Chap. 12
Dhicca menuju club panah dengan langkah gontai ketika untuk ke dua kalinya dia menabrak orang yang sama dalam satu hari.
“ma…maaf…”ucap Dhicca sambil menunduk.
“matamu kau taruh di mana? Kau kira aku patung…”omel orang itu dengan jengkel,”aish…, kau tak perlu menangis kan?” katanya dengan panic ketika Dhicca meneteskan air matanya.
“tidak…, jangan khawatir aku tidak apa-apa…”ucap Dhicca lalu mengusap air matanya,”sekali lagi maafkan aku….”Dhicca menunduk lalu berlari pergi.
“Kamsahamnida Saeng Baksanim…”ucap Lina sambil menunduk hormat. Saeng membalasnya dengan senyuman.
“ini alamat rumah sakitku…”ucap Saeng sambil memberikan selembar kartu nama pada Lina yang langsung menerimanya.
“Gomawo…,benar Baksanim tidak mau mampir?”Tanya Lina meyakinkan.
Saeng menggeleng pelan,”tidak…, mungkin lain kali aku akan datang lagi…, aku harus kembali kerumah sakit…”ucapnya sambil menatap jam tangannya,”salam untuk anak-anakmu…”.
“ya Baksanim…”Lina tersenyum sambil menatap Saeng yang menaiki mobilnya, ketika tak lama kemudian Lina berseru,”Baksanim tunggu…”Lina segera berlari ke dalam tokonya lalu keluar dengan membawa setangkai bunga Lily putih,”ku harap Baksanim mau menerimanya karena sudah membayar makan siang hari ini…”ucap Lina.
“tidak usah…,aku memang ingin mentraktirmu…”kata Saeng dengan tulus. Namun Lina yang terus memaksa akhirnya mengalah dan menerima bunga itu,”kamsahamnida…”ucap Saeng kemudian.
“tentu…, gomawo untuk makan siang hari ini…”Lina melambaikan tangannya ketika mobil Saeng meninggalkan halaman rumahnya.
“kak…”ucap Rindi yang menghampiri Lina, sambil menatap kea rah mobil itu.
“kau sudah pulang?”ucap Lina terkejut.
“ya…, siapa dia? Pacar kakak?”selidik Rindi jahil.
Wajah Lina memerah,”bukan…, dia pemilik panti asuhan tempat aku dulu tinggal…”jawab Lina lalu berjalan kea rah rumahnya.
“oh…itu yang kakak sebut pahlawan?”Tanya Rindi mengikuti Lina masuk ke rumahnya.
“ya…,Bella…, kau sudah makan?”Tanya Lina saat Bella akan melangkah ke luar.
“sudah…”kata Bella singkat,”umma…, minggu depan aku ada panggilan orang tua…, kau bisa datang?”Tanya Bella datar.
“tentu…, aku akan datang…”janji Lina.
“ada acara interview dengan orang tua Bella?” Tanya Rindi sambil mengambil surat yang di pegang Bella.
“ya…, Umma…, aku akan pergi latihan…”Bella menunduk kemudian pergi sambil mendrible bola kesayangannya.
“kau tau dimana Tsatsa? Seharusnya dia sudah pulang saat ini…”ucap Lina khawatir.
“entahlah…, mungkin ada jam tambahan…”kata Rindi beralasan, kemudian membantu Lina menyiram bunga.
“kau sudah tenang?”Tanya Kim Bum, saat Tsatsa hanya terisak.
Tsatsa mengangguk pelan lalu menyeka air matanya,”Gomawo Kim Bum…”ucap Tsatsa kemudian.
Kim Bum tersenyum pada Tsatsa lalu menggenggam tangan Tsatsa,”ayo ikut aku…”
Tsatsa hanya diam dan menurut ke mana sahabatnya membawanya.
Linda terdiam, seseorang menariknya ke dalam lemari kaca di sebelahnya. Hanya hembusan nafas yang dapat Linda rasakan ketika sosok itu membekap mulutnya dan menahannya. Kedua satpam itu kemudian pergi setelah merasa tempat itu aman-aman saja.
Perlahan bekapan itu mengendur hingga Linda dapat melepaskan diri.
“h..h…h…, apa yang kau lakukan?”ucap Linda dengan suara tinggi.
Tanpa perduli orang itu mengambil jaketnya lalu berjalan meninggalkan Linda.
“heiiii…”ucap Linda dengan kesal.
“aku hanya menyelamatkanmu…, sepertinya kau buronan satpam-satpam itu…”katanya cuek.
“a…apa? A…aish….baiklah…gomawo…”ucap Linda di paksakan, namun tiba-tiba dia melangkah dan menarik ujung pakaian orang itu,”tunggu…, aku…aku…,jika kau membantuku sekali lagi aku akan sangat berterimakasih padamu…”,ucap Linda ragu.
Orang itu berbalik dan tersenyum miring,”kau…berani juga…”
Frans berlari sepanjang lorong mencari sosok Hee Chul yang menghilang dengan cepat.
“kau tau dimana Hee Chul?” Tanya Frans pada orang-orang yang ada di sepanjang lorong tanpa perduli tatapan aneh mereka.
“anio…”
Frans berlari hingga menemukan Hee Chul di ruang music sedang memainkan piano. Frans mengatur nafas sambil mendengarkan nada indah yang di mainkan Hee Chul. Sedikit ceroboh Frans membuat pintu berderak terbuka dan Hee Chul menatap kearahnya.
“eh…, em…maaf aku….”ucap Frans salah tingkah.
Hee Chul menatap tajam kea rah Frans lalu berkata,”maafkan aku…, aku memang mengganggu, aku tak akan mengganggumu lagi…”.
“aku yang seharusnya meminta maaf padamu…, aku tak bermaksud seperti itu…, aku hanya tak ingin orang lain menganggap lain hubungan kita…”kata Frans jujur.
“itu bukan masalah bagiku…, m…maksudku…aku tak pernah mempermasalahkannya…” ucap Hee Chul berpendapat.
“tapi aku iya…”sela Frans,”aku hanya tak ingin mereka menganggapku wanita yang gila harta…, tidak Hee Chul…aku hanya tak ingin pertemanan kita di nodai apapun…”Frans mematahkan kata-kata Hee Chul.
“tidak selalukan? Baiklah…aku mengerti…, aku hanya ingin kau mengingatku sebenarnya…”kata Hee Chul dengan tegas.
“mengingat?”Tanya Frans bingung.
“aku menyukaimu dari dulu…” ucap Hee Chul tiba-tiba dan membuat Frans diam tertegun,”jangan memandangiku seperti orang bodoh…”.
“aku tak mengerti maksudmu Hee Chul…, aku kesini hanya ingin meminta maaf padamu dan berterimakasih…”kata Frans dan langsung berbalik pergi namun Hee Chul menariknya.
“kau tidak mengenalku Frans Chan?” Tanya Hee Chul dengan ekspresi berbeda.
“apa maksudmu?”Tanya Frans tak mengerti,”lepaskan aku…”ucap Frans sambil meronta.
“kau sama sekali tak mengingatku? Di Tha….”kata-kata Hee Chul terpotong ketika serombongan orang datang.
“Hee Chul…, kau lama sekali…kami datang…”ucap Shin Dong salah satu partner kerja Hee Chul,”ups sepertinya kami mengganggumu…”.
“ya Shin Dong…, kau mengganggunya…”ucap Lee Teuk setengah menggoda pada Hee Chul dan Frans.
“aish…, pantas kau lama…”cibir Yesung.
Hee Chul melepas genggaman tangannya,”ada apa? Mengapa kalian ke sini?”Tanya Hee Chul heran.
“kau lupa? Hari ini kita di minta menyeleksi calon manager baru kita…”Shin Dong mengingatkan dengan penuh semangat.
“benarkah?”
“bodoh…, ayo cepat…” ucap Yesung.
“aku akan pergi…”kata Frans yang akan menyelinap pergi.
“oh ya…”Hee Chul menatap Frans lalu tersenyum, Hee Chul menarik Frans dan merangkulnya,”Dia yang akan jadi manager baru kita…”ucap Hee Chul dan membuat yang lain menatap ke arahnya.
“kau gila?”Tanya Shin Dong.
“tidak…, aku yakin…aku akan mengatakannya pada pimpinan…”ucap Hee Chul.
Frans menatap Hee Chul,”tu…tunggu…”kata Frans keras.
“ya?”
“jangan seenaknya memilih orang untuk menjadi manajer dong!”Frans memekik marah.
“selama kau tak mengingatku…, kau harus bersamaku…”paksa Hee Chul sambil tersenyum penuh arti,”bagaimana?”Tanya Hee Chul pada teman-temannya.
Lee Teuk berbicara,”jangan mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan kita dong…”protesnya.
“Tidak Lee Teuk…, bukankah kita bebas memilih?” yakin Hee Chul.
“tapi Hee Chul…, kau…”sanggah Yesung.
“aku yang akan mengatakannya…”tambah Hee chul memotong.
“tapi aku tidak mau!!!”kata Frans masih berkeras.
Tanpa perduli Hee Chul menariknya menuju mobil namun karena Frans masih saja meronta akhirnya Hee Chul mengangkat Frans di pundaknya seperti seorang penculik.
“turunkan aku!!!”teriak Frans. Sepanjang menuju mobil keduanya mendapat sorotan termasuk seorang paparazzi yang sedang mengintai.
Lotte World…, Kim Bum menarik Tsatsa ke taman bermain yang paling terkenal di kota itu.
“kenapa…”kata Tsatsa bingung.
“ikut saja…”ucap Kim Bum sambil menyerahkan karcis masuk di loket penjaga. Kim Bum membawa Tsatsa ke arena Jet coaster.
“setelah ini aku yakin kau akan merasa sedikit tenang…”katanya dengan yakin sambil tersenyum pada Tsatsa.
Tsatsa hanya diam menurut dan tanpa bertanya lagi keduanya masuk ke arena permainan.
“Kim Bum…, bukankah kau takut bermain i….niiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…..WAAAAAAAAAAAAAA….”Jet Coaster mulai berjalan sebelum sempat Tsatsa menyelesaikan kata-katanya. Tanpa di sadarinya Tsatsa berteriak sekencang mungkin sementara Kim Bum terpejam dan menggenggam erat besi pegangan.
“kau tak lihat Linda…, Joana?”Tanya Dhicca yang telah bersiap akan memanah.
“tidak…, kapten tidak mengatakan apa-apa…”kata Joana.
“Mungkin dia sedang ke tempat artis itu…”jawab Yu Gie sahabat dekat Linda.
Dhicca menatap ke arahnya,”benarkah? Ku kira….”belum sempat kata-kata Dhicca selesai seseorang datang.
“aku ingin mendaftar apakah aku terlambat?”Tanya Dong Wook.
Dhicca terkejut dan menunduk.
“tentu…, kau belum terlambat…dan kurasa kapten tidak akan keberatan…”jawab Joana cepat.
“kau bisa mencatat namamu di sana…, kau membawa teman lagi?” Tanya Yu Gie.
“tidak…, tapi kurasa nanti…”kata Dong Wook yang langsung berjalan kea rah yang di maksud.
“h…, syukurlah…”ucap Yu Gie.
“ya senior…, akhirnya…”
Sementara Dhicca terus terdiam dan mencoba untuk tidak perduli.
Selesai permainan, dengan wajah pucat pasi Kim Bum duduk di bangku taman.
“kau taka pa?”Tanya Tsatsa khawatir,”aku akan membelikanmu minum…”ucap Tsatsa cepat lalu berlari kea rah mesin penjual minuman otomatis. Langkah Tsatsa berbarengan dengan seseorang yang akan memencet tombol otomatis,”silahkan kau duluan…”kata Tsatsa mengalah.
“tidak…kau saja…”katanya sambil tersenyum. Tsatsa tertegun dan sempat terdiam sesaat hingga dia menegurnya. Setelah membeli 2 botol air mineral Tsatsa segera mundur, dan berjalan lambat.
“…”Tsatsa tersenyum dengan semburat merah muncul dari kedua pipinya.
“Kyuhyun…, kau lama sekali…”pekik seorang wanita. Tsatsa berbalik dan terdiam kecewa saat wanita itu menggandeng laki-laki yang membuat Tsatsa sempat senang.
Tsatsa segera berbalik dan mencoba melupakan lalu bergegas kembali pada Kim Bum yang terduduk lemas.
“kau bodoh…, sudah tau kau takut kau masih saja naik…”omel Tsatsa sambil menyerahkan air mineral pada Kim Bum.
“…”Kim Bum tersenyum lalu meminum airnya,”bagaimana perasaanmu?” tanyanya tak perduli.
Tsatsa terdiam lalu duduk di sebelah Kim Bum,”lumayan membaik…”katanya lalu terdiam.
“h…syukurlah…”kata Kim Bum lalu menatap langit dan membisu.
“Gomawo…”ucap Tsatsa pelan,”maafkan aku telah membentakmu kemaren…”kata Tsatsa merasa bersalah.
“bukan masalah…, yang terpenting bagiku…kau sudah kembali…”kata Kim Bum lembun dan membelai kepala Tsatsa lembut.
“aku bersalah padamu…”Tsatsa tertunduk dan tak bergeming,”sikapku buruk…, tak seharusnya aku melampiaskannya padamu…”.
“bodoh…, kau sahabatku…, kita sudah berteman sejak kecil tak masalah bagiku asal kau tak lagi menangis…”Kim Bum tersenyum pada Tsatsa dan Tsatsa membalasnya dengan senyuman pula pada sahabat baiknya itu.
“kau tak bosan?”Tanya Hong Ki di sesi latihan mereka saat itu.
“untuk?” Tanya Bella tak mengerti.
Hong Ki duduk di tengah lapangan,”setiap hari kau berlatih basket…, apa kau tak pernah merasa bosan?”tanyanya mengulang.
Bella melemparkan bola kea rah ring yang langsung melesat masuk,”tidak…, karena aku menyukai basket…”jawabnya singkat.
“kau terlalu kaku…, pantas saja tak ada lelaki yang mau mendekatimu…”cibir Hong Ki.
“kau fakir kau wanita?” Tanya Bella membalikan kata-kata Hong Ki lalu memasukkan 1 bola lagi ke ring,”aku tak perduli…, aku menyukai basket itu cukup bagiku…, tak masalah ada tidaknya laki-laki di sekelilingku…”.
Hong Ki mendesah ringan lalu bangkit,”kau memang sedikit aneh…tapi aku kagum padamu…, baiklah ayo kita bertanding…”tantang Hong Ki mengambil bola di pinggir lapangan,”kali ini aku tak akan kalah…, jika aku kalah aku akan mentraktirmu makan mie ramen…, begitu pula sebaliknya…, bagaimana?”Tanya Hong Ki dengan semangat.
“jika itu maumu…, baiklah…”ucap Bella tersenyum sinis.
“Dia temanku…”ucap laki-laki itu sambil menggenggam tangan Linda.
“Jae Jong…, kau membuatku pusing…, tadi kau menghilang dan sekarang kau membawa wanita…, aku tak mengerti dirimu…”ucap seorang wanita dengan wajah letih.
Tanpa perduli Jae Jong menarik Linda ke sebuah ruang pemotretan.
“dia yang kau cari?”Tanya Jae Jong sambil menunjuk Jun Ki yang sedang dalam sesi pemotretan.
Linda mengangguk kuat lalu menatap Jae Jong,”Kamsahamnida….,kamsahamnida…., aku sangat berterimakasih padamu…,aku tak dapat membalas dengan cara apapun…”kata Linda sambil menunduk.
Jae Jong tersenyum miring,”kau bisa membalasnya…, dengan tubuhmu…”ucapnya dengan nada mempermainkan.
Linda menyilangkan tubuhnya dan terkejut hingga mundur kebelakang dan tak sengaja menabrak pekerja kostum hingga jatuh terjengkang. Serentak yang ada di ruangan itu menatap ke arahnya termasuk Jun Ki,”argh…”kata Linda kesal lalu bangkit dan menolong pekerja itu yang sempat memarahi Linda tanpa henti,”Mianhe…Mianhe….”ucap Linda sambil membungkuk kea rah yang lain.
Jae Jong menahan tawanya,”kau memang wanita ceroboh…”ledeknya.
“semua gara-gara kau!!”ungkit Linda,”apa maksudmu tadi?”.
“tidak…, lupakan…kau butuh ku tunggu atau…”sebelum Jae Jong melanjutkan kata-katanya Jun Ki telah berada di depan Linda.
“sedang apa kau di sini?” tanyanya dengan dingin, pada Linda.
“aku…aku ingin menerima tawaranmu…”ucap Linda setengah menahan rasa jengkelnya.
“benarkah? Bukannya kau tak ingin?”ungkit Jun Ki,”Jae jong sedang apa kau di sini? Bukankah kau ada latihan?” Tanya Jun Ki yang mengalihkan pandangan pada Jae Jong.
“ya…, tadi aku hanya beristirahat dan menemukan si ceroboh ini mencari kau…”cibir Jae Jong yang langsung di tatap Linda dengan jengkel.
“hm…, aku akan mengurusnya…, kau bisa kembali…”ucap Jun Ki lalu kembali menatap Linda.
“baiklah…, sampai jumpa nona ceroboh…, jika kita bertemu lagi…, aku akan menagih janjimu…”ucap Jae Jong sambil mengusap kepala Linda cepat kemudian pergi.
“Jun Ki…, kita masih ada satu sesi lagi…”ucap sang manager yang menyusul Jun Ki dan menatap Linda,”kau…”
“baiklah…”jawab Jun Ki,”kau tunggu di sini dan jangan membuat kebodohan…”kata Junki memperingatkan.
“a…ap…ugh…arasho…”kata Linda yang kemudian hanya dapat berdiri di pojok sambil menatap jengah punggung Jun Ki dan dengan ekspresi lucu Linda menjulurkan lidahnya pada Jun Ki.
“Taemin…, mana kakakku?” Tanya Rindi dengan terburu-buru hingga tak menyadari pakaiannya yang berantakan dan seseorang yang datang tiba-tiba mencarinya,”Jo…Jong Hun…”pekik Rindi panic yang langsung berteriak dan masuk ke dalam rumah.
Jong Hun tersenyum menatap tingkah Rindi yang panic.
“silahkan duduk…, mungkin sebentar lagi dia akan keluar…”ucap Taemin sambil mengambilkan kursi bagi tamu Rindi.
“Trims…”ucapnya,”kau lama kerja disini?”tanyanya pada Taemin.
“ya senior…, bisa ku ingat aku sudah 3 tahun bekerja di sini…”ucap Taemin sambil memotong daun mawar yang mongering.
“hm…,kau tak ingin mengasah bakatmu?” Tanya Jong Hun lagi.
Taemin menggeleng,”tidak kurasa…, aku lebih suka dengan kehidupanku sekarang…”.
“sayang sekali…”ucap Jong Hun, Taemin hanya tersenyum singkat hingga Rindi datang dengan wajah merah padam.
“maaf aku tadi…”kata Rindi terbata.
“taka pa…, aku hanya ingin berkunjung…, aku lewat daerah ini dan aku ingat padamu…”kata Jong Hun jujur.
Rindi menundukkan wajahnya menyembunyikan wajah merahnya,”kau ingin mempermainkan ku?”.
Jong Hun tertawa pelan,”tidak tomat…,kau tak percaya?”
“tidak…”jawab Rindi tegas,”artis sepertimu tak mungkin akan mau datang ke tempat ini…”
“mengapa?” Tanya Jong Hun dengan wajah serius.
Rindi tak dapat menjawab dan hanya terdiam.
To Be Con...
* * *
0 komentar:
Posting Komentar