiam, Dhicca dapat merasakan degup jantung Dong Wook yang tak sengaja di peluknya untuk menahan agar dia tak terjatuh. Keduanya saling terdiam cukup lama hingga Dhicca menyadari dan berdiri bangkit.
“mi...mianhe...”ucap Dhicca,keduanya lalu keluar dari lemari itu. Wajah Dhicca yang bersemu merah membuatnya tampak lucu.
Sementara Dong Wook tak dapat berkata apa-apa dan hanya terdiam.
“aku akan menemui Auley dulu...”Dhicca meninggalkan Dong Wook di kamarnya dan menemui Kim Auley yang menunggu di ruang tamu.
“Dhicca..., dari mana saja?”ucap Kim Auley.
Dhicca berusaha menutupi kegugupannya,”aku ada di kamar Tsatsa tadi, mian...”ucap Dhicca.
“m...aku hanya ingin mengantarkan tugasmu yang kemarin...”ucap Kim Auley,”maaf ya aku terburu-buru..., aku harus mengantarkan paket ke rumah bibiku, aku akan pulang dulu..”
Dhicca mengangguk,”Gomawo...”
“m..., jangan sungkan..., istirahatlah... aku pulang dlu..., oh iya Dhicca...ada yang ingin k katakan padamu...”langkah Kim Auley tertahan.

“a...apa?”
“aku, menyukai Dong Wook, ku rasa dia sangat manis..., dia sangat keren bagiku saat dia membawaku ke klinik..., aku malu, tapi aku harus mengatakannya padamu sebagai temanku...”kata Kim Auley lalu cepat-cepat memasang sepatunya dan berjalan keluar sambil melambaikan tangan pada Dhicca yang diam terduduk.
Tak lama Dong Wook turun bersiap akan pulang. “aku akan pulang, aku tak ingin membuatmu semakin sakit kembalilah tidur...” ucap Dong Wook sambil memasang sepatunya, ketika itu Kim Auley tiba-tiba kembali dan menatap kaget Dong Wook di rumah Dhicca.
Kim Auley menatap dingin Dhicca dan bertanya kaku, “Dhi...Dhicca..., kenapa Dong Wook di sini?”

“aku hanya pulang sebentar karena saudaraku sakit kau cerewet sekali...”ucap Linda, diam-diam dia kabur dari Jun Ki setelah mendengar Dhicca sakit. Dia menutup handphonenya dan berpapasan dengan Dong Wook yang baru keluar dari rumahnya.
“kau!!! Sedang apa di sini?”
“jangan salah sangka aku hanya mengantarkan buku padanya, aku pulang...”ucap Dong Wook tanpa perduli.
Linda bergegas masuk, namun kata-kata keras Kim Auley membuatnya tertahan.
“kenapa kamu bohong Dhicca?! Sejak kapan kamu mengenal Dong Wook? Kita berteman kan? Aku bahkan tak tau jika kau berteman akrab dengannya! Kau temanku bukan?”Kim Auley menghentikan kata-katanya, Linda segera bersembunyi hingga Kim Auley pergi.
Linda melangkah masuk, dan melihat Dhicca terduduk sambil menangis.
“Dhicca....”ucap Linda menghampiri Dhicca dengan khawatir.
“Li...Linda...”ucap Dhicca terkejud, dan langsung menyeka air matanya.
“katakan padaku apa yang terjadi?”tutut Linda,”Dong Wook datang kan? Apa yang terjadi? Dia menyakitimu?”
Dhicca menggeleng dan kembali menangis,”aku yang salah, karena aku plin-plan jadi begini akhirnya, semua gara-gara aku...”
“tidak Dhicca apa yang terjadi? Jangan-jangan kau...”Linda baru menyadari dan memeluk Dhicca erat,”kau menyukai Dong Wook? Jadi karena itu?”
Dhicca terus menangis di pelukan Linda.

“Bella...”ucap Hyun Min menghampiri Bella yang akan menuju klinik untuk menemui Ji Young lagi.
“senior Hyun Min...,ada apa?” tanya Bella yang agak kesal langkahnya terhenti karena di panggil.
“aku ingin berbicara denganmu...”ucap Hyun Min,”bisa kah kau ikut denganku sebentar?”pintanya, Bella menurut dan mengikuti Hyun Min menuju lapangan basket.
“ada apa senior?”tanya Bella yang ingin cepat menemui Ji Young.
“kau memiliki hubungan khusus dengan Ji Young sensanim?”tanyanya dengan nada serius.
“apa maksud senior aku...”Bella menatap marah pada Hyun Min.
Hyun Min menggenggam tangan Bella,”apa yang membuatmu menyukainya?”
Bella benar-benar kesal dengan sikap Hyun Min dan mencoba menarik tangannya namun Hyun Min tak mau melepaskannya,”ku mohon lepaskan tanganku...”
“tidak hingga kau menjawab pertanyaanku...”
Bella menjawab ragu ketika Ji Young datang dan menariknya,”kau belum selesai mengikuti pelajaran tambahan Hyun Min...”
“sensanim...”
“kakak...”ucap Bella terpekik senang.
“kembalilah kekelasmu dan Bella ayo ikut aku...”ucap Ji Young lalu menarik Bella.
“tunggu...”kata Hyun Min dengan lantang,”sensanim, tolong jawab pertanyaanku...,sensanim menyukai Bella?”.
Ji Young menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Hyun Min, Ji Young sedikit tersenyum tipis lalu menjawab,”jangan salah sangka dengan kedekatan kami, aku sudah menganggapnya sebagai adikku...”
Bella terdiam dan menatap Ji Young tak percaya, hatinya benar-benar hancur kali ini, air mata Bella yang selama ini di tahannya tumpah. Tak ada lagi harapan baginya sekarang, semua terasa sangat memuakkan.
“ayo Bella...”Ji Young menarik Bella hingga klinik.
“lepaskan aku...”Ucap Bella dengan dingin sambil menarik tangannya dari genggaman Ji Young.
Ji Young menatap Bella yang menahan tangisnya dan mencoba mendekati Bella namun Bella menampiknya.
“jangan sentuh aku, aku benci kakak! Selama ini apa artinya aku menunggumu? Atau memang aku yang bodoh? Aku terlalu berharap menunggu kakak seperti orang bodoh!”teriak Bella.
“Bella...”
“aku bukan adik kakak, ataupun saudara kakak..., aku tak ingin dianggap begitu karena aku MENYUKAI KAKAK! Selam 12 tahun aku menyukai kakak, apakah kakak tau? Apa kakak mengerti? Selama 10tahun aku menunggu dan terus menunggu tapi apa ternyata semua percuma..., jangan dekati aku lagi aku membenci kakak...”ucap Bella lalu berlari keluar. Ji Young terdiam di tempatnya.

“gila.., idemu benar-benar pabo...”ucap Kim Aruna dengan kesal saat Rindi mengajaknya memanjat jendela.
“cara agar kita selamat..., kau ingin jadi bulanan mereka karena menolongku?”Rindi merapikan rambutnya yang berantakan dan tersangkut di ranting.
“yayaya..., ayo..., aku ingin pulang dan mandi, terpaksa aku bolos hari ini...”Kim Aruna membantu Rindi melepaskan rambutnya.
“aku hanya..., mianhamnida..., mian... gara-gara aku kau...”Rindi merasa bersalah pada sahabatnya itu.
Kim Aruna tersenyum lalu memeluk Rindi, “kita temankan? Aku akan membantumu...”
Rindi terharu dan membalas memeluk Kim Aruna tanpa prasangka lain.
“ayo kita kembali, kurasa kekasihmu akan khawatir padamu”ingat Kim Aruna melepas pelukannya.
“ya kurasa kau benar...”keduanya mengendap pergi. Keduanya berpisah di persimpangan.
Rindi berjalan sendiri menuju rumahnya, langkahnya pelan ketika dia mendengar seseorang mengikutinya. Rindi mencoba mengusir ketakutannya, Rindi berusah menenangkan hatinya sebelum dia mengambil tindakan untuk berlari. Rindi mulai menghitung dalam hati, pada hitungan ke 3 Rindi berlari dan sedikit menoleh saat serombongan wanita mengejarnya dengan marah.
“aigo apa yang harus aku lakukan?” ucap Rindi dengan panik. Rindi berlari tanpa arah,saat di serang kepanikan seseorang menarik tangan Rindi, dan menariknya ke sebuah tempat....

TBC
Read More

“SPRING IN LOVE 17”


Tsatsa melangkah ragu kearah taman bermain tempat dia menemungut kotak itu.
Mantel hujannya tak bisa membuatnya tetap terasa hangat, Tsatsa terus berdiri di dekat tempat sampah dan menunggu laki-laki yang membuang kotak itu datang untuk mencari kotak itu kembali.
“aishh…, aku pabo…”maki Tsatsa pada dirinya sendiri,”mana mungkin dia mau datang di saat hujan seperti ini…”kata Tsatsa kecewa dan akan berbalik pulang ketika dia menabrak seseorang.
“Mian…”ucap Tsatsa sambil menunduk kemudian berjalan pergi dan tak menyadari siapa yang baru saja dia tabrak.
“bukannya dia….”ucap Kyuhyun yang membuka sedikit jaketnya yang menutupi hingga lehernya,”haish sudahlah…”Kyuhyun berjalan ke tempat Tsatsa berdiri tadi.

“aku kembali..kak…”ucap Bella setengah berlari ke klinik dan mendapati Ji Young tak ada di sana,”kak…kakak….”suasana tetap sepi dan Bella terdiam dan akan memukul kepalanya ketika Ji Young menahan tangannya.
“apa kau ingin mengalami hilang ingatan?” ucap Ji Young dengan datar lalu melangkah masuk ke klinik.
“ku…kukira kakak…”ucap Bella menahan tangisnya.
Ji Young tersenyum tipis lalu mengusap rambut Bella,” kau masih saja seperti anak kecil…”
“kakak…, aku bukan anak-anak lagi tau…, kakaklah yang berubah…”
“hei…, di sini aku guru kesehatan…, jagalah citraku sebagai guru…”kata Ji Young sambil menyalakan rokoknya,”kau sehat saja kan?”.
Bella terdiam dan mengangguk pelan,”ne…, iya kak…”

“Jadi kau wanita itu?”pekik Hyung joon sambil meneliti Lina.
“ya aku menikah dan kabur dengan Hyun, jadi…jadi dia….”ucap Lina yang langsung menangis dan tak melanjutkan kata-katanya lagi.
Herlina dan Hyung Joon terdiam dan saling menatap ragu.
“kau mau ku antar pulang?” Tanya Herlina dengan hati- hati.
Lina terdiam lama lalu bertanya,”apa hubungan kalian dengannya?”
Herlina dan Hyung Joon diam dan tak menjawab pertanyaan Lina.
“ku mohon katakan yang sejujurnya padaku.... aku mohon...” pinta Lina sambil tertunduk dan berlutut,”aku mohon pada kalian.

“Mian....mian...mian...”ucap Linda terus memelas pada Jun Ki sepanjang lorong sekolah.
“Kau tau kau telah membuatku cidera! Atau jangan-jangan kau memang sengaja melakukannya padaku?”tanya Jun Ki dengan jengkel.
“ti...tidak, sungguh aku benar-benar tidak sengaja melakukannya...., mian...”ucap Linda membela diri.
Jun Ki menghela nafas lalu berpaling menatap ke arah lain. Manager Jun Ki datang dan terpekik kaget saat menatap perban di kepala Jun Ki.
“a...adaapa denganmu Jun Ki? Ada yang menyabota selagi? Apa Stalker itu mulai berbuat anarkis padamu??” tanya Yoo Shin khawatir.
Jun Ki mendesahlalu menatap mata Linda yang benar-benar ketakutan.
“tidak, hanya karena kura-kura bodoh aku terpeleset dan jatuh...”sindir Jun Ki,”dan mengenai Stalker kurasa aku menemukan bodyguard yang tepat...”Jun Ki menarik lengan Linda dan membuat Linda terkejut,”dia yang akan menjadi bodyguardku...”
“a...apa?!”pekik Linda dan Yoo Shin bersamaan.
“kau sadar Lee?” tanya Yoo Shin dengan nada tinggi.
“ya..., dan dia telah bersedia...”jawab Lee dengan tegas.
“a...apa... tunggu... tunggu aku...”Linda berusaha menyela, namun Jun Ki menatapnya dengan tajam.
“jika kau menolak aku akan menuntutmu... mengerti...”bisik Jun Ki dan membuat Linda terdiam tak berkutik lagi,”ayo Yoo Shin...,ingat usai sekolah kau harus ke tempatku, bawa ini...”Jun Ki melemparkan kartu anggota pada Linda,”jangan terlambat atau aku akan mendendamu..”Jun Ki tersenyum penuh kemenangan dan menyandang tasnya sebelah, lalu diikuti Yoo Shin yang terlihat jengkel.
Dengan wajah kesal Linda menendang kerikil di dekatnya dan berteriak,”dasar sial...!!!”
Linda meninggalkan tempat itu tanpa mengetahui sekelompok orang menatapnya.

Dhicca berjalan gontai menuju rumahnya, dan terus tertunduk ketika memasuki halaman,”aku pulang..”kata Dhicca gontai.
“selamat datang..., ada apa dengan wajahmu Dhicca? Kau sakit?” tanya Rindi sambil memegang kening Dhicca.
“tidak ahjumma, aku hanya lelah..., mana umma, ahjumma?”
Rindi menggeleng,”entahlah aku juga tak tau dari tadi pagi dia elum pulang dari berbelanja aku mulai khawatir, nomornya tak dapat di hubungi...”
“mungkin sekalian mengurusi bisnisnya, ada tamu tadi ahjumma?” tanya Dhicca sambil menata gelas yang baru di bereskan Rindi,”mana Tsatsa?”
“iya temanku, entahlah tadi dia tiba-tiba pergi..., kurasa itu dia...”Rindi menatap Tsatsa yang datang dengan wajah lesu sambil membawa sebuah kotak.
“Tsatsa dari mana saja kau?”tanya Dhicca khawatir,”kau sedang sakit kan....”
“aku hanya bosan di kamar kak...,umma belum datang?”tanya Tsatsa lalu duduk di meja dan meminum segelas air putih dengan segali teguk.
“itulah, aku juga bingung dari tadi menghubunginya...” kata Rindi sambil mendesah kecewa,”akan ku coba untuk menghubunginya sekali lagi...”
“ya ahjumma..., aku akan naik dulu...”kata Dhicca lalu beranjak ke kamarnya diikuti Tsatsa,”kotak apa yang kau bawa Tsa?”
“bukan apa-apa kak, hanya untuk menyimpan koleksiku saja...”Tsatsa cepat-cepat mendahului Dhicca dan membanting pintu kamarnya.
“h...”Dhicca hanya mendesah ringan lalu masuk ke kamarnya sambil menghempaskan diri. Sebelah tangannya memegang bibirnya dan mengusapnya keras,”bodoh..., bodoh..., bodoh...” Dhicca mengusap keras bibirnya hinggatak menyadari kedatangan Linda.
“apa yang kau lakukan?” tanya Linda bingung sambil meletakkan tasnya di meja belajarnya di sebelah meja Dhicca.
“e...eh..., kapan kau pulang?”ucap Dhicca panik.
Linda mengerutkan alisnya dan menatap Dhicca aneh,”kau aneh kau tau? Aku baru saja datang kau seperti orang sinting...”.
“su...sudahlah..., ada apa denganmu? Ku dengar kau...”
“aku melakukan hal memalukan lagi..., tapi si brengsek itu mulai mengerjaiku lagi...”kata Linda dengan nada jengkel dan jengah.
“apa yang terjadi?” tanya Dhicca ingin tau.
Linda menatap Dhicca ragu,”sudahlah..., wajahmu pucat kau butuh istirahat...”Linda menyela sambil memperhatikan wajah Dhicca.
Dhicca mendesah kecewa lalu kembali berbaring di tempat tidurnya.
“Dhicca...”ucap Linda sambil merebahkan diri di kasurnya.
“ya?”
“apakah umma akan marah jika aku bekerja paruh waktu?”tanya Linda hati-hati.
“untuk? Kau tidak...”kata Dhicca dengan serius.
Linda mendesahpendek lalu menatap Dhicca,”jangan bodoh aku tidak akan melakukan hal yang akan membuat umma jantungan aku hanya ingin membantunya kau tau akhir-akhir ini pemesan bunga sangat sedikit, aku ingin membantu umma...”kata Linda sambil menerawang jauh.
Dhicca tersenyum lalu menatap langit-langit kamar,”jika itu tidak mengganggu sekolahmu aku akan mendukungmu, kurasa umma tak akan keberatan...” Dhicca membalik tubuhnya lalu menatap Linda,”memang kau ingin bekerja apa?”
“Body...., astaga aku lupa...,tidakkkk...”pekik Linda panik, lalu berlari ke luar tanpa sempat menjelaskan pada Dhicca yang kebingungan.
“dasar aneh...”ucap Dhicca lalu beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil handuk di beranda.

Di kamar Tsatsa hanya menatap kotak itu, sebentar mendesah bingung sebentar menggeleng aneh.
“aku harus mengembalikannya...harus...”ucap Tsatsa pada dirinya sendiri,”tidak tidak tapi aku tak tau dimana dia tinggal, hhaaaaaaaaa bagaimana ini”pekik Tsatsa pada dirinya sendiri, sejena rasa pusing menghampirinya kembali, Tsatsa berbaring di tempat tidurnya dan mencoba untuk menutup matanya ketika bayangan Nam Gil kembalidatang., Tsatsa menghentak marah dan mencoba untuk tertidur ketika akhirnya dia menyerah dan keluar dari kamarnya menghampiri Rindi yang sedang mengetik di ruang keluarga.
“ahjumma...”
“m...”ucap Rindi masih fokus pada pekerjaannya.
Tsatsa menatap Rindi ragu,dan kembali mendesah ringan,”tidak...tidak apa...,apa yang kau lakukakan?”
“mencoba mengetik naskah drama pendek..., ada apa?” Rindi menghentikan aktivitasnya dan menatap Rindi.
“ti...tidak kau terlihat sedang menikmati aku tak ingin mengganggu aku akan mebantu Taemin dan Ochy...”kata Tsatsa beralasan, namun Rindi menariknya.
“kau masih sakit Tsatsa...”
“aku tak ingin di kamar terus ahjumma...,ada yang datang...”kataTsatsa sambil menatap kedatangan Bella bersama Ji Young yang mengantarnya.
“masih sama...”ucap Ji Young sambil menatap sekeliling rumah.
“kakak mau mampir?” tanya Bella dengan antusias.
“tidak aku masih ada keperluan lain, mungkin lain kali...”tolak Ji Young dan membuat Bella sedikit kecewa.
“Ji Young, kak Ji young?” ucap Rindi sambil mengamati Ji Young.
“kau Rindi?” tanyanya sambil mengingat.
“m..., kakak kemana saja? Selama ini kai tak pernah mendengar kabarmu...”tanya Rindi sambil menatap Bella,”di mana kalian bertemu?”
“dia guru baru di sekoahku ajumma...”kata Bella jujur.
“ya Bella benar” Ji Young membenarkan,”baiklah aku harus segera pergi, ada pekerjaan yang belum ku selesaikan...”kataJi Young sambil menatap Jam tangannya lalu mengusap kepala Bella,”aku pergi dulu...”
“ne..., hati-hati kak...”ucap Bella sambil mengantarkan Ji Young hingga depan toko.
“siapa dia Ahjumma?” tanya Ochyyang ikut memperhatikan.
“kenalan lama, dulu tetangga sebelah kami...”jawab Rindi lalu berbalik masuk.
“benarkah?” kali ini Ochy bertanya pada Tsatsa yang membawa sekeranjang bunga untuk di potong daunnya.
Tsatsa hanya mengangguk lalu duduk sambil memegang keningnya.
“Tsatsa ada apa?” tanya Ochy yang khawatir lalu mendekat.
“tidak, aku hanya sedikit pusing...”kata Tsatsa sambil mencoba berdiri.
“jangan memaksakan bekerja..., kami yang akan menyelesaikan semua..., kau istirahatlah...”ucap Taemin yang mendekati Tsatsa dan memeriksa keningnya,”kurasa demammu akan bertambah parah...”.
“ada apa?”tanya Bella sambil mendekati Tsatsa,”kakak ada apa?”tanya Bella.
“Tsatsa memaksakan diri untuk membantu kami akibatnya demamnya bertambah...”kata Ochy,”ayo kita bawa Tsatsa ke kamar.
“m...”kata Bella lalu meletakkan tasnya dan berusaha menuntun Tsatsa menuju kamarna ketika Kim Bum datang.
“ada apa dengan Tsatsa?” tanya Kim Bum panik.
“demamnya meninggi...”jawab Taemin.
“biar aku yang membawanya ke kamar...”kata Kim Bum lalu meraih Tsatsa.
“tak perlu Kim Bum...” Tsatsa berusaha menolak namun Kim Bum tanpa memeperdulikannya tetep mengangkat Tsatsa yang langsung tertidur di pelukan Kim Bum.

“aku mohon katakan yang sebenarnya padaku...aku mohon...”pinta Lina terus berlutut pada Herlina dan Hyung Joon.
Keduanya saling bertatapan dalam diam kemudian Herlina bergerak dan membantu Lina berdiri,”entahlah apakah kau akan senang atau tidak, tapi jangan sampai kau berurusan lagi dengan bibi Hyun...”kata Herlina lembut.
Lina hanya diam dan menatap Herlina penuh permohonan.
“mungkin takakan menyenangkan bagimu..., hanya sebatas yang kami tahu saja...”kata Hyung Joon dengan nada datar.
“apapun aku akan berusaha menerimanya...”yakin Lina.
“tak ada yang berani membantah bibi Hyun selain Hyun Jong...,saat itu dia melawan ibunya dan malah kabur bersama seorang wanita, bibi akan melakukan apapun untuk mendapatkan Hyun Jong kembali, saat itu detektive sewaan bibi mengatakan padabibi bahwa Hyun mengalami kecelakaan, bibi langsung pergi yang kami tau hanya saat itu Hyun Jong di bawa dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri, hyun di bawa ke London untuk penyembuhannya..., hanya sebatas itu yan kamitahu...”jelas Herlina lalu menuntun Lina duduk di ruang tamu.
Air mata Lina mengalir deras tak dapat memebendung apa yang dia rasa, antara kelegaan,kecewa dan rasa rindu memenuhi hatinya.
“ku harapa kau tidak akan datang lagi kekehidupan Hyun Jong..., kau akan hancur bila berani mendekati Hyun lagi, itu janji bibi...”kata Hyung Joon dengan keras dan tersenyum sinis,”bibi memang nekat..., wanita egois...”
“aku hanya ingin Hyun ku kembali..., aku hanya ingin dia melihat anaknya..., aku hanya ingin melihatnya walaupun hanya sekali..., aku ingin bertemu dengannya...”tangis Lina pecah dan membuat keduanya bingung, Herlina hanya mencoba menenangkan Lina dengan usapan lembut ke punggung Lina.
“ada apa ini?Hyung..., apa aku mengganggu?” tanya suara itu yang membuat Lina terdiam.
“ah...,kau... ada apa kau ke sini?”tanya Hyung Joon sambil mendekat ke arah tamunya.
“aku hanya ingin berkunjung apa salah? Di depan ada mobil rongsokan apa itu milikmu?” tanyanya.
“tidak tentu saja bukan...”
Lina bangkit dan berbalik menatap tamu Hyung Joon,”Lina hanya terdiam dan tak mampu berkata, langkah beratnya menuntunnya ke arah Hyun Jong.

“privat?”tanya Frans pada Shanta.
“m...”Shanta mengangguk matap pada Frans,”kau maukan menjadi guru les sepupuku?” tanya Shanta.
“entahlah tapi aku...”kata Frans ragu.
“jangan khawatir Frans, bayarannya lumayan, yang penting kau mengajarinya hingga semester depan..., dia tak keberatan malam hari kau juga tak perlu jauh-jauh...”kata Shanta.
“jika kau tak mau aku bersedia...”kata Du Jinai mencalonkan diri.
“bodoh, aku menyuruh master no 1 dengan peringkat di atas rata-rata pada ujian semester lalu...”kata Shanta dengan cuek.
“baiklah...baiklah...”kata Du Jinai sambil mengerucutkan bibirnya.
“bagaimana?”tanya Shanta pada Frans yang masih terlihat ragu.
Frans menatap ke arah lain lalu mengangguk,”baiklah kebetulan toko bungaku sedang kurang pesanan, aku ingin memebantu ummaku...”kata Frans sembil tersenyum,”kapan aku harus memulainya dan dimana?”
“Besok setelah pekerjaanmu sebagai manager habis,aku akan mengirimkan alamatnya padamu...”kata Shanta.
“ne...araso...”
“bagaimana dengan Hee Chul?”tanya Du Jinai dengan antusias.
“biasa saja dia terus menjahiliku, kurasa sebentar lagi dia akan datang...”ucap Frans sambil mendesah pendek,lalu menatap jamnya.
“Ting Tong....”kata Shanta dan Du Jinai bersamaan.
Saat itu Hee Chul langsung datang dan menghampiri Frans,”ayo aku akan mengantarmu pulang...”Hee Chul sempat tersenyum pada Shanta dan Du Jinai lalu menarik Frans pergi.
“aku pergi dulu...”teriak Frans, kerepotan menahan laju langkah Hee Chul.
“tak bisakah kau tak menarik tanganku?” tanya Frans dengan sedikit sebal.
“Tidak...”jawab Hee Chul cuek lalu memaksakan Frans masuk ke mobilnya,”aku tak ingin mengambil resiko kau kabur lagi dariku....”
“Omo..., kau kira aku tahananmu?”tanya Fran jengkel.
“ya..., hari ini aku ada pemotretan..., kau temani aku....”kata Hee Chul dan membuat Frans mengerang kesal.
Hee Chul hanya tersenyum penuh kemenangan menatap Frans lalu mengemudikan mobilnya.

Kim Bum meletakkan Tsatsa di tempat tidurnya dengan hati-hati.
“aku akan mengambilkan pendingin...”ucap Rindi lalu bergegas pergi.
“Aku akan kembali bekerja permisi...”ucap Ochy, diikuti Bella.
Keduanya mengerti dan tak ingin mengganggu keduanya, Kim Bum merapikan rambut Tsatsa yang menempel di wajah Tsatsa dengan sangat lembut. Tak lama Rindi datang dengan es batu dan pengompres. Rindi yang sadar diri lalu pergi meninggalkan Tsatsadan Kim Bum.
Dengan sangat hati-hati Kim Bum menyeka kening Tsatsa dengan pengompres hingga Tsatsa sedikit membuka matanya,”kau..., belum pulang?”tanya Tsatsa dengan nada bergetar.
“aku tak akan meninggalkanmu Tsa...”kata Kim Bum singkat.
Tsatsa menahan tangan Kim Bum yang menyeka keningnya,”maafkan aku Kim Bum..., aku sudah berlaku kasar padamu tadi...”
“aku mengerti, kau bersalah padaku,tapi aku juga bersalah padamu..., aku juga ingin minta maaf padamu atas sikap kurang sopanku...” Kim Bum menyunggingkan senyum indahnya, Tsatsa mencoba membalas senyumnya walau bibirnya sedikit tergetar.
Kim Bum terus menemani Tsatsa hingga dia tertidur, dengan ragu Kim Bum mengecup kening Tsatsa lalu bersiap akan keluar ketika dia melihat kotak tergeletak di meja Tsatsa. Kim Bum mencoba untuk tidak perduli namun, keingin tahuan itu semakian kuat, sejenak dia meletakkan baskom itu lalu membukanya dengan pelan. Kim Bum diam terpaku menatap isinya, dia menghempas marah lalu keluar begitu saja meninggalkan baskom yang akan di bawanya ke dapur. Tanpa perduli ucapan Rindi Kim Bum pergi dengan sepedanya.

“maafkan aku...”kata Linda dengan terengah.
“satu jam di hari pertama, aku akan memotong gajimu...”kata Jun Ki dengan datar sambil menatap Jam tangannya.
“a...apa?” kata Lindea kesal.
“ini daftar yang harus kau lakukan, tanda tangani setelah membacanya...”ucap Jun Ki sambil menyerahkan selebar kertas pada Linda.
Linda membacanya dengan teliti,sementara Jun Ki yang sedang ada syuting sedang didandani untuk menutup luka di keningnya.
“apa?! 12 jam bersamamu? Kau gila?!”pekik Linda.
Jun Ki tersenyum sinis,”tidak,kau tak bisa menolak, jika kau menolak sama saja mengundang dirimu sendiri ke pengadilan...”ancam Jun Ki dan membuat Linda kesal.
“arghhh..., baiklah...akan langsung ku tanda tangani, percuma saja aku membantahmu...”kata Linda kesal lalu menandatangani kontraknya dengan marah.
“baguslah jika kau mengerti...”
Linda berpaling kesal, selama syuting Jun Ki, Linda hanya duduk dibawah pohon mae, walaupun hari sudah mulai gelap syuting tetap berjalan. Linda mendesah pasrah lalu menonton proses syuting Jun Ki, saat melakukan adegan perkelahian,Linda kembali merasakan getaran aneh saat menatap Jun Ki, jantungnya berdegup kencang.
“ish..., ada apa denganku sih...”kata Linda kesal lalu memutuskan untuk berjalan sebentar ketika sebuah ranting yang cukup besar akan menimpanya.
“awas...”ucap seseorang lalu mendorong Linda yang tak dapat berkutik. “kau tak apa?”
Linda terdiam kikuk,”y...ya..., gomawo..., ka..kau laki-laki kardus itu?”
“apa maksudmu, kau tak sopan, aku sudah menyelamatkanmu dua kali...”ucapnya sambil mengambil gitarnya yang terjatuh.
“kamsahamnida...”kata Linda sambil berdiri dan menunduk.
“Jae Jong, kau tak apa? Aku melihat kau...”ucap seorang laki-laki menghampiri keduanya.
“aku tak apa Xiah...”ucap Jae Jong
“ada apa? Ada masalah lagi?”tanya sang manager.
“Emma kau tak perlu khawatir, dia hanya...”
“ku rasa ada unsur kesengajaan...”kata Yochun yang tiba-tiba datangt.
“astaga kau mengagetkanku...”ucap Xiah sambil mengusap dadanya.
Emma yang sempat terkejut mengusap dadanya lalu kembali tenang,”darimana saja kau Yo Chun? Aku mencarimu dari tadi...”
“hanya tidur sebentar...”
“eh...m...maafkan aku sudah membuat kalian repot...”kata Linda menyela.
“kau tak apa kan?”tanya Xiah sedikit perhatian.
Linda menggeleng kuat lalu menatap Jae Jong lagi ketika handphonenya berbunyi dan Jun Ki mulai memerintahkannya lagi,”aku permisi dulu sekali lagi terimakasih, dan maafkan aku...”Linda bergegas berlari meninggalkan Jae Jong yang tersenyum menatapnya.
“hey...hey...kau suka dia ya?”sindir Xiah.
“aku hanya tertarik, wanita aneh...”ucap Jae Jong dan kembali tersenyum aneh.
Yo Chun memegang pundak keduanya,”akan lebih baik bagi kita tidak membuat manager bertambah marah...”ucapnya lalu menatap Emma yang berjalan menjauh dengan wajah kesal.
“manager tunggu...”ucap Xiah sambil menyusul Emma diikuti Jae Jong dan Yo Chun.
Di semak-semak tak jauh dari situ terdengar suara yang janggal.

Lina melangkah menuju Hyun Jong dengan perasaan rindu yang selama ini dia simpan, air matanya terus mengalir. Lina berada tepat di depan Hyun Jong dan menatapnya.
Tangannya terangkat ragu lalu memegang pipi Hyun Jong dan berkata,”kau benar-benar masih hidup Hyun..., kau benar-benar nyata atau masih dalam ilusiku?”ucap Lina.
“siapa kau?”tanya Hyun Jong yang menyadarkan lamunan Lina.
Lina menurunkan tangannya dan menggenggam tangan Hyun Jong lalu mengecupnya,”aku merindukanmu..., maafkan aku...”ucap Lina dengan berbisik sangat pelan.
Cepat-cepat Lina melepas tangan Hyun Jong lalu berjalan ke arah Herlina sambil menyeka air matanya.
“aku akan pulang, bisakah kau mengembalikan kunci mobilku?”tanya Lina sambil tersenyum kecil pada Herlina.
Herlina mengangguk lalu mengambilkan kunci mobil Lina di sakunya,”ini..., jika kau ingin kau bisa...”
Lina menggeleng kuat dan kembali tersenyum,”anak-anakku menungguku...,terimakasih atas pertolongan kalian, senang bisa berkenalan dengan kalian aku permisi dulu...”Lina menunduk pada Herlina dan Hyung Joon, lalu kembali menatap Hyun Jong dan tersenyum padanya,”aku..., ah sudahlah...maafkan aku jika aku kurang sopan..., anggap saja aku sebagai fansmu...,kamsahamnida”Lina berjalan cepat meninggalkan ketiganya yang masih terdiam menatap dirinya.

TBC....
Read More

Sabtu, 09 April 2011

HANGEUL


Hangeul adalah Tulisan atau huruf  Korea.  Untuk belajar bahasa korea, kemampuan membaca dan menulis hangeul tentu sangat diperlukan, walaupun sekarang sudah ada software untuk menkonversi dari tulisan hangeul ke latin dan sebaliknya ( romanisasi ), namun tidaklah seperti kalau menguasai huruf aslinya.
Berikut ini adalah link untuk belajar membaca dan menulis hangeul :
1. Bila ingin mengubduh file cara baca hangeul  untuk belajar offline bisa di :
2. Bisa juga kita menggunakan media video seperti di bawah ini :
3. Untuk yang lebih detail, bisa dibaca melaui situs-situs di bawah ini :
a.click-korean. Mungkin ini yang saya rekomendasikan, karena dilengkapi dengan pelafalan dan lumayan mudah. terdiri dari hangeul 1 dan hangeul 2.
4. Anda juga bisa berlatih melalui  : www.aeriagloris.com.
Link-link di atas bisa kita gunakan untuk belajar dan berlatih menulis hangeul. Semoga bermanfaat.

Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© Yuna World 유나, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena