Welcome to my world,Im 유나ArataJJ admin @KBPKfamily ,author &a someone who likes to fantasize.. Thank for visit ^^

Sabtu, 16 April 2011

“SPRING IN LOVE 17”


Tsatsa melangkah ragu kearah taman bermain tempat dia menemungut kotak itu.
Mantel hujannya tak bisa membuatnya tetap terasa hangat, Tsatsa terus berdiri di dekat tempat sampah dan menunggu laki-laki yang membuang kotak itu datang untuk mencari kotak itu kembali.
“aishh…, aku pabo…”maki Tsatsa pada dirinya sendiri,”mana mungkin dia mau datang di saat hujan seperti ini…”kata Tsatsa kecewa dan akan berbalik pulang ketika dia menabrak seseorang.
“Mian…”ucap Tsatsa sambil menunduk kemudian berjalan pergi dan tak menyadari siapa yang baru saja dia tabrak.
“bukannya dia….”ucap Kyuhyun yang membuka sedikit jaketnya yang menutupi hingga lehernya,”haish sudahlah…”Kyuhyun berjalan ke tempat Tsatsa berdiri tadi.

“aku kembali..kak…”ucap Bella setengah berlari ke klinik dan mendapati Ji Young tak ada di sana,”kak…kakak….”suasana tetap sepi dan Bella terdiam dan akan memukul kepalanya ketika Ji Young menahan tangannya.
“apa kau ingin mengalami hilang ingatan?” ucap Ji Young dengan datar lalu melangkah masuk ke klinik.
“ku…kukira kakak…”ucap Bella menahan tangisnya.
Ji Young tersenyum tipis lalu mengusap rambut Bella,” kau masih saja seperti anak kecil…”
“kakak…, aku bukan anak-anak lagi tau…, kakaklah yang berubah…”
“hei…, di sini aku guru kesehatan…, jagalah citraku sebagai guru…”kata Ji Young sambil menyalakan rokoknya,”kau sehat saja kan?”.
Bella terdiam dan mengangguk pelan,”ne…, iya kak…”

“Jadi kau wanita itu?”pekik Hyung joon sambil meneliti Lina.
“ya aku menikah dan kabur dengan Hyun, jadi…jadi dia….”ucap Lina yang langsung menangis dan tak melanjutkan kata-katanya lagi.
Herlina dan Hyung Joon terdiam dan saling menatap ragu.
“kau mau ku antar pulang?” Tanya Herlina dengan hati- hati.
Lina terdiam lama lalu bertanya,”apa hubungan kalian dengannya?”
Herlina dan Hyung Joon diam dan tak menjawab pertanyaan Lina.
“ku mohon katakan yang sejujurnya padaku.... aku mohon...” pinta Lina sambil tertunduk dan berlutut,”aku mohon pada kalian.

“Mian....mian...mian...”ucap Linda terus memelas pada Jun Ki sepanjang lorong sekolah.
“Kau tau kau telah membuatku cidera! Atau jangan-jangan kau memang sengaja melakukannya padaku?”tanya Jun Ki dengan jengkel.
“ti...tidak, sungguh aku benar-benar tidak sengaja melakukannya...., mian...”ucap Linda membela diri.
Jun Ki menghela nafas lalu berpaling menatap ke arah lain. Manager Jun Ki datang dan terpekik kaget saat menatap perban di kepala Jun Ki.
“a...adaapa denganmu Jun Ki? Ada yang menyabota selagi? Apa Stalker itu mulai berbuat anarkis padamu??” tanya Yoo Shin khawatir.
Jun Ki mendesahlalu menatap mata Linda yang benar-benar ketakutan.
“tidak, hanya karena kura-kura bodoh aku terpeleset dan jatuh...”sindir Jun Ki,”dan mengenai Stalker kurasa aku menemukan bodyguard yang tepat...”Jun Ki menarik lengan Linda dan membuat Linda terkejut,”dia yang akan menjadi bodyguardku...”
“a...apa?!”pekik Linda dan Yoo Shin bersamaan.
“kau sadar Lee?” tanya Yoo Shin dengan nada tinggi.
“ya..., dan dia telah bersedia...”jawab Lee dengan tegas.
“a...apa... tunggu... tunggu aku...”Linda berusaha menyela, namun Jun Ki menatapnya dengan tajam.
“jika kau menolak aku akan menuntutmu... mengerti...”bisik Jun Ki dan membuat Linda terdiam tak berkutik lagi,”ayo Yoo Shin...,ingat usai sekolah kau harus ke tempatku, bawa ini...”Jun Ki melemparkan kartu anggota pada Linda,”jangan terlambat atau aku akan mendendamu..”Jun Ki tersenyum penuh kemenangan dan menyandang tasnya sebelah, lalu diikuti Yoo Shin yang terlihat jengkel.
Dengan wajah kesal Linda menendang kerikil di dekatnya dan berteriak,”dasar sial...!!!”
Linda meninggalkan tempat itu tanpa mengetahui sekelompok orang menatapnya.

Dhicca berjalan gontai menuju rumahnya, dan terus tertunduk ketika memasuki halaman,”aku pulang..”kata Dhicca gontai.
“selamat datang..., ada apa dengan wajahmu Dhicca? Kau sakit?” tanya Rindi sambil memegang kening Dhicca.
“tidak ahjumma, aku hanya lelah..., mana umma, ahjumma?”
Rindi menggeleng,”entahlah aku juga tak tau dari tadi pagi dia elum pulang dari berbelanja aku mulai khawatir, nomornya tak dapat di hubungi...”
“mungkin sekalian mengurusi bisnisnya, ada tamu tadi ahjumma?” tanya Dhicca sambil menata gelas yang baru di bereskan Rindi,”mana Tsatsa?”
“iya temanku, entahlah tadi dia tiba-tiba pergi..., kurasa itu dia...”Rindi menatap Tsatsa yang datang dengan wajah lesu sambil membawa sebuah kotak.
“Tsatsa dari mana saja kau?”tanya Dhicca khawatir,”kau sedang sakit kan....”
“aku hanya bosan di kamar kak...,umma belum datang?”tanya Tsatsa lalu duduk di meja dan meminum segelas air putih dengan segali teguk.
“itulah, aku juga bingung dari tadi menghubunginya...” kata Rindi sambil mendesah kecewa,”akan ku coba untuk menghubunginya sekali lagi...”
“ya ahjumma..., aku akan naik dulu...”kata Dhicca lalu beranjak ke kamarnya diikuti Tsatsa,”kotak apa yang kau bawa Tsa?”
“bukan apa-apa kak, hanya untuk menyimpan koleksiku saja...”Tsatsa cepat-cepat mendahului Dhicca dan membanting pintu kamarnya.
“h...”Dhicca hanya mendesah ringan lalu masuk ke kamarnya sambil menghempaskan diri. Sebelah tangannya memegang bibirnya dan mengusapnya keras,”bodoh..., bodoh..., bodoh...” Dhicca mengusap keras bibirnya hinggatak menyadari kedatangan Linda.
“apa yang kau lakukan?” tanya Linda bingung sambil meletakkan tasnya di meja belajarnya di sebelah meja Dhicca.
“e...eh..., kapan kau pulang?”ucap Dhicca panik.
Linda mengerutkan alisnya dan menatap Dhicca aneh,”kau aneh kau tau? Aku baru saja datang kau seperti orang sinting...”.
“su...sudahlah..., ada apa denganmu? Ku dengar kau...”
“aku melakukan hal memalukan lagi..., tapi si brengsek itu mulai mengerjaiku lagi...”kata Linda dengan nada jengkel dan jengah.
“apa yang terjadi?” tanya Dhicca ingin tau.
Linda menatap Dhicca ragu,”sudahlah..., wajahmu pucat kau butuh istirahat...”Linda menyela sambil memperhatikan wajah Dhicca.
Dhicca mendesah kecewa lalu kembali berbaring di tempat tidurnya.
“Dhicca...”ucap Linda sambil merebahkan diri di kasurnya.
“ya?”
“apakah umma akan marah jika aku bekerja paruh waktu?”tanya Linda hati-hati.
“untuk? Kau tidak...”kata Dhicca dengan serius.
Linda mendesahpendek lalu menatap Dhicca,”jangan bodoh aku tidak akan melakukan hal yang akan membuat umma jantungan aku hanya ingin membantunya kau tau akhir-akhir ini pemesan bunga sangat sedikit, aku ingin membantu umma...”kata Linda sambil menerawang jauh.
Dhicca tersenyum lalu menatap langit-langit kamar,”jika itu tidak mengganggu sekolahmu aku akan mendukungmu, kurasa umma tak akan keberatan...” Dhicca membalik tubuhnya lalu menatap Linda,”memang kau ingin bekerja apa?”
“Body...., astaga aku lupa...,tidakkkk...”pekik Linda panik, lalu berlari ke luar tanpa sempat menjelaskan pada Dhicca yang kebingungan.
“dasar aneh...”ucap Dhicca lalu beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil handuk di beranda.

Di kamar Tsatsa hanya menatap kotak itu, sebentar mendesah bingung sebentar menggeleng aneh.
“aku harus mengembalikannya...harus...”ucap Tsatsa pada dirinya sendiri,”tidak tidak tapi aku tak tau dimana dia tinggal, hhaaaaaaaaa bagaimana ini”pekik Tsatsa pada dirinya sendiri, sejena rasa pusing menghampirinya kembali, Tsatsa berbaring di tempat tidurnya dan mencoba untuk menutup matanya ketika bayangan Nam Gil kembalidatang., Tsatsa menghentak marah dan mencoba untuk tertidur ketika akhirnya dia menyerah dan keluar dari kamarnya menghampiri Rindi yang sedang mengetik di ruang keluarga.
“ahjumma...”
“m...”ucap Rindi masih fokus pada pekerjaannya.
Tsatsa menatap Rindi ragu,dan kembali mendesah ringan,”tidak...tidak apa...,apa yang kau lakukakan?”
“mencoba mengetik naskah drama pendek..., ada apa?” Rindi menghentikan aktivitasnya dan menatap Rindi.
“ti...tidak kau terlihat sedang menikmati aku tak ingin mengganggu aku akan mebantu Taemin dan Ochy...”kata Tsatsa beralasan, namun Rindi menariknya.
“kau masih sakit Tsatsa...”
“aku tak ingin di kamar terus ahjumma...,ada yang datang...”kataTsatsa sambil menatap kedatangan Bella bersama Ji Young yang mengantarnya.
“masih sama...”ucap Ji Young sambil menatap sekeliling rumah.
“kakak mau mampir?” tanya Bella dengan antusias.
“tidak aku masih ada keperluan lain, mungkin lain kali...”tolak Ji Young dan membuat Bella sedikit kecewa.
“Ji Young, kak Ji young?” ucap Rindi sambil mengamati Ji Young.
“kau Rindi?” tanyanya sambil mengingat.
“m..., kakak kemana saja? Selama ini kai tak pernah mendengar kabarmu...”tanya Rindi sambil menatap Bella,”di mana kalian bertemu?”
“dia guru baru di sekoahku ajumma...”kata Bella jujur.
“ya Bella benar” Ji Young membenarkan,”baiklah aku harus segera pergi, ada pekerjaan yang belum ku selesaikan...”kataJi Young sambil menatap Jam tangannya lalu mengusap kepala Bella,”aku pergi dulu...”
“ne..., hati-hati kak...”ucap Bella sambil mengantarkan Ji Young hingga depan toko.
“siapa dia Ahjumma?” tanya Ochyyang ikut memperhatikan.
“kenalan lama, dulu tetangga sebelah kami...”jawab Rindi lalu berbalik masuk.
“benarkah?” kali ini Ochy bertanya pada Tsatsa yang membawa sekeranjang bunga untuk di potong daunnya.
Tsatsa hanya mengangguk lalu duduk sambil memegang keningnya.
“Tsatsa ada apa?” tanya Ochy yang khawatir lalu mendekat.
“tidak, aku hanya sedikit pusing...”kata Tsatsa sambil mencoba berdiri.
“jangan memaksakan bekerja..., kami yang akan menyelesaikan semua..., kau istirahatlah...”ucap Taemin yang mendekati Tsatsa dan memeriksa keningnya,”kurasa demammu akan bertambah parah...”.
“ada apa?”tanya Bella sambil mendekati Tsatsa,”kakak ada apa?”tanya Bella.
“Tsatsa memaksakan diri untuk membantu kami akibatnya demamnya bertambah...”kata Ochy,”ayo kita bawa Tsatsa ke kamar.
“m...”kata Bella lalu meletakkan tasnya dan berusaha menuntun Tsatsa menuju kamarna ketika Kim Bum datang.
“ada apa dengan Tsatsa?” tanya Kim Bum panik.
“demamnya meninggi...”jawab Taemin.
“biar aku yang membawanya ke kamar...”kata Kim Bum lalu meraih Tsatsa.
“tak perlu Kim Bum...” Tsatsa berusaha menolak namun Kim Bum tanpa memeperdulikannya tetep mengangkat Tsatsa yang langsung tertidur di pelukan Kim Bum.

“aku mohon katakan yang sebenarnya padaku...aku mohon...”pinta Lina terus berlutut pada Herlina dan Hyung Joon.
Keduanya saling bertatapan dalam diam kemudian Herlina bergerak dan membantu Lina berdiri,”entahlah apakah kau akan senang atau tidak, tapi jangan sampai kau berurusan lagi dengan bibi Hyun...”kata Herlina lembut.
Lina hanya diam dan menatap Herlina penuh permohonan.
“mungkin takakan menyenangkan bagimu..., hanya sebatas yang kami tahu saja...”kata Hyung Joon dengan nada datar.
“apapun aku akan berusaha menerimanya...”yakin Lina.
“tak ada yang berani membantah bibi Hyun selain Hyun Jong...,saat itu dia melawan ibunya dan malah kabur bersama seorang wanita, bibi akan melakukan apapun untuk mendapatkan Hyun Jong kembali, saat itu detektive sewaan bibi mengatakan padabibi bahwa Hyun mengalami kecelakaan, bibi langsung pergi yang kami tau hanya saat itu Hyun Jong di bawa dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri, hyun di bawa ke London untuk penyembuhannya..., hanya sebatas itu yan kamitahu...”jelas Herlina lalu menuntun Lina duduk di ruang tamu.
Air mata Lina mengalir deras tak dapat memebendung apa yang dia rasa, antara kelegaan,kecewa dan rasa rindu memenuhi hatinya.
“ku harapa kau tidak akan datang lagi kekehidupan Hyun Jong..., kau akan hancur bila berani mendekati Hyun lagi, itu janji bibi...”kata Hyung Joon dengan keras dan tersenyum sinis,”bibi memang nekat..., wanita egois...”
“aku hanya ingin Hyun ku kembali..., aku hanya ingin dia melihat anaknya..., aku hanya ingin melihatnya walaupun hanya sekali..., aku ingin bertemu dengannya...”tangis Lina pecah dan membuat keduanya bingung, Herlina hanya mencoba menenangkan Lina dengan usapan lembut ke punggung Lina.
“ada apa ini?Hyung..., apa aku mengganggu?” tanya suara itu yang membuat Lina terdiam.
“ah...,kau... ada apa kau ke sini?”tanya Hyung Joon sambil mendekat ke arah tamunya.
“aku hanya ingin berkunjung apa salah? Di depan ada mobil rongsokan apa itu milikmu?” tanyanya.
“tidak tentu saja bukan...”
Lina bangkit dan berbalik menatap tamu Hyung Joon,”Lina hanya terdiam dan tak mampu berkata, langkah beratnya menuntunnya ke arah Hyun Jong.

“privat?”tanya Frans pada Shanta.
“m...”Shanta mengangguk matap pada Frans,”kau maukan menjadi guru les sepupuku?” tanya Shanta.
“entahlah tapi aku...”kata Frans ragu.
“jangan khawatir Frans, bayarannya lumayan, yang penting kau mengajarinya hingga semester depan..., dia tak keberatan malam hari kau juga tak perlu jauh-jauh...”kata Shanta.
“jika kau tak mau aku bersedia...”kata Du Jinai mencalonkan diri.
“bodoh, aku menyuruh master no 1 dengan peringkat di atas rata-rata pada ujian semester lalu...”kata Shanta dengan cuek.
“baiklah...baiklah...”kata Du Jinai sambil mengerucutkan bibirnya.
“bagaimana?”tanya Shanta pada Frans yang masih terlihat ragu.
Frans menatap ke arah lain lalu mengangguk,”baiklah kebetulan toko bungaku sedang kurang pesanan, aku ingin memebantu ummaku...”kata Frans sembil tersenyum,”kapan aku harus memulainya dan dimana?”
“Besok setelah pekerjaanmu sebagai manager habis,aku akan mengirimkan alamatnya padamu...”kata Shanta.
“ne...araso...”
“bagaimana dengan Hee Chul?”tanya Du Jinai dengan antusias.
“biasa saja dia terus menjahiliku, kurasa sebentar lagi dia akan datang...”ucap Frans sambil mendesah pendek,lalu menatap jamnya.
“Ting Tong....”kata Shanta dan Du Jinai bersamaan.
Saat itu Hee Chul langsung datang dan menghampiri Frans,”ayo aku akan mengantarmu pulang...”Hee Chul sempat tersenyum pada Shanta dan Du Jinai lalu menarik Frans pergi.
“aku pergi dulu...”teriak Frans, kerepotan menahan laju langkah Hee Chul.
“tak bisakah kau tak menarik tanganku?” tanya Frans dengan sedikit sebal.
“Tidak...”jawab Hee Chul cuek lalu memaksakan Frans masuk ke mobilnya,”aku tak ingin mengambil resiko kau kabur lagi dariku....”
“Omo..., kau kira aku tahananmu?”tanya Fran jengkel.
“ya..., hari ini aku ada pemotretan..., kau temani aku....”kata Hee Chul dan membuat Frans mengerang kesal.
Hee Chul hanya tersenyum penuh kemenangan menatap Frans lalu mengemudikan mobilnya.

Kim Bum meletakkan Tsatsa di tempat tidurnya dengan hati-hati.
“aku akan mengambilkan pendingin...”ucap Rindi lalu bergegas pergi.
“Aku akan kembali bekerja permisi...”ucap Ochy, diikuti Bella.
Keduanya mengerti dan tak ingin mengganggu keduanya, Kim Bum merapikan rambut Tsatsa yang menempel di wajah Tsatsa dengan sangat lembut. Tak lama Rindi datang dengan es batu dan pengompres. Rindi yang sadar diri lalu pergi meninggalkan Tsatsadan Kim Bum.
Dengan sangat hati-hati Kim Bum menyeka kening Tsatsa dengan pengompres hingga Tsatsa sedikit membuka matanya,”kau..., belum pulang?”tanya Tsatsa dengan nada bergetar.
“aku tak akan meninggalkanmu Tsa...”kata Kim Bum singkat.
Tsatsa menahan tangan Kim Bum yang menyeka keningnya,”maafkan aku Kim Bum..., aku sudah berlaku kasar padamu tadi...”
“aku mengerti, kau bersalah padaku,tapi aku juga bersalah padamu..., aku juga ingin minta maaf padamu atas sikap kurang sopanku...” Kim Bum menyunggingkan senyum indahnya, Tsatsa mencoba membalas senyumnya walau bibirnya sedikit tergetar.
Kim Bum terus menemani Tsatsa hingga dia tertidur, dengan ragu Kim Bum mengecup kening Tsatsa lalu bersiap akan keluar ketika dia melihat kotak tergeletak di meja Tsatsa. Kim Bum mencoba untuk tidak perduli namun, keingin tahuan itu semakian kuat, sejenak dia meletakkan baskom itu lalu membukanya dengan pelan. Kim Bum diam terpaku menatap isinya, dia menghempas marah lalu keluar begitu saja meninggalkan baskom yang akan di bawanya ke dapur. Tanpa perduli ucapan Rindi Kim Bum pergi dengan sepedanya.

“maafkan aku...”kata Linda dengan terengah.
“satu jam di hari pertama, aku akan memotong gajimu...”kata Jun Ki dengan datar sambil menatap Jam tangannya.
“a...apa?” kata Lindea kesal.
“ini daftar yang harus kau lakukan, tanda tangani setelah membacanya...”ucap Jun Ki sambil menyerahkan selebar kertas pada Linda.
Linda membacanya dengan teliti,sementara Jun Ki yang sedang ada syuting sedang didandani untuk menutup luka di keningnya.
“apa?! 12 jam bersamamu? Kau gila?!”pekik Linda.
Jun Ki tersenyum sinis,”tidak,kau tak bisa menolak, jika kau menolak sama saja mengundang dirimu sendiri ke pengadilan...”ancam Jun Ki dan membuat Linda kesal.
“arghhh..., baiklah...akan langsung ku tanda tangani, percuma saja aku membantahmu...”kata Linda kesal lalu menandatangani kontraknya dengan marah.
“baguslah jika kau mengerti...”
Linda berpaling kesal, selama syuting Jun Ki, Linda hanya duduk dibawah pohon mae, walaupun hari sudah mulai gelap syuting tetap berjalan. Linda mendesah pasrah lalu menonton proses syuting Jun Ki, saat melakukan adegan perkelahian,Linda kembali merasakan getaran aneh saat menatap Jun Ki, jantungnya berdegup kencang.
“ish..., ada apa denganku sih...”kata Linda kesal lalu memutuskan untuk berjalan sebentar ketika sebuah ranting yang cukup besar akan menimpanya.
“awas...”ucap seseorang lalu mendorong Linda yang tak dapat berkutik. “kau tak apa?”
Linda terdiam kikuk,”y...ya..., gomawo..., ka..kau laki-laki kardus itu?”
“apa maksudmu, kau tak sopan, aku sudah menyelamatkanmu dua kali...”ucapnya sambil mengambil gitarnya yang terjatuh.
“kamsahamnida...”kata Linda sambil berdiri dan menunduk.
“Jae Jong, kau tak apa? Aku melihat kau...”ucap seorang laki-laki menghampiri keduanya.
“aku tak apa Xiah...”ucap Jae Jong
“ada apa? Ada masalah lagi?”tanya sang manager.
“Emma kau tak perlu khawatir, dia hanya...”
“ku rasa ada unsur kesengajaan...”kata Yochun yang tiba-tiba datangt.
“astaga kau mengagetkanku...”ucap Xiah sambil mengusap dadanya.
Emma yang sempat terkejut mengusap dadanya lalu kembali tenang,”darimana saja kau Yo Chun? Aku mencarimu dari tadi...”
“hanya tidur sebentar...”
“eh...m...maafkan aku sudah membuat kalian repot...”kata Linda menyela.
“kau tak apa kan?”tanya Xiah sedikit perhatian.
Linda menggeleng kuat lalu menatap Jae Jong lagi ketika handphonenya berbunyi dan Jun Ki mulai memerintahkannya lagi,”aku permisi dulu sekali lagi terimakasih, dan maafkan aku...”Linda bergegas berlari meninggalkan Jae Jong yang tersenyum menatapnya.
“hey...hey...kau suka dia ya?”sindir Xiah.
“aku hanya tertarik, wanita aneh...”ucap Jae Jong dan kembali tersenyum aneh.
Yo Chun memegang pundak keduanya,”akan lebih baik bagi kita tidak membuat manager bertambah marah...”ucapnya lalu menatap Emma yang berjalan menjauh dengan wajah kesal.
“manager tunggu...”ucap Xiah sambil menyusul Emma diikuti Jae Jong dan Yo Chun.
Di semak-semak tak jauh dari situ terdengar suara yang janggal.

Lina melangkah menuju Hyun Jong dengan perasaan rindu yang selama ini dia simpan, air matanya terus mengalir. Lina berada tepat di depan Hyun Jong dan menatapnya.
Tangannya terangkat ragu lalu memegang pipi Hyun Jong dan berkata,”kau benar-benar masih hidup Hyun..., kau benar-benar nyata atau masih dalam ilusiku?”ucap Lina.
“siapa kau?”tanya Hyun Jong yang menyadarkan lamunan Lina.
Lina menurunkan tangannya dan menggenggam tangan Hyun Jong lalu mengecupnya,”aku merindukanmu..., maafkan aku...”ucap Lina dengan berbisik sangat pelan.
Cepat-cepat Lina melepas tangan Hyun Jong lalu berjalan ke arah Herlina sambil menyeka air matanya.
“aku akan pulang, bisakah kau mengembalikan kunci mobilku?”tanya Lina sambil tersenyum kecil pada Herlina.
Herlina mengangguk lalu mengambilkan kunci mobil Lina di sakunya,”ini..., jika kau ingin kau bisa...”
Lina menggeleng kuat dan kembali tersenyum,”anak-anakku menungguku...,terimakasih atas pertolongan kalian, senang bisa berkenalan dengan kalian aku permisi dulu...”Lina menunduk pada Herlina dan Hyung Joon, lalu kembali menatap Hyun Jong dan tersenyum padanya,”aku..., ah sudahlah...maafkan aku jika aku kurang sopan..., anggap saja aku sebagai fansmu...,kamsahamnida”Lina berjalan cepat meninggalkan ketiganya yang masih terdiam menatap dirinya.

TBC....

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Yuna World 유나, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena