Welcome to my world,Im 유나ArataJJ admin @KBPKfamily ,author &a someone who likes to fantasize.. Thank for visit ^^

Kamis, 23 Juni 2011

“SPRING IN LOVE 19” (봄 사랑에)


“SPRING IN LOVE 19 ( 사랑에)


“aku tak ingin melihat kau menangis..., ayo.., badanmu masih panas aku akan mengantarmu ke kamar...”Dhicca mengangguk, Linda menuntun Dhicca ke kamar namun saat Dhicca melangkah nafas Dhicca terengah sambil memegang dadanya dan pandangannya semakin kabur hingga Dhicca tak sadarkan diri. “Dhicca..., hei Dhicca ku mohon sadarlah....”pekik Linda khawatir. Di saat yang tepat Lina datang.
“ada apa? Apa yang terjadi pada Dhicca?” Lina menjatuhkan barangnya dan menghampiri keduanya dengan khawatir. Taemin dan Ochy tak kalah kaget dan mengelilingi keduanya.
“penyakitnya kambuh..., kita harus membawanya ke atas...”kata Linda setengah panik.
“biar aku yang mengangkatnya...”Taemin langsung mengangkat Dhicca dan membawanya ke kamar.

“siapa... kau?”ucap Rindi setengah termenung menatap penolongnya.
Laki-laki itu hanya diam dan menarik Rindi ke sebuah mobil jep.
“hei...., katakan padaku siapa kau atau aku akan berteriak...”ancam Rindi sambil menarik tangannya.
Laki-laki itu memaksa Rindi masuk ke mobilnya lalu berkata dingin,”aku akan membungkammu jika kau ribut, diam dan ikuti saja aku...”ucapnya membuat Rindi terdiam.
Tak lama Rindi telah duduk dengan tenang di sebelah laki-laki dingin tadi. Takut-ktakut Rindi menatap laki-laki itu lalu kembali gelisah.
“kau mau menculikku?, aku...aku bukan artis, aku hanya aku hanya pemeran pengganti aku bukan...”laki-laki itu menatap dingin Rindi hingga membuat Rindi terdiam.

Bella berlari ke sebuah kebun tua di belakang sekolah, air matanya tak mampu berhenti dan terus mengalir. Bella terduduk di bawah pohon mapel tua, dia terus menangis dan berteriak penuh kekecewaan,”semua bohong, kakak pasti bohong padaku, kenapa aku jadi seperti orang yang terpuruk seperti ini? Aku pabo jika aku spesial di mata kakak..., aku memang bodoh...BODOH” tangis Bella.
“kau bukannya bodoh...”ucap Hong Ki yang tiba-tiba datang,Bella yang terkejut langsung menyeka air matanya dan bangkit.
“kau...”kata Bella gugup.
“aku melihatmu berlari ke sini, aku mengikutimu, kurasa aku endengar suara yang aneh hingga gendang telingaku seperti akan rusak...”Hongki tersenyum pada Bella,”kau ada masalah? Maafkan aku bila terlalu ikut campur..., tapi ku rasa kau perlu seseorang...”tambahnya.
Bella tersenyum sinis,”aku tak apa, urus-urusanmu sendiri...”kata Bella dengan ketus, lalu melangkah pergi sebelum Hong Ki menarik tangannya.
“kau terlalu cantik untuk menangis Bella...”ucap Hong Ki dengan tulus.
Bella menatap Hong Ki dengan wajah yang hampir bersemu merah ketika dia sadar dan cepat menarik tangannya,”ku rasa selain telinga, pandanganmu juga parah...”Bella meninggalkan Hong Ki yang menatap Bella sambil tersenyum aneh.

“aku kan hanya mengajar selama 2 jam saja, bisa tidak kau tidak overprotectif terhadapku?”kata Frans kesal ketika Hee Chul memberondonginya dengan pertanyaan, saat Frans mengatakan akan bekerja paruh waktu sebagai pembimbing.
“aku hanya khawatir padamu...”ucap Hee Chul lalu menghela nafas ringan dan kembali berkata,”maafkan aku, aku hanya benar-benar merasa khawatir padamu, sekarang katakan padaku, dimana kau akan mengajar dan jam berapa? Aku akan me nyesuaikan dengan jadwalmu...”nada Hee Chul melembut dan menatap Frans Chan dengan sungguh-sungguh.
“kau tak perlu khawatir, tempatnya sangat dekat dengan tempat kau tinggal, Shanta telah memberikan alamatnya padaku...”Frans Chan membuka selembar kertas dan terpekik kaget.
“ada apa?”tanya Hee Chul, yang langsung mengambil kertas di tangan Frans,”Si Won?”
Frans terdiam dengan ekspresi sedikit ragu,lalu menatap Hee Chul yang masih membaca kertas itu.
Hee Chul tersenyum dan mendesah lega,”baiklah jika ini aku setuju...”Hee Chul mengembalikan kertas itu lalu mengemudikan mobilnya tanpa memperhatikan ekspresi ganjil Frans yang tampak shock.

“Ochy, kau ambilkan air putih, aku akan menelpon dokter...”perintah Lina yang panik, dia kemudian menyambar Handphonnya dan mencari nomor seseorang.
“Dhicc..., kau tak apa kan? Katakan agar kami bisa membawamu kerumah sakit jika kau parah...”ucap Linda tak kialah panik. Ochy kembali dengan secangkir air putih lalu kembali ketoko bersama Taemin yang berwajah khawatir.
“sa....sakit...,uhuk....uhuk...”ucap Dhicca setengah mengerang setengah terpejam.
Tsatsa yang mendengar keributan itu datang dan menatap kakak-kakaknya,”ada apa?”
“Tsa,tolong ambil obat Dhicca di locker...”pinta Lina terus mencoba menelpon seseorang,”halo..., Saeng Baksanim...,ne, tolong...tolong DhiccaBaksanim, ya kumohon segera...Kamsahamnida...”
Tsatsa memperhatikan ibunya yang sangat panik, perasaan aneh menyelimuti Tsatsa saat itu, dengan tersentak Tsatsa menyerahkan obat itu pada Linda,”umma, boleh aku bertanya?”tanya Tsatsa.
“nanti saja Tsatsa..., umma harus mengurus kakakmu dulu...”ucap Lina sambil beranjak untuk mengambil sesuatu,”Linda di mana kau menaruh kertas itu?”teriak Lina.
“Di Locker bawah umma, Dhicca, ayo minum obatmu dulu...”ucap Linda sambil menyangga tubuh Dhicca yang lemas.
Tsatsa menatap sebal,dan berjalan menghampiri Lina,”aku hanya akan bertanya satu kali umma setelah itu aku tak akan bertanya lagi....”pinta Tsatsa.
Lina yang sedang panic tak mendengar permintaan Tsatsa hingga tak menjawab pertanyaan anaknya yang berubah menjadi kemarahan.,”hanya satu umma, hanya SATU saja bahkan kau tak ingin berpaling menatapku umma?”ucap Tsatsa dengan suara sedikit keras dan membuat Lina terkejut.
“Tsatsa, maafkan umma, jangan sekarang nak...kau tau kan?” pinta Lina merasa bersalah.
“selalu kak DHICCA, selalu dia, saat Tsatsa sakit umma tak sekhawatir ini? Kenapa umma? Kenapa selalu kak Dhicca? Semua orang di rumah ini khawatir terhadap kak Dhicca..., selalu, dan SELALU, Tsatsa hanya ingin bertanya hanya sekali umma...”kata Tsatsa dengan sangat marah.
Lina menatap anaknya dan memegang tangan Tsatsa,”baiklah, katakan padaku, apa yang ingin kau tanyakan?”
“jawab dengan jujur Umma..., aku ingin tahu siapa ayahku?”tanyanya dan membuat Lina berwajah syok hingga tak mampu menjawab.
“pertanyaanmu keterlaluan Tsatsa...”ucap Linda tiba-tiba.
Tsatsa berpaling pada Linda dan tersenyum menyindir,”kakak juga ingin tau kan siapa ayah kakak? Aku tau umma berbohong dengan mengatakan appa telah meninggal karena aku mendengarnya sendiri, hari ini umma akan bertemu dengan appa, iyakan umma?”ucap Tsatsa.
Lina menatap Tsatsa, air matanya sedikit menetes,”maafkan umma nak, maafkan umma...”ucap Lina dengan bergetar.
“h..., umma membohongi kami, mengapa umma tak mengatakan dari dulu bahwa ayah kami masih hidup? Kenapa umma?”tanya Tsatsa setengah memaksa.
“umma...,umma...”ucap Lina ragu menatap kedua anaknya dengan perasaan bersalah.
“kenapa umma?”
“Jangan teruskan umma aku tau semuanya, jangan katkan jika umma belum siap, dan Tsatsa, jangan menyudutkan umman..., kau harus mengerti mengapa umma tak mengatakannya pada kita itu semua untuk kebaikan kita”ucap Linda, dan membuat Tsatsa berpaling marah menatapnya.
“jadi, hanya aku yang tak tau? Hanya aku? H... seharusnya aku juga tau kalau aku ternyata anak pungut di rumah ini!”ucap Tsatsa dengan dingin.
PLAK...., Linda menampar Tsatsa yang langsung memegang pipinya dan menatap Linda tak percaya. 
“Jika kau berfikir kau anak pungut..., kau salah besar TSATSA!...”bentak Linda, saat itu Rindi yang telah tiba terdiam, diikutui Frans dan Bella yang datang bersamaan,”kau..., kau adalah anak kandung umma, hanya kau Tsatsa, HANYA KAU! Kau tau! Kak Frans, Dhicca,Bella, mereka semua anak angkat umma, sedangkan aku, kau tau, akulah yang anak pungut, umma menemukanku di tengah jalan dan akan di bunuh kau tau itu?”air mata Linda keluar pada akhirnya, Tsatsa dan Lina menatap tak percaya pada Linda,”hanya kau anak kandung umma Tsatsa hanya kau...”ulang Linda lalu memalingkan wajahnya.
Tsatsa yang tak dapat berkata langsung berlari ke kamarnya.
Sementara Linda terduduk dan menangis,”maafkan umma linda, maafkan umma...”pinta Lina merasa bersalah.
Dhicca yang turun mendengar keributan langsung memeluk Linda dengan wajah pucatnya,”jangan menangis Linda, jangan menangis...”pinta Dhicca yang ikut terisak.
“aku tak mengerti...me mengapa aku menangis...”ucap Linda berusaha untuk meredam tangisannya,”aku sudah berjanji padamu untuk tak akan me...menangis..., maafkan aku Dhicc..a...umma...”Lina memeluk kedua anaknya.
Frans yang ikut meneteskan air mata maju dan memeluk keluarganya,”aku juga sudah tau umma....”.
Rindi tersenyum dan menatap haru ke empatnya, bersama Bella.

Tsatsa terisak di kamarnya, langkah marahnya membuatnya tak dapat berfikir jernih. Tsatsa mengambil tas ranselnya dan memasukkan sebagian pakaian dan perlengkapan lainnya. Tsatsa mengenakan mantel dan sepatu ketsnya. Tsatsa melangkah melewati jendela kamarnya yang bersebelahan dengan pohon tua. Setelah memanjat dan sempat tergelincir Tsatsa menapaki tanah dan sempat menatap rumah yang selama ini dia tinggali, Tsatsa menatap surat di tangannya lalu meremasnya dan pergi tanpa menoleh lagi.

Dhicca tertidur setelah Saeng memberikan suntikan pereda rasa sakit.
“dia akan tertidur selama 5 jam penuh...,m...aku ingin berbicara denganmu Lina...”ucap Saeng lalu berjalan ke ruangan keluarga.
Frans dan Rindi yang akan kembali pergi, terpaksa berhenti ketika mendengar kondisi Dhicca yang semakin hari semakin melemah.
“dari hasil kesehatan Dhicca, benar dugaanku, dia harus melakukan operasi, kecil kemungkinan tapi itu lebih baik dari pada tidak..., rasa sakit akan terus datang jika dia mengalami perasaan tertekan dan bila dia terlalu lelah, sengaja atau tidak...”ucap Saeng dengan suara berat.
“op...operasi?...”tanya Linda tebata.
“ya, harus di lakukan secepat mungkin, oh ya, sebelum operasi aku menyarankan agar Dhicca mengikuti therapy...”ucap Saeng sambil menyerahkan laporan kesehatan Dhicca.
Linda mengambil dengan cepat,Lina masih terdiam dan menatap Saeng lalu bertanya ragu,”Sa...,Saeng Baksanim...,apa tidak ada cara lain? Maksudku, aku tak mempermasalahkan biayanya, tapi resiko...”ucap Lina ragu.
Saeng mengerti dan mengangguk,”kemungkinan hanya 40% itupun jika di lakukan secepat mungkin...”jelas Saeng dan membuat Rindi serta Frans terpekik tertahan.
“e...empat puluh persen?”ulang Linda.
“m..., kurasa, tak ada jalan lin, itu satu-satunya cara..., aku akan berusaha membantumu, kau tak harus sendiri Lina..., aku akan mengusahakannya...”janji Saeng.
Ketiganya terdiam cukup lama tanpa dapat berkata lagi.

“kau masih menungguku?”tanya Rindi kesal ketika laki-laki yang menolongnya tadi menunggunya di halaman depan sambil menatap ke tumpukan bunga.
“cepat masuk aku akan mengantarmu...”katanya dingin, dengan sebal Rindi mengikuti perintahnya.
“wah..., kurasa Rindi benar-benar menjadi bintang sekarang...”ucap Ochy sambil memperhatikan.
Taemin hanya menatap sesaat dan kembali menatap ke dalam rumah.
“hei..., kau mendengarku tidak?”tanya Ochy kesal.
Taemin hanya menghela nafas dan kembali bekerja.
“Aku sudah mengatakan padamu, walaupun kau menolakku, aku tak akan menyerah...”ucap Ochy bersikeras.
“ada apa?”tanya Frans yang akan keluar.
“Frans Chan, ti...tidak, kau mau pergi lagi?”tanya Ochy gugup.
Frans mengangguk ketika Hee Chul datang.
“wow..., kau benar-benar berpacaran dengan...”ucap Ochy.
Frans yang jengah mendengarnya memotong kata-kata Ochy,”hanya teman okey...”
“ne....”ucap Ochy yang merasa tak enak.
Frans menghampiri Hee Chul,”aku sudah mengatakan padamu aku akan datang ke agency sendiri, ku rasa kau memang suka membuat kehebohan...”omel Frans.
“kurasa..., tapi hari ini jadwal berpindah...” kata Hee Chul dengan enteng dan menarik Frans pergi.

Ponsel Linda berdering ketika Linda sedang menatap Dhicca yang tertidur,”ne, aku mengerti..., aku akan segera datang...”jawab Linda lemah.
Dia beranjak dari tempatnya dan mendengar pekik Lina dari kamar Tsatsa.
“umma, ada apa?”tanya Linda dan Bella berbarengan.
“Tsa...Tsatsa di pergi...”Lina terhempas lemah, surat ditangannya menjelaskan bahwa Tsatsa pergi dari rumah.
“ke...kenapa?”ucap Linda,”ini pasti gara-gara aku...”ucap Linda sambil memukul kepalanya sendiri,”aku memang pabo...”
“berhenti menyalahkan diri kak, sekarang lebih baik kita mencari Tsatsa...”ucap Bella menyarankan dengan tenang.
Lina mengangguk lalu berdiri tegap,”aku akan meminta Ochy dan Taemin...”Lina bergegas pergi sementara Linda masih berdiri termenung di tempatnya.
“ayo kak, jangan menyalahkan dirimu, kau memang salah tapi kau juga benar, Tsatsa hanya butuh waktu...”saran Bella lalu menyusul Lina pergi. Linda berfikir panjang dan berbalik tanpa menatap kedepan,JEDUG...
“aaaaaaaaaauuuuuuuuuuu...”ucap Linda sambil mengelus keningnya yang menabrak pintu,”dasar pabooo...”makinya pada dirinya sendiri.

Kim Bum melangkah masuk ke dalam toko ketika Bella akan pergi.
“ada apa? Tidak biasanya toko tutup sebelum waktunya?” tanya Kim Bum.
Bella menatap sekilas lalu mengambil bola basket kesayangannya,”kemana saja kau? Bersembunyi?”cibir Bella,” kami semua mencari Tsatsa,dia kabur..., jangan bersikap skeptis oke...”Bella melangkah pergi mendahului Kim Bum.
“he...hei...tunggu, apa maksudmu?”tanya Kim Bum sambil mengejar Bella.
“berhenti mengejarku dan bantulah mencari Tsatsa...”ucap Bella dengan sebal.
“apa maksudmu tadi Tsatsa benar-benar...?”
“ya...”ucap Bella singkat, dan meninggalkan Kim Bum sambil mendribel bolanya.

Tsatsa berdiri di sebuah gerbang besar yang sangat megah. Langkahnya tegap menuju pintu ketika sebuah mobil mengklaksonnya.
Tsatsa berpaling dan menatap mobil mewah itu.
“hei bisa tidak kau menyingkir dari situ?”ucap sopir mobil tersebut sambil menghampiri Tsatsa.
Tsatsa hanya terdiam dan memperhatikan seseoang di dalam mobil itu.
“hei...”dengan kasar sopir itu mendorong Tsatsa hingga terjatuh.
“au...”rintih Tsatsa mengusap lengannya yang terluka.
Seseorang dari mobil itu keluar dan menghampiri Tsatsa.
“apa yang kau lakuakan?, kau tak apa?”tanyanya dengan sopan.
“tu...tuan...”ucap sang sopir ketakutan.
Seorang wanita paruh baya keluar dari mobil dan menatap Tsatsa dengan sinis,”apa yang kau lakukan Hyun Jong? Masuk sebelum pesta di mulai...”ucapnya tak suka melihat Tsatsa.
“bu..., aku hanya menolongnya...”ucap Hyun Jong sambil membantu Tsatsa berdiri,”kau tak apa nak? Sedang apa kau di sini?”tanyanya dengan sopan.
“A...Appa...”ucap Tsatsa pendek.
Wanita tengah baya itu terkejut menatap Tsatsa dan menarik Hyun Jong,”ayo masuk acara akan segera di mulai, jangan fikirkan dia...ibu akan memberikannya kompensasi...”ucapnya tegang. Hyun Jong sempat tersenyum pada Tsatsa dan masuk ke dalam mobilnya, wanita itu menatap Tsatsa tajam.
“kau anak perempuan itu? Pintar sekali ibumu, menggunakan cara licik dengan mengirimmu..., dia fikir aku kan menyerahkan anakku? Katakan pada ibumu, suka atau tidak dia harus menandatangani surat perceraian itu, jangan pernah datang lagike hadapan ku atau anakku, mengerti?”kata-katanya tajam menatap Tsatsa yang tak dapat berkata. Wanita itu melangkah masuk ke dalam mobil.
Tsatsa sempat melihat Hyun Jong tersenyum sebelum mobil itu masuk ke dalam gerbang mewah itu.
“apa ini..hh...”ucap Tsatsa terduduk lemas atas perlakuan yang didapatnya,”apa karena ini? Atau aku...., bukan memang...memang itu...”

Linda berlari dan setengah terengah menghampiri Jun Ki usai pemotretan.
“kemana saja kau?”omel Jun Ki.
Linda mengatur nafas dan berkata,”ma..., maafkan aku...,Dhicca sakit, mian...”.
Jun Ki hanya diam tak melanjutkan,”sudahlah, untuk hari ini kau boleh pulang lebih cepat, tak ada jadwal lagi setelah ini...”kata Jun Ki.
Linda tersenyum senang dan memeluk Jun Ki penuh rasa terimakasih,”gomawo, gomawo,gomawo...., aku berterimakasih padamu....gomawoo...”.
Jun Ki bergerak kikuk saat Linda memeluknya,”em..., bisakah kau tidak bertindak bodoh seperti ini?”ucap Jun Ki mengingatkan Linda yang langsung sadar dan melepaskan pelukannya sambil menatap ke sekeliling, beberapa fans Jun Ki menatap marah padanya dan beberapa kru bersuit-suit ria.
“mi...mian...”ucap Linda gugup,Linda menunduk sekali lagi,”aku berterimakasih padamu Gomawo, kamsahamnidaa...,aku pulang dulu...Gomawo, gomawo...”Linda mengucapkannya sambil berjalan mundur dan Jun Ki hilang dari pandangannya,”gomawo...”teriak Linda lalu berbalik cepat ketika dia menabrak seseorang. BRUGH...
“auu..., mian...mian..,tuan kar...aaaaaauuuuuu...”Jae Jong menjitak Linda sebelum kata-katanya selesai.
“sepertinya kau hoki tertimpa masalah ya?”ucap Jae Jong setengah mencibir. 
Linda memasang tampang sebal hingga Jae Jong tertawa,”apa yang lucu? Kau membuatku seperti badut...,aku minta maaf jika aku salah karena menabrakmu, biarkan aku pergi...”ucap Linda, namun Jae Jong menghalangi langkahnya,”ada apa lagi?”
“kau tampak lucu kau tau..., hm..., apa kau menabrak sesuatu lagi?”Jae Jong menatap kening Linda dan membelainya tepat di kening yang memerah akibat Linda menabrak pintu tadi.
“au...”pekik Linda. Jae Jong mengeluarkan pelekat lukanya dan menempelkan di kening Linda,wajah Linda bersemu merah seketika.
“lucu, dasar wanita ceroboh..”cibir Jae Jong.
“kau menganggapku wanita? Lucu...”Linda mencoba menghilangkan kegugupannya,”mengapa setiap kali aku sedang menjaga..., m maksudku sedang aish..., mengapa kau selalu ada jika aku ada...”Linda berkata gugup dan membuat Jae Jong tartawa.
“hanya kebetulan ku rasa, Jun Ki berlokasi di daerah yang sama di tempat kami akan membuat MV..., atau kita memang berjodoh?” goda Jae Jong dan makin membuat Linda salah tingkah.
“pabo...”ucap Linda berlari pergi meninggalkan Jae Jong yang masih tertawa menggoda.

Rindi melipat tangannya jengkel ketika Jong Hun menjelaskan padanya bahwa laki-laki yang menyelamatkannya adalah bodyguard yang di sewanya untuk menjaga Rindi.
“ayolah Rindi, jangan marah sayang, aku hanya ingin melindungimu...”ucap Jong Hun berusaha menjelaskan,”Nickhun sangat berpengalaman...”
“baiklah, aku hanya, Jong Hun, apa penting? Aku bukan artis tenar..., aku hanya...”Jong Hun memotong kata-kata Rindi dan menyerahkan setumpuk kertas pada Rindi,”apa ini?” tanya Rindi sambil membaca kertas-kertas itu,”The First One? Naskah drama?”pekik Rindi terkejut lalu menatap Jong Hun yang mengangguk sambil tersenyum.
“kau akan memerankan Hae Na karakter utama...”tambah Jong Hun
Rindi menatap tak percaya pada Jong Hun,”kau yang memintanya? Kau merasa kasihan padaku?”tanya Rindi setengah menyelidiki.
Jong Hun tersenyum dan mengusap rambut Rindi,”pabo..., untuk apa aku memintanya? Aku yakin pada kemampuanmu, Paman Kim memberikan peran ini setelah melihat aktingmu...”
Rindi merapikan rambutanya dan tersenyum menatap naskah di tangannya.
“lakukaan dengan baik, aku akan menjadi lawanmu..., jangan kecewakan aku...”ucap Jong Hun.
Rindi mengangguk dan tersenyum, keduanya saling betatapan Jong Hun mendekatkan wajahnya, dan keduanya berciuman.

Frans menatap gugup ke arah Si Won.
“ada apa? Kau seperti ketakutan?”tanya Hee Chul yang tiba-tiba mengagetkan Frans, hingga dia berteriak.
“argh...,, kau mengagetkanku...”kata Frans sebal.
Hee Chul tersenyum,”kau sudah 15 menit hanya berdiri di sini, kauingin mengajar atau menjadi patung pintu?”ingat Hee Chul.
Dengan wajah malu Frans Chan membawa bukunya dan duduk di hadapan Si Won yang sedang membaca majalah.
“hei...cepatlah belajar, aku tak ingin wanitaku menunggu...”ucap Hee Chul menghampiri Si Won dan merebut majalah yang di bacanya.
“lucu..”jawabSi Won singkat.
“ya..., kau yang lucu, kau apakan Frans Chan hingga dia ketakutan seperti itu...?”tuntut Hee Chul setengah bercanda.
SI Won bangkit dan tersenyum miring,”aku tak tau, itu bukan urusanku, sebaiknya jika kau tak berniat mengajariku, kau urus saja yang lain...”ucapnya pada Frans.
Frans Chan memandang kesal pada Si Won lalu berteriak, hingga Hee Chul melotot kaget, ”YA..., bisa tidak kau menghormati orang lain? Mungkin kau bosan melihatku atau bahkan tak suka kehadiranku, tapi kau adalah tanggung jawabku..., aku akan membuat nilaimu naik, setelah itu..., setelah itu aku...., jika aku tak berhasil membuat nilaimu naik maka aku akan mengundurkan diri menjadi manager kalian...”janji Frans dengan tegas.
“tu...tunggu dulu Frans, kau tak perlu...”sanggah Hee Chul.
“perlu, aku...”
Si Won berbalik dan tersenyum sinis,”baiklah, pegang kata-katamu...”
“aku akan menepatinya...”janji Frans Chan dengan penuhkeyakinan.
“Frans...”Hee Chul memandang tak percaya pada Frans.

Lina menatap gerbang besar dari mobilnya. Terdengar suara musik clasic.
“apa yang ku lakukan disini..., aku harus mencari Tsatsa...”Lina membuyarkan lamunannya namun mobil di depannya membuatnya tertahan.
Herlina keluar dari mobilnya dan menghampiri Lina,”kenapa kau tidak turun?”
“aku rasa, aku hanya akan memepermalukan diriku sendiri nanti, aku, aku harus mencari anakku...”kilah Lina.
“kau ingin melihat Hyun Jong kan?”tanya Herlina dengan serius.
Lina terdiam dan tak mampu menjawab.
“walau hanya sebentar jika kau benar-benar ingin melihat dia, aku akan membantumu...”Herlina tersenyum pada Lina yang terdiam ragu.

Tsatsa berjalan lemah disebuah taman, kakinya terasa lemas hingga dia duduk termenung. Di saat sibuk dengan fikirannya sendiri Tsatsa tidak menyadari seseorang duduk di sebelanya.
“hey kau, apakah kau memiliki koin?” Tsatsa yang tersadar mentap orang itu dan tanpa fikir panjang mengambil koin dikantongnya.
‘ambil se...semua...”ucap Tsatsa yang ketakutan.
Laki-laki itu mengambil 2 koin dan memasukkan ke dalam kantongnya,”aku hanya perlu dua koin, jangan melihatku seperti melihat penjahat...”ucapnya dengan nada agak jengkel pada tatapan Tsatsa.
“ma...maaf...”Tsatsa mengambil tasnya bergegas pergi.
“tunggu, aku tak kan mengambil Cuma-Cuma koinmu..., duduk dan dengarkan aku...”
Ucapnya dengan suara berat.
Tsatsa mulai merasa ketakutan, namun dia tak berani membantah dan duduk di sebelah laki-laki itu sambil memeluk tasnya erat.
Laki-laki itu mengambil gitar accousticnya, Tsatsa memperhatikan dengan penuh keingin tahuan. Suara merdu laki-laki itu membuat Tsatsa diam terpana.

“aku...aku merasa...”ucap Lina sungkan setelah Herlina merubah total penampilannya dan mengajaknya ke pesta.
“ssst..., diam dan berdirilah dengan tegap..”ucap Herlina sambil menarik tangan Lina ke dalam ruangan.
Lina mencoba menutupi lehernya yang terbuka dengan gaun satin sutra berwarna biru marun milik Herlina.
‘tarik nafas...”perintah Herlina, Lina menurut dan menutup matanya ketika Herlina menuntunnya ke sebuah pintu. Ruangan itu terdengar suara bising dengan obrolan dari para pembisnis terkenal, Lina membuka matanya dan memperhatikan sekelilingnya dengan sedikit jengah.
“aku...”ucap Lina yang langsung teringat dengan Tsatsa,”Herlina aku...”
“Hyung...”ucap Herlina lalu menghampiri kakaknya yang terdiam menatap Lina,”Hyung, bagaimana?”ucap Herlina sambil menarik maju Lina yang terlihat gugup.
Hyung Joon segera sadar dari keterkejutannya dan berkata,”biasa saja, seperti biasanya ahjumma, ahjumma...”cibirnya.
“cih..., kau tak menghargai karyaku Hyung?”Herlina memukul Hyung Joon pelan lalu tertawa,”Lina kau bisa berkeliling aku akan mencari Hyun Jong...”.
“Her...Herlina tunggu...”ucap Lina namun Herlina sudah menghilang di tengah kerumunan.
Hyung Joon memperhatikan Lina kemudian mendengus,”berapa banyak waktu untuk mendandani kau?”.
“bisa tidak kau tidak selalu menghinaku? Aku ingin pulang, tempat ini tak cocok denganku...”ucap Lina akan berbalik saat dia berpapasan dengan apa yang ingin dia lihat,”Hyu...Hyun...”
“Kau...m..., kau wanita di rumah Hyung semalam?”ingat Hyun Jong.
Lina gugup menatap Hyun Jong,”a...aku...,aku...”
“Lina...”ucap Saeng yang tiba-tiba datang.
“Saeng Baksanim...”pekik Lina.
“sedang apa kau sini?”ucap Saeng sambil menatap Hyun Jong,”kau mengenalnya?”
“bu...bukan aku..., saeng sendiri?”Lina malah balik bertanya.
“aku dokter pribadi Hyun, apa kau datang dengan seseorang?”tanyanya dengan sedikit menyelidik dan ada nada cemburu di dalamnya,”Hyun, kau mengenalnya?”
“tidak Baksanim, aku hanya pernah bertemu dengannya di rumah Hyung...”jawab Hyun tegas ketika seorang wanita datang menghampirinya.
“Hyun..., aku mencarimu dari tadi, ayo acara akan di mulai...”ucap wanita itu sambil bergelayut manja pada Hyun Jong.
Lina menatap marah ke arah wanita itu.
“ah kau datang nona Lina...”ucapan sinis ibu Hyun Jong membuat Lina berbalik ke belakang,”kau cukup berani bukan...,Hyun Jong, Nie Sha ayo acara pertunangan kalian akan segera di mulai..., ku rasa nona Lina adalah tamu penting acara ini...”.
Lina tak dapat berkata dan terus terdiam menahan perasaan sakitnya.
“Saeng Baksanim, ku harap kau bisa meninggalkan kami berdua...”pinta ibu Hyun Jong sambil menarik Lina ke sudut ruangan,”lihat apa yang tak kau sangka, anakku kembali padaku akhirnya, kurasa kaumengerti itu, beberapa hari lagi aku akan mengirimkan surat perceraian padamu, suka atau tidak kau harus menandatanganinya atau masa depan anak-anakmu, akan berakhir..”ancamnya,kemudian berbalik,”ah satu lagi..., jangan harap aku akan merasa kasihan, dengan mengirim anakmu kerumahku..., bagaimanapun dia aku tak akakn mengakuinya! Ingat itu...”dia  meninggalkan Lina yang terdiam tak dapat menjawab. Apa yang harus dia lakukan sekarang, ketika dalam di lema besar, acara pertunangan itu di mulai. Lina menatap tajam Hyun Jong yang menyematkan cincin pertunangan di jari Wanita lain, Yuna memegang dadanya yang mulai terasa sakit, sakit yang sangat berbeda. Lina yang tak sanggup berada di tempat itu berbalik dan berlari,dalam perasaan frustasi tanpa sengaja dia menabrak seseorang hingga wine yang di bawa orang itu tumpah ke arahnya. Lina yang tak fokus mundur dan menabrak sajian makanan yang mengenai dirinya.
Semua orang menatap Lina sambil tertawa dan mengejek.
Wanita yang dia tabrak tadi marah dan menumpahkan sisa wine ke arah Lina.Lina tak mampu berdiri dan hanya terdiam menahan malu, dengan hanya duduk di tempatnya.
Serombongan penjaga yang di panggil ibu Hyun Jong datang unuk mengusir Lina, salah seorang di antaranya menarik Lina dengan kasar.
“le...lepaskan...”ucap Lina terbata, namun para penjaga itu tak perduli dan masih menarik Lina dengan kasar.
Seseorang datang dan menggendong Lina sambil berkata,”This one’s all mine.... so,hands off,everyone!” Lina menatap Hyung Joon yang menolongnya. Kemudian keduanya meninggalkan ruangan pesta dengan tatapan semua orang mengarah pada mereka.
Saeng yang akan menolong Lina, hanya dapat terdiam dengan wajah cemburu.

TBC..........

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Yuna World 유나, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena