“SPRING IN LOVE 18”
“umma, dari mana saja umma semalam?”tanya Frans pagi itu.
“em..., maafkan Umma Frans, semalam ada bisnis di luar kota...”kata Lina beralasan sambil meletakkan sarapan pagi.
Frans tak melanjutkan pertanyaannya ketika Bella turun dan telah siap dengan seragamnya.
“Umma...?”ucap Bella yang ingin bertanya namun diurungkannya niatnya itu.
“kau sudah siap Bella? Bukankah kau tidak ada piket hari ini?”Lina menatap jam dinding kemudian menatap Bella heran.
Bella duduk di salah satu sudut lalu memakan sarapan paginya,”tidak umma, aku hanya ingin berlatih basket...”.
“oh...baiklah...,kau lihat Linda dan Dhicca? Apa mereka sudah bangun?”
“kak Dhicca sudah, tapi kurasa kak Linda belum...”jawab Bella singkat dan memakan sarapannya dengan terburu-buru.
5 menit kemudian Bella meletakkan sumpitnya dan beranjak meninggalkan ruang makan.
“sudah mau berangkat?”tanya Rindi sambil menguap lebar.
“ne,ahjumma...”jawab Bella singkat lalu mengambil bola basketnya,”umma aku berangkat...”Bella bergegas keluar dan berpapasan dengan Taemin yang baru datang.
“ada apa dengan Bella?”tanya Lina pada Rindi.
Rindi menguap sekali lagi dan duduk di sudut yang di tempati Bella tadi,”kurasa dia sedang jatuh cinta kak, Ji Young ku rasa kau sempat mengenalnya, tetangga Bella yang tiba-tiba menghilang entah kemana itu kembali, kurasa itulah penyebabnya...”.
“m...”Lina mengangguk mengerti lalu kembali ke dapur.
“kak, kakak belum cerita kemana kakak semalam?”ungkit Rindi lalu meminum yogurt susu.
“...”Lina sempat terdiam lalu berkata setengah berbohong,”ada urusan dengan pelanggan,oh iya Rindi gomawo kau sudah merawat Tsatsa...”.
“tidak apa kak, kurasa Kim Bum juga layak mendapat ucapan itu, dia baru pulang setelah demam Tsatsa turun...”ucapan Rindi terhenti saat suara berisik berasal dari tangga terdengar.
“Linda...”tegur Lina, saat Linda terjatuh dari tangga.
“aduh umma, mian...huhu sakit....,kyaaaa sudah jam segini...”Linda mengusap pantatnya lalu bergegas berlari menuju kamar mandi namun Frans masih di dalam,”umma siapa di dalam?”tanya Linda dengan terburu-buru.
“Frans sedang mandi...”jawab Lina sambil menatap heran anaknya.
“ada apa denganmu? Pagi-pagi sudah membuat keributan...”ucap Rindi setengah menyindir.
“aish..., kak kumohon cepat lah...kakak...”pekik Linda sambil memukul pintu kamar mandi dengan keras.
“Linda...”tegur Lina.
Rindi tersenyum sinis lalu berkata,”dasar biang keributan...”
“ya..., ahjumma, jangan mengataiku....”ponsel Linda tiba-tiba berbunyi,dengan kesal Linda mengangkatnya,”ya...,ne ara ara..., ish... aku akan segera datang..., cerewet sekali kau!!!aku akan segera DATANG!!!”Linda berteriak kencang lalu menutup ponselnya dan kembali mengetuk keras kamar mandi.
Lina menggeleng heran lalu melanjutkan aktivitasnya ketika seseorang datang.
“nyonya ada yang mencarimu...”ucap Taemin.
Lina mengerutkan alisnya heran,”siapa?”
“entahlah..., seorang laki-laki...”jawab Taemin lalu kembali ketempat kerjanya.
“siapa? Kekasih kakak?”tebak Rindi dan membuat teriakan Linda berhenti.
“umma..., kau..”
“ish... apa maksud kalian? Bukan itu pasti pemesan bunga...”Lina meletakkan panci yang di bawanya lalu bergegas keluar.
“ahjumma..., sejak kapan umma...”
Rindi mengangkat bahunya,”entahlah aku hanya menebak...”
Pintu kamar mandi terbuka, dengan santainya dia berjalan kembali kekamarnya sementara Linda masih termenung tanpa menyadari Tsatsa yang tiba-tiba masuk dan mengunci pintu kamar mandi.
“ya..., kau idiot? Frans baru saja keluar...”tegur Rindi yang membuat Linda terpekik.
“HYAAAAAAAAA....., heeeeiiiii....”Linda terus berteriak, membuat Rindi menjauh dari ruangan itu.
“kau...”ucap Lina, pada Hyung Joon yang menemuinya pagi itu.
“jangan salah sangka padaku, aku tau alamatmu dari kartu nama yang tertinggal di rumahku...”ucap Hyung Joon beralasan.
Lina menatap aneh pada Hyung Joon, lalu berdeham ringan,”ada perlu apa kau datang ketempatku sepagi ini?”
“kurasa kau masih tak percaya padaku,haish..., sudah ku bilang pada Herlina agar menemuimu sendiri..”omel Hyung Joon pada dirinya sendiri,”baiklah...baiklah...,ini...” Hyung Joon menyerahkan selembar undangan pada Lina.
“apa ini?”tanya Lina tak mengerti.
“bacalah...”
Lina menurut dan membacanya, Lina termenung dan tak dapat berkata.
“bibi yang menyuruh kami untuk menyerahkan padamu, semalam dia melihatmu dan ku fikir dia tak menyukainya...”ucap Hyung Joon kurang enak pada Lina yang terdiam membisu,”kau bisa saja tak usah datang jika kau ingin...”
Lina masih terdiam hingga Hyung Joon terpekik kesal.
“ya..., jika kau tak terima, jangan mengacuhkan ku seperti ini...”ucap Hyung Joon kesal.
“a...ani..., kurasa aku ... aku akan datang...”Lina menyeka air matanya yang akan tumpah.
Hyung Joon menatap Lina dengan pandangan kasihan,”kau tak usah memaksakan dirimu, jika kau tak bisa melihatnya...”
“tidak..., justru itu yang di inginkan ibu...,aku tak akan kalah..., aku akan mencoba sekali lagi, aku tak akan menangis bila Hyun yang mengatakan sendiri dia tidak menginginkanku, aku akan berusaha sekali lagi....”tekat Lina sambil menggam surat itu dan menatap Hyung Joon dengan yakin.
Tsatsa terduduk di beranda kamarnya mendengar percakapan Lina dan tersenyum sinis tak percaya.
Dhicca turun ke meja makan dengan wajah kusut. Dhicca tak menjawab dan meletakkan kepalanya di meja lalu tertidur.
“apa yang kau lakukan?”ucap Frans sambil memegang kening Dhicca,”omo..., kau panas?”
“tidak aku hanya...”Dhicca berusaha berkilah namun Frans langsung menuntunnya ke kamar.
“Frans ada apa?”ucap Rindi yang bersiap akan pergi.
“ahjumma, tolong bantu aku..., Dhicca panas...”pinta Frans. Keduanya membawa Dhicca ke kamar,”aku akan mengambil obatnya dulu...”
“ada apa denganmu Dhicca? Ini akibat berendam semalaman...”omel Rindi, sambil menyelimuti Dhicca.
“mianeyo ahjumma...”ucap Dhicca merasa bersalah.
“ara...., Tsatsa baru sembuh sekaran kau...”
“jangan khawatir ahjumma..., bagaimana dengan kening ahjumma?”tanya Dhicca balik.
Rindi memegang keningnya,dan menghela nafas ringan,”aku akan libur dan mengurusmu...”Rindi akan mengambil ponselnya ketika Dhicca menahannya.
“jangan ahjumma, aku akan baik-baik saja..., ahjumma pergi saja kuliah...”
“kau gila..., siapa yang akan mengurusmu? Ummamu akan sibuk...”bantah Rindi.
Dhicca menggeleng,”aku tak apa sungguh setelah minum obat dan istirahat aku pasti sembuh...”Dhicca berusaha meyakinkan.
“araso...”Rindi mengalah dan membatalkan niatnya,”aku akan menyuruh Ochy saja..., kau tidurlah kakakmu akan segera membawakan obat untukmu...”
Dhicca mengangguk lalu tersenyum.
Rindi meninggalkan kamar Dhicca dengan sedikit tergesah berpapasan dengan Frans yang membawakan obat untuk Dhicca.
“minumlah, aku akan berangkat dulu, istirahat dan jangan banyak bergerak, aku akan mengantarkan suratmu...”perintah Frans lalu meninggalkan kamar Dhicca.
Dhicca meminum obatnya, lalu menyeka mulutnya dan mengingat kejadian menyebalkan itu,”aishhh...,kenapa aku harus mengingat orang itu...., menyebalkan...”ucap Dhicca marah lalu menghentakkan dirinya ke kasur dan menutup tubuhnya rapat dengan selimut.
“aishhh..., kau menyuruhku pagi-pagi seperti ini untuk membolos?”herdik Linda, saat Jun Ki memaksanya mengikuti pemotretan.
“...”Jun Ki tak menjawab dan mengenakan kostumnya tanpa memperdulikan ocehan Linda.
“hei...”
“itu kewajibanmu sebagai bodyguard...,atau aku harus...”Jun Ki menatap jahil pada Linda.
“ara ara..., aku mengerti TUAN!!!” ucap Linda Jengkel dan duduk disudut ruangan ganti.
Jun Ki tersenyum menatap Linda.
“kakak...”ucap Bella, menghampiri Ji Young.
“kau, pagi sekali?”tanya Ji Young heran,”kau tak sakit kan?”
Bella menggeleng kuat,”anio..., aku sehat...,m...aku sedang berlatih basket..., kakak ingin melihatnya?”tanya Bella antusias.
“kurasa, tapi pekerjaanku sangat banyak...”
“baiklah, baiklah...”kata Bella kesal, Ji Young tersenyum lalu mencubit pipi Bella dengan gemas.
“kau seperti anak kecil kau tau...”
Bella melepaskan cubitan Ji Young dengan tersentak,”aku bukan anak kecil lagi kakak tau, aku sudah berumur 16 tahun...”.
“baiklah..., kurasa aku agak membuatmu marah...”
Bella menghela nafas, dan berbalik pergi namun langkahnya terhenti dan kembali berbalik,”kak...., maukah kakak menonton pertandinganku seminggu lagi?”
Ji Young tersenyum sesaat lalu mengangguk,”baiklah...”
Bella berbalik dan tersenyum, lalu melangkah riang dan melambaikan tangan sambil berkata,”aku tidak marah dasar kakak penipu...”
Ji Young tersenyum sambil menatap ke arah Bella.
Dari jauh seseorang menatap marah keduanya.
“annyeong...”ucap Jong Hun yang menjemput Rindi.
Dengan wajah bersemu merah Rindi masuk ke dalam mobil Jong Hun yang telah siap terbuka,”annyeong..., kau...”
“aku sengaja menjemputmu..., bagaimana lukamu?”tanya Jong Hun penuh perhatian.
Rindi menggeleng,”tidak apa-apa...,kurasa sebentar lagi juga sembuh...”yakin Rindi.
“tak apa kau datang ke...”
Rindi tersenyum,”aku yakin, dan aku tak ingin menjadi seorang pecundang...”
“baiklah..., aku percaya padamu...”Jong Hun balas tersenyum pada Rindi.
“Frans-chan bagaimana?”tuntut Shanta,”hari ini kau harus mengajarinya, bibiku sudah menuntut karna nilai semester sepupuku tak sesuai yang di harapkan...”
Frans masih menimbang lalu mengangguk,”baiklah...”
“sebenarnya siapa sih sepupumu?” tanya Du Jinai.
“kalian mengenalnya hanya saja aku tak ingin orang lain tau, karena akan gawat bagiku...”ucap Shanta penuh rahasia.
“pabo...”maki du Jinai dan membuat Frans tertawa saat Shanta berusaha menarik Du Jinai yang menjauh.
Frans yang termenung, tak menyadari sekelompok orang ke arahnya.
“kau Frans Chan?”ucap seorang wanita dengan suara dingin.
Frans menatap lalu mengangguk,”ada apa?”tanya Frans pelan.
“ikut kami...”perintahnya lagi. Frans sempat ragu tak ingin menuruti tiba-tiba di tarik seseorang dengan sedikit kasar.
“Rindi..., syukurlah kau sudah sehat, ku dengar kau cidera gara-gara artis itu...”pekik Kim Aruna pagi itu.
Rindi tersenyum lalu menatap Jong Hun yang akan meninggalkan halaman kampus.
“kau, dan Jong Hun? Jadi... jadi benar? Kau kau...” kata Kim Aruna tak percaya.
“apa yang kau dengar?” Rindi berjalan ke dalam kampus yang telah di penuhi orang berkumpul di depan siaran pengumuman. Rindi terdiam menatap ke arah monitor siaran, fotonya dan Jong Hun di tengah hujan terpampang di mana-mana.
“a...aigo... apa ini?!”pekik terkejut Kim Aruna.
“itu dia!!!! Dia wanita penggoda itu...”ucap seorang wanita menatap Rindi dengan marah.
“ya!!! Ayo Fans Jong Hun kita beri wanita tak tau diri ini pelajaran...”sahut wanita lain.
“Rindi cepat lari...!!!”pekik Kim Aruna menarik Rindi yang tak dapat berkata,”Rindi ayo...”
Rindi menurut dan keduanya berlari tanpa arah menghindari amukan para fans Jong Hun yang marah pada Rindi.
“bagaimana ini?”ucap Kim Aruna, keduanya bersembunyi di ruangan penyimpanan alat-alat pembersih.
“ke kenapa ada foto-foto itu...”ucap Rindi tak percaya.
“percuma saja kau mengeluh Rindi, fans Jong Hun marah dan sepertinya ingin membakarmu hidup-hidup, sekarang fikirkan cara agar kita bisa kabur...”kata Kim Aruna menenangkan.
Rindi masih memikirkan kata-kata Kim Aruna ketika seseorang memaksa membuka pintu tempat mereka bersembunyi.
“bagaimana ini...”ucap Kim Aruna ketakutan.
“Rindi berfikir keras lalu menatap sekeliling mencari jalan keluar,”ikuti aku...”ucap Rindi.
“Tsatsa..., umma masuk ya?” ucap Lina sambil membawa nampan berisi bubur.
Tsatsa berpura-pura tertidur, Lina hanya tersenyum dan membelai kening anaknya. Tsatsa menahan tangan Lina di keningnya dan menatap Lina penuh keingin tahuan.
“Umma..., aku ingin bertanya padamu...”ucap Tsatsa berusaha menahan nada bicaranya.
“ne Chagiya...”ucap Lina sambil tersenyum. Tsatsa duduk dan menunduk sesaat lalu kembali manatap Lina.
“...”Tsatsa diam sesaat, hatinya ragu antara ingin bertanya atau tidak.
Lina kembali tersenyum,”ada apa Chagi? Apa yang ingin kau tanyakan?”
“umma..., umma harus mengatakan jujur pada Tsatsa...”
“...”Lina terdiam ragu menatap Tsatsa.
Tsatsa menghela nafas sekali lalu menggeleng,”tidak jadi umma, lain kali saja...”.
“ada apa?”tanya Lina penasaran.
“tidak umma aku hanya merasa pusing...” Tsatsa beralasan.
“baiklah, kau harus istirahat okey....,Dhicca sakit jadi umma harus merawat kakakmu...”Lina mengusap lembut kepala Tsatsa lalu berjalan keluar meninggalkan Tsatsa yang menatap cemburu.
“38,5 derajat, h...kalau begini kau tak bisa masuk sekolah sayang...”ucap Lina sambil mengukur suhu tubuh Dhicca.
“maaf umma, ini karena aku terlalu lama berendam..”ucap Dhicca merasa bersalah.
“jangan khawatir, tidurlah yang tenang, umma akan mengantarkan surat izinmu dulu, jangan lupa buburnya di habiskan...”Lina meninggalkan kamar Dhicca.
Perlahan Dhicca tertidur oleh pengaruh obat.
Tak lama Dhicca merasakan tangan lembut membelai keningnya lembut. Perlahan Dhicca membuka matanya dan terpekik kaget,”ka...kau kau ada di sini?”
“oh sudah bangun..., tak ada orang di depan dan pekerjamu menyuruhku masuk saja...”ucap Dong Wook dengan cuek.
“ka...kau...”
Dong Wook mengeluarkan sebuah buku dan menyerahkannya pada Dhicca,”itu untukmu..., coppyan catatan pelajaran hari ini, kalau kau tidak membutuhkannya kau bisa membuangnya...,lalu aku ke sini ingin meminta maaf padamu...”kali ini wajah Song Wook bersemu merah.
Dhicca terdiam sejenak lalu menghela nafas pendek dan tersenyum,”Gomawo..., akan ku gunakan sebaik-baiknya..., sekali lagi gomawo...”.
Dong Wook memalingkan wajahnya lalu mengangguk pelan,”sama-sama...”jawabnya,”lalu soal semalam...”
Dhicca kaget dan bersembunyi di balik selimutnya,”ja...jangan di fikirkan..., itu hanya kecelakaan...”kata Dhicca gugup.
“tidak dengarkan aku, bagiku itu bukan kecelakaan...”ucap Dong Wook menarik lengan Dhicca hingga keduanya saling bertatapan,”aku tau selama ini kau menyukai kakakku dan selalu memperhatikan kakakku, tapi meskipun begitu aku suka, aku menyukaimu Dhicca...”
Tak ada jawaban dari Dhicca yang diam terkejut, degup jantungnya berpacu kencang saking gugupnya.
Dong Wook melanjutkan kata-katanya,”aku tak butuh jawabanmu sekarang, aku ingin kau menjawabnya setelah mengenalku...,hari ini aku ingin mengatakan itu padamu, aku tak bisa menyimpannya terlalu lama...”
Dhicca tertunduk menahan malu, jantungnya berdegup kencang. Perasaan lain menyelimuti hatinya perasaan aneh yang sangat menyesakkan.
“a..aku...”kata Dhicca ragu.
“Dhicca...”pekik seseorang sambil mengetuk pintu kamar Dhicca.
Dhicca bangkit terkejut mendengar suara di kenalnya,”gawat ayo cepat bersembunyi...”bisik Dhicca sambil menarik Dong Wook ke lemari besar miliknya dan Linda. Keduanya bersembunyi di dalam lemari itu hingga Kim Auley masuk dan tak mendapati Dhicca di kamarnya lalu berbalik pergi.
Di dalam lemari keduanya terdiam, Dhicca dapat merasakan degup jantung Dong Wook yang tak sengaja di peluknya untuk menahan agar dia tak terjatuh. Keduanya saling terdiam cukup lama hingga Dhicca menyadari dan berdiri bangkit.
“mi...mianhe...”ucap Dhicca,keduanya lalu keluar dari lemari itu. Wajah Dhicca yang bersemu merah membuatnya tampak lucu.
Sementara Dong Wook tak dapat berkata apa-apa dan hanya terdiam.
“aku akan menemui Auley dulu...”Dhicca meninggalkan Dong Wook di kamarnya dan menemui Kim Auley yang menunggu di ruang tamu.
“Dhicca..., dari mana saja?”ucap Kim Auley.
Dhicca berusaha menutupi kegugupannya,”aku ada di kamar Tsatsa tadi, mian...”ucap Dhicca.
“m...aku hanya ingin mengantarkan tugasmu yang kemarin...”ucap Kim Auley,”maaf ya aku terburu-buru..., aku harus mengantarkan paket ke rumah bibiku, aku akan pulang dulu..”
Dhicca mengangguk,”Gomawo...”
“m..., jangan sungkan..., istirahatlah... aku pulang dlu..., oh iya Dhicca...ada yang ingin k katakan padamu...”langkah Kim Auley tertahan.
“a...apa?”
“aku, menyukai Dong Wook, ku rasa dia sangat manis..., dia sangat keren bagiku saat dia membawaku ke klinik..., aku malu, tapi aku harus mengatakannya padamu sebagai temanku...”kata Kim Auley lalu cepat-cepat memasang sepatunya dan berjalan keluar sambil melambaikan tangan pada Dhicca yang diam terduduk.
Tak lama Dong Wook turun bersiap akan pulang. “aku akan pulang, aku tak ingin membuatmu semakin sakit kembalilah tidur...” ucap Dong Wook sambil memasang sepatunya, ketika itu Kim Auley tiba-tiba kembali dan menatap kaget Dong Wook di rumah Dhicca.
Kim Auley menatap dingin Dhicca dan bertanya kaku, “Dhi...Dhicca..., kenapa Dong Wook di sini?”
“aku hanya pulang sebentar karena saudaraku sakit kau cerewet sekali...”ucap Linda, diam-diam dia kabur dari Jun Ki setelah mendengar Dhicca sakit. Dia menutup handphonenya dan berpapasan dengan Dong Wook yang baru keluar dari rumahnya.
“kau!!! Sedang apa di sini?”
“jangan salah sangka aku hanya mengantarkan buku padanya, aku pulang...”ucap Dong Wook tanpa perduli.
Linda bergegas masuk, namun kata-kata keras Kim Auley membuatnya tertahan.
“kenapa kamu bohong Dhicca?! Sejak kapan kamu mengenal Dong Wook? Kita berteman kan? Aku bahkan tak tau jika kau berteman akrab dengannya! Kau temanku bukan?”Kim Auley menghentikan kata-katanya, Linda segera bersembunyi hingga Kim Auley pergi.
Linda melangkah masuk, dan melihat Dhicca terduduk sambil menangis.
“Dhicca....”ucap Linda menghampiri Dhicca dengan khawatir.
“Li...Linda...”ucap Dhicca terkejud, dan langsung menyeka air matanya.
“katakan padaku apa yang terjadi?”tutut Linda,”Dong Wook datang kan? Apa yang terjadi? Dia menyakitimu?”
Dhicca menggeleng dan kembali menangis,”aku yang salah, karena aku plin-plan jadi begini akhirnya, semua gara-gara aku...”
“tidak Dhicca apa yang terjadi? Jangan-jangan kau...”Linda baru menyadari dan memeluk Dhicca erat,”kau menyukai Dong Wook? Jadi karena itu?”
Dhicca terus menangis di pelukan Linda.
“Bella...”ucap Hyun Min menghampiri Bella yang akan menuju klinik untuk menemui Ji Young lagi.
“senior Hyun Min...,ada apa?” tanya Bella yang agak kesal langkahnya terhenti karena di panggil.
“aku ingin berbicara denganmu...”ucap Hyun Min,”bisa kah kau ikut denganku sebentar?”pintanya, Bella menurut dan mengikuti Hyun Min menuju lapangan basket.
“ada apa senior?”tanya Bella yang ingin cepat menemui Ji Young.
“kau memiliki hubungan khusus dengan Ji Young sensanim?”tanyanya dengan nada serius.
“apa maksud senior aku...”Bella menatap marah pada Hyun Min.
Hyun Min menggenggam tangan Bella,”apa yang membuatmu menyukainya?”
Bella benar-benar kesal dengan sikap Hyun Min dan mencoba menarik tangannya namun Hyun Min tak mau melepaskannya,”ku mohon lepaskan tanganku...”
“tidak hingga kau menjawab pertanyaanku...”
Bella menjawab ragu ketika Ji Young datang dan menariknya,”kau belum selesai mengikuti pelajaran tambahan Hyun Min...”
“sensanim...”
“kakak...”ucap Bella terpekik senang.
“kembalilah kekelasmu dan Bella ayo ikut aku...”ucap Ji Young lalu menarik Bella.
“tunggu...”kata Hyun Min dengan lantang,”sensanim, tolong jawab pertanyaanku...,sensanim menyukai Bella?”.
Ji Young menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Hyun Min, Ji Young sedikit tersenyum tipis lalu menjawab,”jangan salah sangka dengan kedekatan kami, aku sudah menganggapnya sebagai adikku...”
Bella terdiam dan menatap Ji Young tak percaya, hatinya benar-benar hancur kali ini, air mata Bella yang selama ini di tahannya tumpah. Tak ada lagi harapan baginya sekarang, semua terasa sangat memuakkan.
“ayo Bella...”Ji Young menarik Bella hingga klinik.
“lepaskan aku...”Ucap Bella dengan dingin sambil menarik tangannya dari genggaman Ji Young.
Ji Young menatap Bella yang menahan tangisnya dan mencoba mendekati Bella namun Bella menampiknya.
“jangan sentuh aku, aku benci kakak! Selama ini apa artinya aku menunggumu? Atau memang aku yang bodoh? Aku terlalu berharap menunggu kakak seperti orang bodoh!”teriak Bella.
“Bella...”
“aku bukan adik kakak, ataupun saudara kakak..., aku tak ingin dianggap begitu karena aku MENYUKAI KAKAK! Selam 12 tahun aku menyukai kakak, apakah kakak tau? Apa kakak mengerti? Selama 10tahun aku menunggu dan terus menunggu tapi apa ternyata semua percuma..., jangan dekati aku lagi aku membenci kakak...”ucap Bella lalu berlari keluar. Ji Young terdiam di tempatnya.
“gila.., idemu benar-benar pabo...”ucap Kim Aruna dengan kesal saat Rindi mengajaknya memanjat jendela.
“cara agar kita selamat..., kau ingin jadi bulanan mereka karena menolongku?”Rindi merapikan rambutnya yang berantakan dan tersangkut di ranting.
“yayaya..., ayo..., aku ingin pulang dan mandi, terpaksa aku bolos hari ini...”Kim Aruna membantu Rindi melepaskan rambutnya.
“aku hanya..., mianhamnida..., mian... gara-gara aku kau...”Rindi merasa bersalah pada sahabatnya itu.
Kim Aruna tersenyum lalu memeluk Rindi, “kita temankan? Aku akan membantumu...”
Rindi terharu dan membalas memeluk Kim Aruna tanpa prasangka lain.
“ayo kita kembali, kurasa kekasihmu akan khawatir padamu”ingat Kim Aruna melepas pelukannya.
“ya kurasa kau benar...”keduanya mengendap pergi. Keduanya berpisah di persimpangan.
Rindi berjalan sendiri menuju rumahnya, langkahnya pelan ketika dia mendengar seseorang mengikutinya. Rindi mencoba mengusir ketakutannya, Rindi berusah menenangkan hatinya sebelum dia mengambil tindakan untuk berlari. Rindi mulai menghitung dalam hati, pada hitungan ke 3 Rindi berlari dan sedikit menoleh saat serombongan wanita mengejarnya dengan marah.
“aigo apa yang harus aku lakukan?” ucap Rindi dengan panik. Rindi berlari tanpa arah,saat di serang kepanikan seseorang menarik tangan Rindi, dan menariknya ke sebuah tempat....
TBC