Welcome to my world,Im 유나ArataJJ admin @KBPKfamily ,author &a someone who likes to fantasize.. Thank for visit ^^

Minggu, 03 Juli 2011

SECRET VOICE-Oneshoot


CAST:
Jang Hyun Seung
Yang Yo Seob
Yuna Hae Min
Han Min Ri

Cast + :
Yoon Doo Joon
Lee Ki Kwang
Son Dong Woon

Story....

“kakak..., bangun...”teriak Yuna sambil menarik selimut kakaknya,”mau sampai kapan kakak tidur..., bangun kak...”
“Yuna..., biarkan kakakmu ini tidur dulu...”Yo Seob menarik selimutnya dengan mata masih terpejam.
“bangun atau kakak mau aku siram...”ancam Yuna sambil berkacak pinggang.
“baiklah..., baiklah....”Yo Seob bangkit sambil menggaruk kepalanya dengan keras dan kesal.
“sudah jam berapa ini? Kakak mau terlambat? Kakak kira kakak bisa begini terus...”Yuna terus mengomel sambil berjalan ke luar.
“kau ini..., jangan selalu mengomel terus..., kau kira ada lelaki yang mau denganmu jika kau begini terus? Sejak kita pergi dari rumah bibi..., kau terus saja mengomeliku...”ucap Yo Seob mengikuti Yuna berjalan ke dapur.
Yuna hanya diam sambil meletakkan roti bakar dan telur rebus,”sudahlah kak..., aku tidak akan jadi perawan tua... tidak akan sebentar lagi...”ucap Yuna dengan wajah berbunga.
Yo Seob tersedak meminum susunya dan menatap adiknya penuh tanya,”apa maksudmu? Ya..., kau...kau...”
“ti...tidak...sudahlah kakak..., ini bekalmu...,jangan lupa di makan sebelum kakak bekerja...”pesan Yuna sambil bersiap dan meletakkan celemeknya di kursi.
“Ya....ya...., hei Yunaaaa...”panggil Yo Seob, namun Yuna tak perduli dan terus melangkah keluar.

School Art Cheon...
“Yuna....”panggil Kara sahabat Yuna, saat Yuna berdiri di depan gerbang.
“Kara..., ka...kau...”ucap Yuna yang terkejut.
“haduh..., nona nomor satu di sekolah seni sedang menunggu pangeran ya...”goda Kara.
Yuna tertunduk malu dengan pernyataan Kara,”ya..., jangan menggodaku terus Kara... aku hanya...”
“lihat para fansmu datang...”Kara merangkul Yuna yang langsung menatap sekelompok murid laki-laki yang datang mendekat.
“Yuna..., mau kami bawakan tasnya...?”
“bagaimana jika aku menggendongmu hingga ke kelas....” ucap murid lain sambil berebutan utnuk melayani Yuna.
“i...itu tidak perlu..., Kamsahamnida...”ucap Yuna sambil tersenyum tulus.
Sesaat pandangan Yuna teralih saat Senior Jang Hyun lewat dengan sepedanya.
“Ya..., itu pangeranmu...”Kara menarik Yuna dari kerumunan orang-orang menuju parkiran sepeda.
“Senior...”ucap Kara pada Jang Hyun yang baru saja memarkirkan sepedanya.
“ka..., kara jangan...”Yuna berusaha kabur namun Kara menariknya menuju Jang Hyun.
“senior...,  kami dengar kau akan memulai audisi..., benar kah?”tanya Kara cepat. Jang Hyun hanya mengangguk singkat dan tanpa perduli melewati keduanya dan melangkah pergi,”Yuna..., cepat katakan...”
“a...aku...”
“senior...”panggil Min Ri dengan manja sambil menggandeng tangan Jang Hyun.
“he...hei... kau...”ucap Kara setengah kesal, namun Min Ri menjulurkan lidah pada Yuna dan Kara merasa menang lalu menggandeng Jang Hyun pergi.
“Yuna..., kau bagaimana sih..., lihat pangeranmu di rebut si nomor dua kau hanya diam saja...”omel Kara yang tak terima.
“sudahlah Kara..., ayo kita kembali...”ucap Yuna dengan lemah lalu menarik Kara menjauh.

“Yuna....”panggil Kara membuyarkan lamunan Yuna hingga makan siangnya tercecer di meja, tentu saja itu mengundang para murid pria datang dan melayani Yuna layaknya seorang putri,”kalian ini apa sih...”
“aku ke toilet dulu Kara...”Yuna berjalan lunglai meninggalkan mejanya dengan gontai. Kelas seni lukis terletak tak jauh dari kelas seni music. Yuna menatap sekelompok orang yang sedang bermain basket di lapangan sambil memandang kagum pada Jang Hyun,”sunbae Jang Hyun...”kagum Yuna tanpa berkedip sedikitpun.
“masih bermimpi tuan putri?”ucap Min Ri dengan sinis dan membuat Yuna terkejut hingga Yuna berbalik dan akan jatuh ketika seseorang menolongnya.
“kau tak apa?” tanyanya yang sempat terdiam menatap Yuna.
“kau murid baru dari kelas Dancer kan?” tanya Min Ri sambil mendekat ke arah si penolong Yuna.
“m...”angguknya.
“Kamsahamnida...”ucap Yuna yang langsung berlari pergi.
“he...hei...”
“siapa namamu? Aku Min Ri..., Han Min Ri...”ulang Min Ri dengan manja dia menarik laki-laki itu pergi.
Sementara itu...
Yuna termenung sambil menatap langit di atap gedung sekolahnya.
“aku tak ingin populer jika akhirnya aku tidak bisa berdekatan dengan senior...”ucap Yuna sedih. Dari dulu Yuna memang menjadi pusat perhatian para murid laki-laki di sekolahnya. Pada ajang pemilihan miss sekolah tahun lalu Yuna yang tak berniat ikut tiba-tiba di daftarkan oleh Kara, dan jadilah Yuna terkenal di seantero sekolah, pesaingnya tentu saja Han Min Ri yang hanya menempati posisi ke dua setelah Yuna. Yuna hanya hidup bersama kakaknya setelah kabur dari rumah kerabat dekat mereka. Kedua orang tua Yuna dan Yo Seob meninggal dalam kecelakaan. Saat Yuna mendengar dia dan Yo Seob akan di masukkan ke panti asuhan Yuna dan Yo Seob kabur dan memulai kehidupan mereka. Yo Seob bersekolah di sekolah smu negri biasa, demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan Yuna Yo Seob bekerja sebagai pelatih panahan di sebuah club panah dan bartender di sebuah club malam. Sementara Yuna bersekolah di sekolah kusus seni dan tanpa sepengetahuan Yo Seob, Yuna bekerja di sebuah teater bagian perlengkapan dan kostum. Keduanya mengalami kehidupan yang cukup keras tanpa di ketahui orang lain. Dan Yo Seob sangat menjaga adik satu-satunya itu.

“aku datang...”salam Yuna usai pulang sekolah di tempat kerjanya.
“Yuna syukurlah kau datang..., bisakah kau menjahitkan gaun ini?”ucap Sang Mi bagian perlengkapan yang lain.
“ada pentas?” Yuna langsung mengambil peralatannya dan siap menjahit.
Sang Mi mengangguk,”akan ada pengganti Bon Man..., kau tau dia sakit hari ini..., ku dengar keponakannya yang akan menggantikannya...”Sang Mi mengikatkan sebuah mahkota dengan hiasan lainnya.
“benarkah? Ku harap paman Bon Man cepat sembuh..., dia selalu memberiku coklat..., dia baik...”ucap Yuna setengah termenung.
“itu karena dia menyukaimu...”ucap Chan Ni salah satu pemain teater dengan sinis.
“jangan memulai Chan Ni...”sanggah Sang Mi tak suka,”Bon Man hanya menganggapnya adik okey...”
“owh..., ku rasa kau menyukai Bon Man...”cibir Chan Ni meninggalkan belakang panggung.
“dia parah...” ucap Sang Mi di ikuti gelak tawa Yuna,”Yuna..., mengapa kau tidak mendaftar sebagai pemain teater?”
Tawa Yuna terhenti dan mulai fokus pada pekerjaannya,”a...aku lebih senang mendekorasi panggung...”
Sang Mi mendekat dan mengangkat wajah Yuna lembut,”aku tau kau sangat ingin berakting..., lagi pula suaramu bagus kok...”
Yuna menatap Sang Mi lama lalu bertanya,”dari mana kau tau?”
“aku mendengarmu bernyanyi semalam..., ayolah ikut saja...”rayu Sang Mi,”aku yakin kau akan lebih baik dari pada Chan Ni ...”
Yuna diam termenung. Sesaat dia tak mendengar seseorang memanggilnya hingga Sang Mimenyenggolnya,”baik bos...”
“ada apa denganmu? Aku sudah memanggilmu dari tadi...”ucap Han Joon.
“maaf bos...” tunduk Yuna merasa bersalah.
”pengganti Bon Man datang, kau ukur pakaiannya dan serahkan pada Sang Mi...”perintah Han Joon.
Yuna menurut dan berjalan ke pinggir panggung,”maaf...apa kau pengganti Bon Man?”tanya Yuna sopan pada orang yang memunggunginya itu.
Saat orang itu berbalik Yuna terkejut hingga menjatuhkan meteran yang di bawanya.
“se...senior?” ucap Yuna tergagap.
Jang Hyun menatap santai Yuna,”ternyata kau bekerja di sini?”.
“y...ya...”jawab Yuna gugup. Jang Hyun menunduk dan mengambil meteran milik Yuna yang terjatuh.
“kau ingin mengukurku atau hanya diam saja?”
Yuna mengangguk dan segera mengukur Jang Hyun,”su...sudah...”
“aku kiratuan putri sepertimu hanya duduk tenang di rumah sambil menikmati teh...”ucap Jang Hyun kemudian.
Yuna terdiam tak menjawab sambil menggulung meterannya.
“aku tak menyangka kau..”
“aku harus kembali...”ucap Yuna yang berbalik sambil menahan air matanya, dia meninggalkan Jang Hyun yang masih menatapnya hingga menghilang di balik panggung.

Sepulang kerja Yuna menggigil dingin sambil meniupkan tangannya. Sambil memanggul tasnya Yuna melewati jalan yang mulai tertutup salju. Yuna berhenti di sebuah halte bis dengan wajah tertunduk.
“haish..., jangan menangis Yuna...”ucap Yuna pada dirinya sendiri sambil menyeka air matanya, Yuna terpekik ketika sesuatu yang hangat menyentuh pipinya,”se...senior...”
Jang Hyun meletakkan coffe panas ke tangan Yuna,”maafkan aku...”
“se...senior...,aku...”
“aku sudah keterlaluan padamu..., maafkan aku ...” ulang Jang Hyun.
Yuna menatap Jang Hyun lekat lalu menggeleng,”aku tidak apa-apa, jangan khawatir..., gomawo coffenya senior...”Keduanya sempat terdiam lama hingga Yuna melanjutkan,”aku bukan seorang putriyang sempurna..., aku tidak memiliki istana, aku tidak memiliki kereta kuda..., hanya sebuah rumah tua dan seorang kakak yang ku miliki...”
Jang Hyun hanya diam dan mendengarkan.
“sejak dulu..., hanya ada aku dan kakak..., entah apa jadinya tanpa kakak, mungkin sekarang aku sudah berada di panti...” Yuna menyeka air matanya.
Jang Hyun menjulurkan sapu tangannya sambil terus menatap ke depan.
Tak ada pembicaraan lagi setelah itu, ke duanya diam dan sibuk dalam fikiran masing-masing.

“kakak...”ucap Yuna yang sedang menggoreng telur.
Yo Seob menguap lebar sambil mengambil sepotong roti,”dari mana saja kau semalam? Pulang selarut itu...”
“a...apa?”tanya Yuna balik,”ada kegiatan sekolah kak...”ucap Yuna setengah berbohong.
“kau tidak sedang membohongi kakakmu kan?”selidik Yo Seob.
Yuna meletakkan telurnya di atas piring dengan sedkit gugup,”ka...kakak..., kakak kenapa sih? Aku sungguh...sungguh...”
“hm....”Yo Seob memandangi adiknya yang langsung meminum air putihnya,”baiklah..., aku percaya padamu..., lalu... apa ada laki-laki yang mendekatimu?”.
Pertanyaan Yo Seob membuat Yuna tersedak,”a...apa maksud kakak?”
“hei...ada apa denganmu? Benar ada laki-laki yang mendekatimu? Apa dia menyakitimu?” tanya Yo Seob dengan wajah setengah ingin tahu dan setengah menahan marah.
“kakak..., jangan memulai lagi..., aku akan pergi sekolah dulu..., kakak cepatlah bersiap...”Yuna langsung pergi meninggalkan Yo Seob yang terus memanggilnya.
“kenapa anak itu..., jangan-jangan...” Yo Seob dengan cepat mengambil jaketnya dan mengikuti Yuna dengan diam-diam.
Yo Seob menatap Yuna yang di kelilingi murid pria dan akan menyela ketika Jang Hyun datang. Yo Seob menatap adiknya yang mengejar Jang Hyun dan terlihat malu-malu menyerahkan sesuatu.
“sial..., ternyata Yuna menyukai laki-laki itu..., aku harus tau siapa dia...”tekat Yo Seob sambil meremas daun di sebelahnya. Dengan mengendap Yo Seob berjalan mundur hingga menabrak seseorang.
“au..., sial... hei... kau punya mata tid... ufh....” Yo Seob menutup mulut Min Ri dan bersembunyi di balik dinding.
“jangan ribut...”bisik Yo Seob sambil menatap ke arah Yuna yang telah memasuki halam sekolah.
“lepaskan aku...”ucap Min Ri yang terus memberontak lalu menginjak kaki Yo Seob hingga dia meringis kesakitan.
“au..., kau gila...”ucap Yo Seob sambil mengangkat kakinya yang terasa berdenyut.
“kau yang gila...,kau seperti penguntit..., ah.. kau pasti fans si putri itu ya...” tebak Min Ri.
Yo Seobmengerutkan alisnya,”putri?”
“ya..., kau sedang menguntit Yuna bukan? Ara..., semua laki-laki hanya memandangnya..., apa kelebihannya sih...”omel Min Ri dengan jengah.
“sejak kapan dia menjadi putri? Apa yang dia lakukan?” tanya Yo Seob cepat.
Alis Min Ri berkerut tajam menebak apa yang diinginkan Yo Seob,”kau fansnya tapi tidak tau dia putri smu ini? Menggelikan..., dia pemenang putri smu ini kau puas..., sekarang biarkan aku pergi...” Min Ri meninggalkan Yo Seob yang masih penasaran itu.

“apa yang kau lakukan tadi pagi Yuna..., dia menerima bekalmu...”ucap Kara dengan wajah ingin tau.
“anio..., aku hanya berterimakasih atas kebaikannya semalam...”senyum Yuna terkembang.
“semalam? Apa yang kau lakukan dengannya? Apa kau berkencan? Atau dia menyelamatkanmu?” tanya Kara dengan keingin tahuan yang besar.
“sudahlah..., ayo kita belajar akan ada ujian...” Yuna berusaha mengalihkan perhatian pada buku yang dia baca.
“haih..., kau ini... ternyata kau merahasiakannya dari ku...”
“Kara..., kita ada ujian...”ingat Yuna.
“ya..., kau ini putri sempurna..., tak perlu belajarpun kau ini akan tetap peringkat satu...”
Yuna hanya tersenyum dan kembali sibuk membaca.

Istirahat pertama...
Yuna bersembunyi di balik semak sambil mengendap ke ruang musik,”senior Jang Hyun...” kagum Yuna sambil menikmati suara merdu Jang Hyun.
“sedang apa kau?”tegur seseorang dan membuat Yuna terkejut,”kau yang hampir jatuh itu kan?”.
“a...aku..., mian...”Yuna menunduk malu dan akan pergi ketika dia menahan Yuna.
“tunggu..., aku perlu tau namamu? Dan apa yang kau lakukan di sini?”tanyanya ingin tau.
“tolong lepaskan aku...”pinta Yuna dengan sopan.
“tidak sebelum kau mengatakan namamu...”ucapnya keras kepala,”aku Yoon Doo Joon...”
“Yuna Hae Min..., sekarang tolong lepaskan aku...”pinta Yuna sambil menarik keras tangannya.
“oh..., baiklah maafkan aku...”ucap Doo Joon yang langsung melepaskan genggamannya,”lalu sedang apa kau di sini?”
“apa ada larangan bila aku ke sini?”tanya Yuna kesal,”kau cerewet sekali...”
Doo Joon tertawa lalu berkata,”kau lucu..., tidak ada larangan...,baiklah maafkan aku...”
Yuna hanya mendesah pendek,”sudahlah..., maaf aku pergi dulu...”Yuna meninggalkan Doo Joon yang terus menatapnya.
Yuna berjalan sambil terus menunduk kesal,”sial...”makinya, tanpa di sadarinya sebuah pot akan jatuh menimpanya saat seseorang menariknya hingga terjatuh. Yuna baru menyadarinya ketika pot pecah di sebelah mereka.
“a...apa yang...”
“kau tak apa?”tanya Doo Joon yang membantu Yuna bangkit, orang-orang segera berkumpul. Tentu saja Yuna yang menjadi sentralnya.
“ti tidak...., kau... lenganmu terluka...”ucap Yuna dengan panik.
“kau tak apa-apa?”tanya murid laki-laki lain yang berebutan memberi perhatian pada Yuna.
“lenganmu harus segera di obati...”Yuna menarik Doo Joon menuju klinik kesehatan, lalu dengan cepat membersihkan luka di lenganDoo Joon dan memperbannya.
“kamsahamnida...”ucap Doo Joon, pandangannya tak pernah lepas dari Yuna.
Yuna menggeleng,”tidak seharusnya aku yang berterima kasih..., kau telah menolongku dua kali...”.
“hanya kebetulan...”
Yuna merapikan kotak pengobatan dan mengembalikan ketempatnya,”kau tak apa-apa lagi? Apa ada yang sakit?”
“tidak...”ucap Doo Joon.
“Yuna...”pekik Kara yang menghampiri Yuna di klinik lalu memeluknya,”ku dengar ada yang menjatuhkan pot bunga dengan sengaja..., ku rasa itu ulah si  Min Ri...”geram Kara.
“tidak..., ku rasa bukan...” yakin Yuna,” Min Ri walaupun dia tak menyukaiku..., tapi aku yakin dia tak akan berbuat sejauh itu...”
“ayolah Yuna..., dia selalu berusaha merebut Jang Hyun darimu...”tambah Kara mengingatkan.
Yuna menggeleng,”apapun..., mungkin itu tidak sengaja..., sudahlah... ayo kita kembali...”Yuna akan berhenti namun dia berbalik dan menunduk pada Doo Joon,”sekali lagi Kamsahamnida..., aku akan membalas kebaikanmu segera...,kamsahamnida...”
“eh siapa dia?”tanya Kara namun Yuna menariknya pergi,”Yuna siapa dia?”
“dia yang menolongku dari insiden tadi...”jawab Yuna singkat.
“oh...”

“aku pulang dulu Sang Mi...”ucap Yuna sambil melambaikan tangan pada Sang Mi di halte bis.
“hati-hati Yuna..., kau yakin tak ingin naik bis saja?” tawar Sang Mi.
“tidak..., ada yang harus ku beli sebelum pulang..., sampai jumpa besok...”Yuna berbalik pergi dan mulai berjalan sendiri. Langkahnya terhenti sambil menatap langit yang penuh bintang,”h..., dingin sekali..., mengapa aku lupa membawa syal...” rutuk Yuna dan mulai berjalan. Yuna berhenti di sebuah pasar dan mulai membeli bahan-bahan masakan,”bibi...tolong beri diskon ya...”pinta Yuna pada penjual wortel.
“aduh nona..., ini sudah termasuk murah nona...”
“ayolah bi...”mohon Yuna.
“baiklah...baiklah..., hanya kau saja... itu karena kau pelanggan setia di sini...” Yuna tersenyum senang. Usai berbelanja Yuna kembali berjalan pulang dengan beban di kedua tangannya.
Sambil bernyanyi kecil Yuna berjalan dengan riang,”aku akan memasak sesuatu yang spesial untuk kakak...,hah...semoga kakak tidak pulang cepat...”harap Yuna tanpa memperhatikan sekeliling dia tak mengetahui sekelompok orang mengikutinya.
Saat berada di persimpangan Yuna di hadang sekelompok preman  yang berwajah jahat padanya.
“siapa kalian? Mau apa...”
“kami hanya ingin bermain..., kau si putri itu kan...”ucap salah seorang.
Yuna berjalan mundur namun di belakangnya para preman lain telah siap menghadang. Yuna di liputi ketakutan yang teramat ketika perlahan tapi pasti para preman itu mendekat sambil tersenyum menjijikan pada Yuna.
“ja...jangan sakiti aku... aku mohon...,pergi kalian...” teriak ketakutan Yuna hingga dia menjatuhkan barang belanjaannya.
“apa yang kalian lakukan...”ucap Jang Hyun dengan nada datar. Para preman itu berbalik dan menatap Jang Hyun dengan jengah.
“apa maumu? Jangan mencoba mengganggu kami...”
Jang Hyun tersenyum sinis sambil berkata,”tak jauh dari sini ada pos polisi jika kalian ingin ku laporkan gampang saja bagi kalian untuk masuk penjara....”ancam Jang Hyun.
Para preman yang ketakutan langsung lari meninggalkan Yuna sambil mengumpat marah.
Yuna yang sempat menangis menunduk dan memungut semua belanjaannya yang terjatuh.
Tanpa berbicara Jang Hyun membantu Yuna memungut belanjaannya. Setengah menahan gemetar Yuna bangkit dan mengenakan tasnya,”kamsahamnida..., kau telah menolongku ... kamsahamnida ...”Yuna menunduk lemah. Jang Hyun menghela nafas sekali lalu menarik Yuna ke dadanya. Yuna langsung menumpahkan tangisnya, tangis ketakutan.

“gomawo senior..., jika tak ada senior...aku...”ucap Yuna tertunduk malu didepan rumahnya.
“sudahlah..., masuk dan hangatkan dirimu...”potong Jang Hyun. Yuna menurut dan menunduk sekali. Saat berbalik Yuna mendengar suara pukulan dan langsung terpekik,”kakak jangan!”
“jangan mencoba mendekati Yuna!”ucap Yo Seob dengan emosi, dan menarik kerah baju Jang Hyun.
“h...”Jang Hyun menyeka bibirnya yang berdarah sambil tertawa sinis.
“kakak...jangan! Senior telah menolongku dari para preman...kakak lepaskan senior...” Yuna menarik kakaknya hingga melepaskan gengamannya.
“dia yang telah menyakitimu Yuna? Ku dengar kau mengalami kecelakaan hanya karena dirinya?”tanya Yo Seob dengan emosi.
“tidak kakak..., semua ini bukan karena senior...”Yuna berdiri di depan kakaknya sambil merentangkan tangan melindungi Jang Hyun.
“jangan berbohong...”
“aku tidak berbohong kakak! Aku lah... aku yang menyukai senior Jang Hyun...”ucap Yuna dengan lantang.
“apa..., Yuna kau...”ucap Yo Seob terbata.
“jangan sakiti senior kakak..., jika tidak aku akan membenci kakak...”ancam Yuna dan membuat Yo Seob sedikit syok.
Yuna berbalik dan menunduk tanpa melihat Jang Hyun sedikitpun,”Mianhamnida Sunbae...mian... “Yuna segera berlari masuk ke dalam rumah dan tak memandang siapapun lagi.

Pagi hari menjelang...
Yuna tak berbicara sedikitpun pada Yo Seob dan hanya memasakan makanan kemudian pergi ke sekolah dengan wajah mnahan malu.
“Yuna ada apa denganmu? Biasanya kau menunggu senior di depan gerbang?”tanya Kara pagi itu.
“ku rasa aku tak bisa bertemu dengan senior lagi seumur hidupku...”ucap Yuna sambil meletakkan kepalanya di meja.
“ada apa? Apa ada yang terjadi?”tanya Kara ingin tau,”bagaimana semalam?”
Yuna menatap Kara dengan heran,”semalam? Kau...”
“ti...tidak, maksudku...”
“bisa kita bicara?”tanya Min Ri yang tiba-tiba datang.
Yuna menatap Min Ri lalu mengikutinya keluar.
“ada apa?”
“aku tak akan berbuat jahat padamu jangan salah sangka..., bukan aku pelakunya..., aku sudahtak berniat lagi bersaing denganmu..., aku hanya minta agar kau tidak menerorku dengan surat-surat sampah itu...”ucap Min Ri sambil menyerahkan tumpukan kertas pada Yuna.
“surat..., tunggu..., aku tidak pernah mengirimkan surat apapun padamu...”sanggah Yuna.
“apa maksudmu? Ini semua atas namamu...”
“aku bersungguh..., ini bukan tulisanku..., dan untuk apa aku menerormu?”Yuna bertanya balik tak mengerti apa maksud semua ini.

“kau tak bekerja hari ini?” tanya Kara pada Yuna.
Yuna menggelengsambil memasang sepatunya,”hari ini kakakku ulang tahun dan kami berjanji untuk makan bersama..., aku duluan ya Kara...” Yuna melangkah ringan menuju rumahnya.
“Hei..., awas...”pekik MinRi yang langsung mendorong Yuna ke pinggir namun keduanya jatuh di salju yang mulai mencair. Yuna menatap sebuah mobil yang akan menabraknya tadi sambil menyipitkan pandangan,”kau...jika jalan lihatlah kebelakang juga...”ucap Min Ri yang mencoba bangkit sambil menahan pinggangnya.
“kau tak apa? Maafkan aku...aku...”pinta Yuna merasa bersalah.
“sudahlah..., aku takapa...” Min Ri mengambil tasnya dan merapikan rambutnya yang berantakan.
“pakaianmu basah..., ayo ikut aku...”Yuna menarik Min Ri ke arah rumahnya.
“lepaskan aku...”ronta Min Ri, namun Yuna tak perduli dan terus menariknya. Min Ri sempat menatap rumah Yuna yangnampak jauh dari fikirannya,”kau...tinggal di sini?”tanya Min Ri.
“ya..., sekarang ganti pakaianmu...”ucap Yuna sambil melempar pakaiannya.
“tidak...”
“ayo...” Yuna mendorong Min Ri ke kamar mandinya.
Sambil menunggu Min Ri, Yuna mulai membuat adonan kue ulang tahun untuk Yo Seob.
“kau sudah selesai? Duduklah..., aku sudah menyiapkan teh panas untukmu..., aku akan mengeringkan pakaianmu dulu...” Yuna menyajikan teh pada Min Ri kemudian meninggalkan pekerjaannya sebentar.
Min Ri menatap sekelilingrumah Yuna dan berjengit kecil ketika melihat seekor tikus lewat di depannya.
“ada apa?” tanya Yuna yang terkejut dengan teriakan Min Ri.
“ada...ada tikus...”Min Ri menunjuk ke sudut ruangan dan berbalik menatap Yuna aneh,”kau benar-benar tinggal di sini?” yakin Min Ri.
“ya...,kenapa? Ah..., kau pasti berfikir aku tinggal di rumah mewah dengan taman yang di penuhi mawar?” Yuna tersenyum dan kembali mengambil adonannya,”inilah rumahku..., aku tak memiliki apa yang kau dan yang lain fikirkan..., aku hanya rakyat biasa...”
“tapi kau...”
“kau mau membantuku masak? Hari ini kakakku berulang tahun...”Yuna memotong pembicaraan Min Ri dan menyerahkan adonannya. Sesaat Min Ri melupakan ketidak sukaannya pada Yuna dan asik membantu Yuna membuat kue ulangtahun, beberapa kali Min Ri membuat kesalahan, dan tertawa bersama Yuna. Hingga acara memasak itu selesai.
“hah..., baru kali ini aku memasak...”ucap Min Ri terduduk di sebelah meja makan.
“gomawo..., kau sudah membantuku...”Ucap Yuna sambil menyerahkan segelas air mineral.
Min Ri menerimanya dan terdiam sesaat,”kau..., ku rasa kau membenciku..., mengapa kau malah...”
“aku tidak pernah mengatakan bahwa aku membencimu..., menurutku..., kau dan aku sama..., kita sama-sama menyukai senior Jang Hyun, hanya perbedaannya kau sangat pemberani dan aku sangat pemalu...”jelas Yuna.
Min Ri berfikir lama lalu melanjutkan kata-katanya kembali,”kau tidak mencurigaiku seperti yang lainnya bahwa aku yang mencelakakanmu?”.
Yuna menggeleng,”ku rasa semua itu ketidak sengajaan...”
“kau terlalu polos...”cibir Min Ri.
“aku pulang...”pekik Yo Seob,”kau...”
“kau...si penguntit?” ucap Min Ri terkejut saat melihat Yo Seob.
“kalian sudah...., saling kenal?” tanya Yuna bingung menatap keduanya.
“dia yang pernah mengintipmu..., ternyata dia...”Min Ri menatap Yuna dan Yo Seob bergantian,”kakakmu?”
“dia yang sudah menginjak kakiku..., untuk apa kau...”Yo Seob menatap Yuna menuntut jawaban.
“dia telah menolongku kak..., dari mobil yang akan menabrakku...”jelas Yuna.
“apa..., ada..., ada yang ingin mencelakaimu?”Yo Seob kali ini memperhatikan Yuna dan memeriksaadiknya,”apa...apa yang terjadi?”
“aku sebaiknya pergi...” Min Ri beranjak namun Yuna menahannya,”apa lagi?”
“makanlah bersama kami...”pinta Yuna.
“apa..., tidak Yuna...”
“aku tau hari ini kau juga berulang tahun..., duduk di sini dan makanlah bersama kami...”potong Yuna atas kata-kata Yo Seob.
“da..., dari mana kau...tau?”tanya Min Ri heran.
“”kartu pelajarmu terjatuh... ayo makanlah bersama kami...”tawar Yuna.
“tidak Yuna...”
“kakak..., sudahlah..., hari ini...kita harus bersenang-senang...walaupun tak banyak makanan..., ayo kak...” Yuna menarik Min Ri dan Yo Seob ke meja makan. Walaupun sungkan pada akhirnya Min Ri menikmati juga saat itu. Tak ada si nona Min Ri, yang ada hanya Min Ri yang ceria dan apa adanya.

“ini karena adikku...”ucap Yo Seob yang mengantarkan Min Ri pulang atas paksaan Yuna.
“aku juga tak butuh kau antar...”balas Min Ri.
“baiklah...”Yo Seob berkata dengan sebal dan berbalik ketika dia melihat seseorang mengintai Min Ri. Yo Seob segera berbalik dan mengikuti Min Ri perlahan.
“ada apa? Bukannya tadi kau mau pulang?”tanya Min Ri dengan sinis.
“kau tak lihat ada yang mengikutimu?”bisik Yo Seob. Min Ri berbalik sejenak dan mengerti yang di maksud Yo Seob. Keduanya jalan bersama dalam diam.
“gomawo..., karena kalian..., aku baru pertama kali merayakan ulang tahunku bersama orang lain..., biasanya aku hanya merayakan sendiri di rumah...” kali ini kata-kata Min Ri melembut hingga Yo Seob menatapnya tajam.
“lucu sekali jika kau tak pernah merayakan dengan pesta hura dan sebagainya...”sindir Yo Seob.
“ya kau benar..., bisa saja aku mengadakan pesta tapi aku tak ingin pesta aku hanya ingin bersama orang-orang yang ku sayangi...”Min Ri menatap langit,”aku berterimakasih pada kalian..., ini rumahku...kamsahamnida kau telah mengantarku...” Min Ri menunduk dan masuk ke gerbang rumahnya yang sempat membuat Yo Seob terpana.
“Hei...”panggil Yo Seob,”jika kau merasa kesepian..., kapan saja kau bisa menemani Yuna..., kamsahamnida... kau telah menolong Yuna..., dia adik yang paling berharga bagiku..., kau pasti...memiliki sesuatu yang berharga dalam hidupmu kan?” Yo Seob hanya tersenyum kecil kemudian pergi meninggalkan Min Ri yang terdiam dengan meneteskan air mata.

“aku tak bisa Sang Mi...”tolak Yuna saat Sang Mi memintanya mengikuti audisi.
“aku telah mendaftarkanmu...”jelas Sang Mi dan terus memaksa.
“Sang Mi..., aku lebih senang di belakang panggung...” Yuna menghentikan pekerjaannya dan menghadap ke arah Sang Mi dengan sikap lelah.
“kau..., tak ingin merubah nasibmu nak? Jika kau bisa..., kau akan membuktikan pada bibimu..., dan seluruh keluargamu..., fikirkanlah..., besok pagi... audisinya...simpan ini...”Sang Mi menyerahkan kartu tanda audisi pada Yuna.
Yuna menggenggam kartunya dan berfikir bimbang.

Keesokan harinya...
“kakak... aku berangkat...”ucap Yuna meninggalkan rumahnya dengan sedikit menyimpan rahasia.
Yuna berbalik arah dan menuju gedung theater tempat audisi sedang berlangsung. Sang Mi tersenyum menatapnya dari ruang audisi ketika Yuna masuk dan terpekik menatap Sang Mi yang duduk sebagai juri,”Sang ... Mi...”
“silahkan Yuna..., jika kau memerankan Cinderela..., hayatilah...”ucap Sang Mi sambil tersenyum.
Seperti di beri sebuah spirit Yuna memulai berakting dan bernyanyi, tanpa di sadarinya Jang Hyun menonton dari celah pintu menatap Yuna sambil tersenyum.
“hei..., kau sungguh... aku tau... kau menyukainya kan?” goda Dong Woon sambil menatap ke ruang audisi.
“ayolah kawan..., ruang audisi kita bukan di sini..., cepat sebelum kita terlambat...”tambah Ki kwang sambil merangkul Jang Hyun pergi.
Usai audisi Yuna menunduk dan berpamitan pulang pada Sang Mi. Dengan langkah ringan Yuna melangkah pulang namun jalannya terhenti ketika mendengar suara yang dia kenal.
Di gedung lain Jang Hyun dan ketiga temannya sedang melakukan audisi. Suara merdu Jang Hyun mengalun lembut dan membuat Yuna menjatuhkan tasnya lalu diam mengaguminya. Yuna tak menyadari audisi usai hingga Jang Hyun menegurnya.
“sedang apa kau di sini?”tanya Jang Hyun.
“aku tau..., dia si putri...”ucap Dong Woon sambil menyalami Yuna dengan kagum.
“dia memang cantik Jang Hyun..., dia yang mengejarmu waktu itu kan?”ingat Ki Kwang sambil terus menatap Yuna.
“mian..., aku hanya tak sengaja mendengar suara senior...”ucap Yuna sambil menunduk malu.
“dia benar-benar mengagumimu Jang Hyun..., ah...biar aku saja yang mengantarmu pulang...”tawar Dong Woon. Namun Yuna menolak dan langsung berbalik pergi.

“aduh sial...”rutuk Yuna sambil berjalan lunglai. Dia meninggalkan tasnya di gedung audisi dan di turunkan di jalan yang cukup jauh dari gedung itu. Karena kelelahan, Yuna duduk di pinggir jalan sambil menarik nafas dalam.
“kau meninggalkan tasmu...”ucap Jang Hyun. Yuna menatap terkejut ke arah Jang Hyun lalu mengambil tasnya dengan cepat.
“kau menolongku lagi..., kenapa aku seceroboh ini...”maki Yuna pada dirinya sendiri.
“kau memang ceroboh...”
Yuna menatap Jang Hyun sesaat lalu menunduk,”iya...”
“aku akan mengantarmu pulang..., ayo...”
Yuna menatap Jang Hyun tak percaya, tanpa buang waktu Yuna segera mengikuti Jang Hyun.
Sepanjang jalan Yuna dan Jang Hyun hanya diam dan sibuk dalam fikiran masing-masing.
Langkah Yuna terhenti ketika melihat seseorang di sebuah lahan pembangunan sedang mengangkat batu dengan keringat yang mengalir deras.
“kakak...”ucap Yuna, langkahnya berbelok berjalan pelan untuk memastikan apa yang di lihatnya salah,”kenapa kakak..., bukankah seharusnya kakak sekolah..., kenapa kakak...”.
“jangan menyalahkan kakakmu..., semua yang dia lakukan hanya untukmu...”ucap Jang Hyun.
Yuna menatap Jang Hyun tak percaya,”senior tau jika kakakku..., bekerja?”
Jang Hyun balas menatap Yuna dan mengangguk.
“kenapa senior tak mengatakannya padaku?”tanya Yuna.
“aku...”
Yuna menatap sedih Jang Hyun lalu berlari meninggalkan Jang Hyun.
“Yuna...” Doo Joon menghampiri Yuna yang menangis di dekat sungai.
“kau..., kenapa kau?” Yuna menyeka air matanya.
“aku tak sengaja lewat...., ada apa denganmu?” Doo Joon meletakkan sepedanya dan duduk di sebelah Yuna.
Yuna menggeleng,”lukamu..., bagaimana?”
“sudah sembuh tentu saja..., hanya luka kecil..., kau benar-benar tak apa-apa?”tanya Doo Joon penuh perhatian.
“tidak..., terimakasih...” Yuna melempar sebuah batu ke arah sungai.
“ada apa denganmu?”tanya Doo Joon lagi,”kau terlihat sedang sedih...”
“sedih..., lebih tepatnya menyedihkan...”Yuna menopang dagunya,”kau tau..., semua orang celaka karena aku...”Doo Joon mendengarkan kata-kata Yuna dengan penuh perhatian,”hanya karena aku kakakku bekerja keras untukku..., apa aku begitu merepotkan?”
“ku rasa ... ya... tapi aku yakin kakakmu melakukan semuanya hanya karena ingin kau bahagia...”ucap Doo Joon,”sejak aku mengenalmu kau orang yang aneh dan mudah di tebak...”
“kau menghinaku ya...” sungut Yuna.
“tidak..., aku hanya mengatakan yang sebenarnya...”goda Doo Joon sambil tertawa kecil,”kau hanya butuh bicara dengan kakakmu...” Lama keduanya terdiam hingga matahari terbenam,“kau tau... kita seperti berkencan...”
“haha...lucu..., baiklah aku akan kembali...”Yuna mengambil tasnya dan akan beranjak pergi ketika Doo Joon mengatakan sesuatu.
“kau ada janji besok?”
“apa? Tidak ku rasa...”jawab Yuna sambil menyeka wajahnya.
“aku ingin mengajakmu nonton film...”kata Doo Joon secara langsung.
“apa?”
“aku ingin mengajakmu menonton...”ulang Doo Joon.
Yuna sempat berfikir dan akhirnya menjawab,”baiklah...”
“jam 10...”
“ya...”ucap Yuna setengah berlari pergi.

“Yuna..., kau belum tidur?”ucap Yo Seob terkejut saat melihat Yuna duduk sambil memegang gelas yang telah kosong.
“aku ingin berbicara dengan kakak...”kata Yuna dengan tenang.
Yo Seob menuruti adiknya dan duduk tepat didepan Yuna,”apa yang kau ingin bicarakan? Hari telah larut..., segeralah kau tidur...”
“aku melihat kakak bekerja tadi pagi...”
“a...apa...”
“katakan padaku..., sejak kapan kakak berhenti bersekolah?”tanya Yuna dengan tenang.
Yo Seob terdiam sejenak lalu menjawab,”tahun lalu..., dua tahun setelah kita pindah..., saat itu... kita mengalami krisis keuangan...”ucap Yo Seob jujur.
Yuna menghela nafas dan menyerahkan sebuah amplop pada Yo Seob,”aku ingin tahun ini kakak kembali sekolah..., ini uang hasil bekerjaku selama ini...”
“kapan kau...” Yo Seob menatap amplop itu kemudian kembali menatap Yuna.
“aku tau kak..., aku aku bekerja hanya untuk meringankan kakak, uang yang kakak berikan selama ini aku simpan..., aku tak menggunakannya aku takut jika kita dalam keadaan terdesak..., tapi aku tak menyangka kakak berhenti sekolah..., aku hanya...”Yuna sempat meneteskan air mata namun Yuna menahannya dan mencoba meneruskan kata-katanya,”jangan berhenti bersekolah karenaku kak..., aku bersalah karena telah mengajakmu kabur dari rumah bibi...”
“tidak Yuna..., jangan salahkan dirimu..., aku tau apa yang akan terjadi..., aku yang membawamu pergi..., uang kompensasi dari ayah dan ibu aku takut untuk menghabiskannya..., aku tak menyentuhnya sampai tahun kemarin..., aku berfikir bahwa... masa depanmu yang paling penting...” jelas Yo Seob.
“apa yang penting kak jika kakak malah menghancurkan masa depan kakak sendiri..., aku hanya ingin kakak sama seperti ku..., aku tak ingin hanya aku sendiri yang menikmati segalanya aku juga ingin bersama kakak..., kita berdua membuktikan pada bibi bahwa kita bisa hidup sendiri...” tegas Yuna sambil menahan emosinya.
“Yuna mengertilah...”
“kakak yang seharusnya mengerti..., kakak kita bersaudara ... jika kakak sedih aku juga ikut sedih..., apa kakak tidak menganggapku seperti itu?”tangis Yuna pecah.
Yo Seob berpindah tempat duduk ke sebelah Yuna dan memeluknya sambil mengusap punggung Yuna lembut,”mian..., mianhe...”pinta Yo Seob.
“untuk apa kakak..., asal kakak berjanji akan masuk sekolah lagi...” syarat Yuna.
Yo Seob hanya diam lalu mengangguk pelan,”ya...”
“kita akan berbagi kak..., aku menyayangi kakak...”Yuna balas memeluk sang kakak sambil terus menangis, kali ini apa yang menghimpit di lepaskannya bersama Yo Seob sang kakak yang di sayanginya.

“kau berkencan dengan pemusik itu? Ku rasa dia cukup baik...”ucap Yo Seob sambil menguap lebar di depan pintu.
“bukan kakak, hanya menonton film..., aku berhutang padanya...bukan dengan senior..., aku pergi kak...”ucap Yuna dengan santai.
Yo Seob menggaruk kepalanya yang terasa gatal kemudian kembali kekamarnya dan tertidur pulas.
Yuna menatap jamnya sambil bersandar di sebelah loket karcis. Tatapannya mencari Doo Joon.
“h...”
“maaf nona..., kau yang bernama Yuna?” tanya seseorang.
“ya... ada apa?” tanya Yuna gelisah.
“kakakmu mengalami kecelakaan...”ucapnya dengan wajah yang meyakinkan.
“apa!”pekik panik Yuna.
“mari ikut kami...”tawarnya. Yuna yang di liputi perasaan khawatir tak curiga dan mengikutinya pergi.

“Kara...”ucap Yuna dengan nada aneh ketika 5 orang beserta  Kara berada di area pembangunan.
“kau datang...”ucap Kara dengan sinis.
“Kara...”Yuna mengerutkan alisnya.
Kara tertawa sinis lalu mendekat pada Yuna dan memegang pipinya,”Kara...Kara..., temanmu itu sudah tidak ada lagi..., setahun yang lalu..., kau masuk dan langsung menjadi putri smu..., kau bahkan menjadi pusat..., kau tak tau apa yang aku simpan, aku mencoba mendekatimu..., mendekatimu agar kau tak menyukai senior Jang Hyun, tapi nyatanya..., kau malah menyukainya..., aku menyimpannya..., kau tau aku menyukai senior lebih dulu darimu..., aku sudah menyukaimu selama lima tahun...”.
Yuna mencoba untuk fokus mendengarnya.
“aku tak akan merelakan Senior Jang Hyun padamu..., aku sudah mencoba segala cara untuk memperingatkanmu..., aku membencimu Yuna...”ucap Kara sambil memukul wajah Yuna dengan keras.
Yuna menatap Kara tajam, lalu berlutut padanya sambil berkata,”maafkan aku Kara..., selama ini aku tak tau bagaimana penderitaanmu menyukai senior Jang Hyun..., maafkan aku...walaupun kau menyembunyikannya dariku tapi kau tetap berusaha mendukungku.., maafkan aku Kara...”
“apa yang kau lakukan? Mencari simpatiku? Tidak mungkin...”
Yuna  menggeleng kuat,”tidak..., bagaimanapun kau tetap sahabatku...”
“jangan berkata lagi..., kau..., aku membencimu...”Kara bersiap akan memukul ketika Jang Hyun datang dan menahannya.
“aku sudah mengatakan padamu agar jangan mengganggunya lagi...” nada tegas Jang Hyun membuat Kara sempat berjengit kaget.
“senior..., aku..., kenapa senior tau...”ucap Kara gugup.
“aku sudah menolakmu semalam..., tapi ternyata kau mengingkari janjimu sendiri...”jang Hyun berkata dingin pada Kara. Bawahan Kara yang merasa bosnya terancam mulai menyerang Jang Hyun.
“tidak..., jangan serang dia..., hentikan...!”pekik Kara dia mencoba untuk menarik Jang Hyun, namun dia terpental dan menabrak tiang penyangga bangunan.
Yuna yang hanya terdiam pandangannya mengarah ke atas dan spontan Yuna berlari ke arah Kara dan melindunginya.
“Nona Kara...”para bawahan Kara terpekik dan segera menolong mengangkat kayu dan batu yang menimpa keduanya.
“senior...”panggil Min Ri yang tak sengaja lewat.
Darah mengalir deras dari pelipis Yuna. Kara dan Yuna sama-sama tak sadarkan diri. Jang Hyun segera mengangkat Yuna ke pelukannya.
“sadarlah..., hei...”ucap Jang Hyun.
“apa yang terjadi?”tanya Min Ri,”bawa dia kemobilku..., kita akan membawanya ke rumah sakit...”tambah Min Ri. Jang Hyun segera membawa Yuna ke rumah sakit.

“kenapa dia belum sadar? Bukankah kata dokter..., dia hanya mengalami benturan di kepalanya?” Ucap YoSeob sambil menggenggam tangan Yuna erat.
“aku yakin dia akan segera sadar...”ucap Min Ri menatap sedih Yuna yang terbaring lemah dengan masker oksigen menutupi sebagian wajahnya.
Jang Hyun menatap dari balik pintu dan kemudian bersandar lemah kedinding.
“itu bukan salahmu sepenuhnya kan kak...”ucap Doo Joon.
“...” Jang Hyun hanya menghela nafas lalu tertunduk.
“aku tau kau menyukainya..., aku hanya penasaran..., seperti apa wanita yang mampu membuat kakakku yang berhati dingin menjadi Jang Hyun yang hangat....”ucap Doo Joon sambil meninju pundak Jang Hyun.
“kau juga..., menyukainya bukan...”kata Jang Hyun.
Doo Joon tersenyum dan mengangguk,”awalnya..., tapi ku rasa aku kalah dengan perasaan kalian..., dia menunggumu...”
“Thank’s Doo Joon...” Jang Hyun memeluk Doo Joon lalu melepasnya cepat. Jang Hyun melangkah masuk ke ruang perawatan Yuna.
“kau..., kau bilang akan menjaga Yuna...”Yo Seob meraih kerah Jang Hyun.
“maafkan aku...”
“apa yang harus ku maafkan? Karena kau sudah membuat adikku terluka?”tanya Yo Seob dengan emosi.
Jang Hyun hanya diam tanpa membalas perlakuan Yo Seob.
“aku hanya ingin saat ini Yuna membuka matanya...”tangis Yo Seob jatuh terduduk melepas genggamannya,”aku berjanji akan melanjutkan sekolahku..., asalkan itu bisa membuat Yuna membuka matanya...”
Min Ri hanya diam menatap sedih Yo Seob, pandangannya beralih pada Yuna yang menggerakkan tangannya,”Yuna..., hei...Yuna sadar...”pekik Min Ri.
“Yuna...” Yo Seob dengan cepat mendekat pada adiknya,”kau dengar kata-kataku Yuna? Kau... sudah bangun kan?”
“ka...kakak...”ucap Yuna yang mencoba membuka matanya.
“Yuna..., bukalah... aku ada di sini... Yuna.. jangan membuat aku khawatir...”pinta Yo Seob yang membelai rambut Yuna dengan lembut.
“ka...kak..., kepalaku sakit...”rintih Yuna.
Yo Seob dengan segera berlari memanggil perawat. Sementara Min Ri menatap Yuna dengan pandangan pedih.
“Min Ri...”
“jangan banyak bicara..., istirahatlah...”ucap Min Ri sambil menyeka air matanya.
“syukurlah... yang ku dengar itu tidak salah..., gomawo..., kau menolongku lagi dan lagi...”senyum terkembang di bibir Yuna. Dia mencoba meraihtangan Min Ri. Namun Min Ri yang mengerti mendekat dan menggenggam tangan Yuna,”aku tak akan pernahbisa membalas kebaikanmu..., gomawo..., aku sangat berterimakasih padamu jika kau mau mendukung kakakku...”
“a...apa maksudmu?”tanya Min Ri berpura-pura tak tau.
“aku tau kau menyukai kakakku..., aku mohon agar kau selalu di sampingnya...”
Min Ri terdiam ketika Kara masuk denganragu menatap Yuna.
“Kara...”bisik Yuna.
“untuk apa kau ke sini?” tanya Yo Seob marah.
“aku hanya...”kata Min Ri gugup.
“pergi sebelum aku...”ucap Yo Seob dengan emosi.
“tidak kakak..., aku juga harus berbicara dengannya...”Yuna menahan kakaknya yang terpaksa menyingkir. Perlahan Kara berjalan ke arah Yuna,”maafkan aku Kara...”
“tidak aku yang seharusnya meminta maaf padamu...,seharusnya kau tak perlu menyelamatkanku...”tangis Kara pecah.
 Yuna memegang tangan Kara dan berkata,”karena kau adalah sahabatku...”ucap Yuna dengan tulus,”aku tak tau apa jadinya aku di sekolah tanpa kau..., aku akan menyerah...kau bisa...”
“tidak..., aku yang bersalah padamu..., aku mengingkari janjiku pada senior..., aku telah mengatakannya pada senior..., aku malu padamu... aku tak akan mungkin memaksakan lagi... aku tak akan bisa mengalahkanmu..., trims kau masih menganggapku sahabat Yuna...”Kara memeluk Yuna erat lalu melepasnya dan kemudian pergi. Para perawat datang dan menyuntikan obat tidur pada Yuna yang sempat melihat Jang Hyun sambil tersenyum.

Dua minggu kemudian...
“benarkah kalian sudah jadian?” tanya Yuna antusias sambil mengenakan tongkat penyangganya.
Min Ri mengangguk malu,”ya..., aku sudah mengatakannya dan dia menerimanya...”
“”huh..., kau akan menjadi kakak iparku segera...”goda Yuna. Min Ri mengantarkanYuna ke kamar pasiennya.
Yuna terkejut ketiika menatap Jang Hyun yang sedang memunggunginya.
“baiklah..., aku harus pergi dulu sebentar untuk melaporkan kondisimu...”goda Min Ri lalu berjalan keluar.
“senior...”ucap Yuna berjalan pelan.
Jang Hyun berbalik dan tersenyum. Jang Hyun duduk di tempat tidur Yuna dan menarik Yuna mendekat padanya.
“senior...”
“syukurlah kau cepat sembuh Yuna..., aku sangat mengkhawatirkanmu...”senyum lembut Jang Hyun membuat yuna gugup dan tertunduk.
“senior..., kau... kenapa?”
“aku akan menjagamu mulai saat ini Yuna..., aku berjanji padamu..., ada yang belum ku katakan padamu....”Jang Hyun menatap Yuna lalu tersenyum,”aku menyukaimu...”
Yuna terdiam tak mampu berkata sepatah katapun.
“aku menyukaimu..., hanya aku tak bisa mengekspresikan perasaanku..., maafkan aku jika aku mengatakannya setelah kondisi seperti ini..., tapi aku tak ingin kau menyukai orang lain lagi...”
“ma..., maksud senior?” tanya Yuna tak mengerti.
“kau menyukai Doo Joon?” tanya Jang Hyun yang membuat Yuna terdiam,”aku tau..., walaupun sedikit tapi kau menyukainya..., aku tak akan membiarkan kau di miliki orang lain lagi..., aku menyukaimu...” keduanya saling bertatapan. Yuna menatap tak percaya pada Jang Hyun,”mau kah kau menjadi milikku Yuna?” tanya Jang Hyun lagi.
Yuna terdiam malu lalu mengangguk,”aku menyukaimu senior...”
“jangan memanggilku dengan sebutan itu...”Jang Hyun menarik Yuna hingga mendekat ke arahnya sambil menahan Yuna yang akan oleng. Keduanya saling bertatapan, Jang Hyun menarik wajah Yuna dan keduanya berciuman. Tanpa di sadari Yo Seob dan Min Ri mengintip keduanya. Yo Seob yang akan menghentikan aksi Jang Hyun itu di tahan Min Ri yang langsung menariknya pergi.
“hei..., aku memperbolehkan mereka berpacaran tapi untuk itu aku...”ucapan Jang Hyunterhenti ketika Min Ri mencium pipinya lalu tersipu malu,”kau...”
“sudahlah...”Min Ri beranjak pergi sambil menutupi rasa malunya.
Yo Seob tersenyum lalu mengejar Min Ri dan menggenggamtangannya,”aku pun bisa...” Yo Seob mencium Min Ri cepat hingga orang-orang menatap mereka sambil menunjuk. Sementara Min Ri yang sempat terdiam mengejar Yo Seob yang menghindarinya sambil tertawa senang.

THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Yuna World 유나, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena