EMPAT
”LUNA........”Cyren terus berteriak berusaha menerobos, namun tak berhasil dan malah jatuh terduduk menatap ke arah kobaran api. ”Luna...”
”cyr...” Kanya berusaha nenangin sahabatnya sambil merangkul Cyrena.
”adik gw Kan..., adik gw....” tangis Cyrena.
”iya...iya Cyr....tenang ya...”Kanya mengusap punggung sahabatnya sampai seseorang berteriak kencang sekencang tong bolong yang gak ada isinya...
”woi..., dia selamat...” serentak tanpa di komando semua menatapnya.
“...” Cyren bangkit dan jalan ke arah yang di maksud. ”Luna...” panggil Cyren pelan pada Lun yang tertelungkup dengan nafas separo hidup separo bengek.
”kak....h...h...kak Cyre....n....” ucap Luna antara sadar dan takut ngedenger suara kakaknya.
”dasar konyol lo Lun..., gila...” maki Cyren dengan sayang pada adiknya sambil ngubantu Luna agar terlentang dengan benar.
”maafin...Luna kak....” kata Luna sebelum dia di angkut ke RS
”mama..., kenapa?” seru Melvina ketika mendengar teriakan sang ibu.
”mama mimpi buruk Mel...” kata Syena sambil mengelus dadanya, ”firasat mama gak enak...,gak tau kenapa...kayaknya hal buruk terjadi sama Cyrena dan Luna..., kakakmu sudah pulang Mel?” tanya Syena cepat secepat turbo ngepot karena masih ngos-ngosan.
”belum ma...., kak Cyr ma kak Luna belum pulang...” kata Melvina sambil mengelus punggung sang ibu. ”mama nggak usah khawatir Mel yakin kak Luna ma kak Cyr gak apa-apa...bentar lagi mereka pasti pulang....”yakin Melvina.
Sambil menutup ke dua wajahnya dan berusaha mencoba untuk tenang Syena berkata dengan berat, ”ya..., mudah-mudahan....”
”Mel ambilin minum ya mah....” Melvina beranjak pergi dari kamar sang ibu untuk mengambilkannya minuman, sementara Syena masih terdiam kaku menatap ke bawah ke arah selimutnya dengan seribu fikiran.
Di Rs....
”dasar gila lo Lun..., nekat...”maki Cyrena pada adiknya yang masih di bersihin luka bakar di tangan dan punggungnya.
“maaf kak..., Luna Cuma...”
“Cuma apa?” sudut Cyrenasambil menatap Luna garang segarang macan kumbang.
“cum…Cuma….aduh…sus…pelan…pelan dong….” Ringis Luna saat si suster yang mengobati lukanya gak sengaja ketekan, “Cuma hobi kak….” Aku Luna berbohong.
“hobi ngebuat badan lo penuh luka? Iya Lun??”kata Cyrena dengan sinis, tidak manis, dan….upz…kepanjangan lagi nih…
Luna Cuma diamtak menjawab sambil menahan sakit saat di obati. Selesai i perban Luna jadi keliatan kayak ikan pepes.
”gimana lo sekarang? Puas?”cerca Cyren.
”ye..., kak Cyr...adiknya baru dapat musibah kok di gituin sih...” kata Luna sambil ngelus perban di tangan kirinya.
”itu salah lo sendiri...., gw gak ngerti lo Lun..., lo itu kenapa sih suka ngebahayain diri lo sendiri kayak gitu hah?”omel Cyrena.
”maaf kak..., Luna itu....” kata Luna gugup. ”kak..., tolong jangan bilang mama ya kalo Luna...”
”nggak...., gue gak maujanji ma lo..., lo tau Lun..., gimana khawatirnya gw td hah? Lo tau nggak lo itu hampir mati Lun...”kali ini Cyren lebih gencar marahin Luna, sampe orang-orang di sekeliling menatap ke arah mereka.
”m..., ayo kak..” Luna yang malu narik kakaknya keluar rumah sakit yang telah menunggu si Kanya di dalam mobilnya. ”kak..., Luna tau Luna salah, tapi Luna mohon jangan bilang mama..., kakak tau kan kalo kita bilang mama akan kepikiran terus sama kayak mama setelah bercerai ma papa?” kali ini nada Luna bener-bener super lembut selembut kain sutra india yang membuat Cyren diam berfikir.
”Cyr...,Lun ayo...gue anter lo pada pulang....”kata Kanya dari dalam mobilnya.
Tanpa banyak bicara lagi Cyren masuk terlebih dahulu dan duduk di depan bareng Kanya sementara Luna di belakang. Perjalanan kali itu terasa sunyi sampi Cyren angkat beban, upz..., angkat suara, ”okey kali ini gw gak akan bilang ke mama tapi kalo terjadi apa-apa lagi sama lo dan lo masih ikut track itu..., gw gak mau tanggung jawab...”
”Luna tau Luna salah karena Luna sudah berbohong pada kakak..., tapi Luna gak akan berhenti dari kerajaan Luna sekarang...” yakin Luna sambil natap kakaknya penuh kenekatan dan keyakinan.
Cyren sempat menatap Luna sekilas lalu berbalik, ”terserah apa mau lo...., gw udah nggak perduli lagi ma elo...” kata Cyren dengan dinginnya sedingin es batu.
”Luna tau..., kakak nggak perlu repot-repot lagi..., aku nggak akan minta kakak untuk khawatir ma aku lagi....” Luna juga nggak kalah dinginnya kayak Cyren sampe Kanya geleng-geleng kepala sama ke dua kakak beradik itu.
Sesampainya di rumah ke duanya telah di sambut oleh Syena yang dari tadi nggak tenang dan milih nunggu ke dua anaknya di teras rumah mereka.
”Cyren..., Luna...., akhirnya kalian pulang juga..., mama khawatir..., kalian dari mana saja? Dan...dan...kenapa tangan mu itu Luna?” seru Syena kaget dengan perban di tangan Luna.
”hehehe...., ini gak sengaja mah..., kena api di rumah temen ma..., waktu Luna naek sepeda nggak sengaja kena batu terus jatoh di pembakaran sampah...hehe....”ringis Luna seperempat berbohong tapi Syena nggak percaya gitu aja.
”Luna..., kamu nggak ngebohongin mama kan?”
”ya nggak lah ma..., apa tampang Luna kayak pembohong?” kata Luna yang langsung masang tampang aneh bin ajaibnya.
Syena mendesah menyerah, ”h..., ya sudah ayo masuk....”
“huh…” Cyren menatap sinis Luna dan menduluinya masuk ke dalam rumah mereka.
* * *
Keesokan paginya . . . ,
“hay…, gue telat…”pekik Luna panik dan langsung masuk ke kamar mandi yang Melvina baru aja keluar.
”ih kakak....” sungut Melvina soanya dia hampir jatoh kesenggol Luna yang pengen cepet-cepet masuk ke kamar mandi.
”sorry..”sahut Luna dari dalam kamar mandi.
”kak Cyr..., kok kak Luna nggak di bangunin sih...?”tanya Melvina sambil ngambil jatah sarapan paginya.
”biarin aja..., toh dia dah gede...” kata Cyren dengan datar sambil minum susu strawberrynya. ”Mel..., lo pergi ke sekolah naik taksi bareng gue ato nggak?”
”loh kak Luna gimana?” tanya Melvina bingung 8 keliling.
”biarin aja..., dia bisa ngurusdirinya sendirikan?”kata Cyrena dengan cueknya. ”yuk ah ..., ntar lo telat...” kata Cyrena lalu beranjak di susul Melvina yang menatap ke kamar mandi.
”kak Luna ..., melvina duluan ya...” teriak Melvina.
”ya...” sahut Luna dari dalam kamar mandi.
Melvina yang ikut kakaknya naik angkot menatap heran pada Cyren. ”kak...kakak lagi marahan ma kak Luna ya?” tanya Melvina langsung.
”ya..., dia ngebohongin gw.., gw paling nggak suka di bohongin...” kata Cyrena dengan berapi-api sampai berkobar hebat.
”ya tapikan... nggak usah sampai ninggalin kak Luna yang lagi sakit kan kak? Dia juga kasihan..., terus gimana kak Luna ke sekolahnya kak?” tanya Melvina yang ngebuat Cyren terdiam memikirkan.
Tiba-tiba aja yang di omongin nongol di sebelah taksi mereka lagi ngepot naik sepedanya dengan tangan satu sambil ngos-ngosan.
”liat kak..., itu kak Luna....” tunjuk Melvina ke arah Luna. Cyren langsung menatap ke arah Luna dengan tatapan iba dan heran.
”kak Luna....”seru Melvina memanggil. Saat Luna nengok tiba-tiba aja oleng dan jatuh di tengah jalan so Luna yang nggak sempat menghindar mendadak diam ketika sebuah mobil hendak menabraknya.
”Luna......” teriak Cyrena.
”kakak...” Melvina nggak kalah histerisnya. Ckitzzzzzzzzzzzz........., tin...tin...
Ketika Luna membuka matanya yang tertutup menahan ngeri, dia merasa melayang dan sudah ada di dekapan seseorang.
”sorry...” kata suara itu yang dapat di kenali dari nadanya berjenis kelamin cowok.
”makanya kalau naiksepeda lagi sakit nggak usah naik sepeda dong..., nyusahin...”omel si empunya mobil.
Sementara Melvina dan Cyrena masih diam terpaku menatap ke arah Luna. Kejadian tadi membuat jalan jadi macet. Melvina dan Cyren langsung berhenti di situ setelah ngebayar angkot lalu mendekat ke arah Luna.
”kak..., kakak nggak apa-apa kan???” tanya Melvina khawatir.
”e...eh...”Luna masih keki karena masih di angkat oleh penyelamatnya, ”maaf...bisa turunkan saya?” kata Luna dengan sopan.
Si cowok langsung menurunkan Luna dan sedikit oleng ketika si cowok dengan sigap menangkapnya. ”kamu tidak apa-apa?”tanyanya dengan intonasi yang agak aneh.
”ya saya tidak apa-apa..., m...terimakasih...” ucap Luna malu lalu berjalan ke arah kakak dan adiknya yang membantu mendirikan sepedanya.
“Luna lo itu emang selalu ngebuat gw khawatir…” omel Cyren dengan penuh kasih sayang.
“maaf kak…” Luna menunduk menurut.
“wah kakak…, yang nyelametin cakep loh…” kata Melvina dengan menggoda.
“apaan sih…, ayo kita berangkat nanti kita telat gimana?” kata Luna mengalihkan pembicaraan mereka.
Cyrena mengangguk setuju dan ke tiganya berjalan bersama di ikuti dengan pandangan dari cowok yang sudah menyelamatkan Luna.
”wah...Syena...selamat ya..., kamu memang cocok sebagai kepala pelayan...” kata Hana sambil menatap sinis Riri.
”huh...”Riri langsung memalingkan wajahnya dan pergi. Tak lama Ferris datang dan mengucapkan selamat pada Syena.
”selamat ya..., ku harap kamu dapat bekerja lebih baik dari pada yang sebelumnya...” kata Ferris sambil tersenyum pada Syena.
Syena membalas senyum Ferriss dan berkata, ”terimakasih bos...”
”m...sama-sama....”
Hari itu Syena memulai hari pertama kerjanya dengan jabatan yang berbeda. Posisinya masih sama memperhatikan pelayan yang lain dan menannyakan kepuasan konsumen dengan pelayanan restoran itu.
Riri masih saja memandang tak suka kepada Syena dan malah seenaknya membentak Syena tanpa sebab, untung Ferris mengetahui kejadian sbenarnya dan menegur Riri.
Saat jam makan siang...
”untung bos tau siapa yang salah Syena..., h..., akan ku balas si Riri itu...” kata Hana dengan marahnya sambil mengepalkan tangannya.
Syena tersenyum menatap tingkah sahabatnya yang kaya monyet lagi ngamuk itu. ”sudahlah Hana aku nggak mau nyari masalah lagi...” kata Syena dengan suara super sopan dan seperempat berbisik.
Hana menatap heran pada kebaikan hati temannya itu, ”Syena..., kamu itu memang terlalu baik ya..., aku jadi khawatir tau nggak...” Hana menatap sahabatnya dengan penuh keprihatinan dan kekhawatiran.
”Hana..., aku Cuma nggak mau nambah masalah lagi kok..., aku lagi bingung dengan anak-anakku...” Jujur Syena dengan tampang sedih bin muran seperti awan mendung di sertai petir dan guntur.
”loh..., memangnya kenapa dengan anak-anakmu Syen?” tanya Hana penasaran dengan masalah temannya itu.
Syena mendesah panjang dan menerawang menatap jau ke arah jalan yang lagi polisi..., ups...polusi-polusinya itu, ”aku nggak tau kenapa tapi sepertinya anak-anakku menyembunyikan sesuatu di belakangku..., mereka entah kenapa...aku aku jadi khawatir terutama Luna..., beberapa minggu terakhir...setiap dia pulang tubuhnya babak belur..., aku nggak tau apa alasan sebenernya tapi dia selalu bilang berkelahi dengan temannya..., dia juga selalu pulang malam..., yah aku bisa memakluminya selama ini...soalnya nilainya bagus-bagus dan dia masih bisa mempertahankan rankingnya..., tapi semalam dia pulang dengan luka bakar..., aku...ngerasa aku itu....” Syena berhenti berbicara dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
”Syen..., apapun alasan anak-anakmu mereka pasti melakukannya untuk kebaikanmu atau yang lain, karena mereka nggak mau kamu khawatir..., kamu ingatkan waktu Luna bohong dia jatuh dari ayunan karena di dorong Melvina dan dia bilang kalau dia jatuh sendiri? Saat itu Luna nggak mau adiknya nangis kan? Syen..., kalo kamu masih khawatir..., kalian bisa membicarakannya bersama kan?” saran Hana dengan bijak pada sang sahabat. ”kamu tau Syen..., anak-anakmu itu anak-anak yang baik..., karena mereka mengerti kamu Syen...”
Syena diam sejenak, memikirkan kata-kata sahabatnya yang ada benernya juga, ”kamu benar Han..., aku harus bicara dengan mereka..., selama ini aku hanya sibuk bekerja..., aku bukan ibu yang baik Han...”
Hana menggelengkan kepala, ”kamu seorang ibu dan kepala rumah tangga yang baik Syena..., kamu yang terbaik...”
”terimakasih Han..., aku berhutang padamu..., makasih...” senyum cerah Syena mulai hadir kembali sambil merangkul sahabatnya itu.
”sama-sama Syen..., selama ini kamu yang selalu membantuku kan..., masalhmu juga masalahku Syena...”
”m...” angguk Syena sambil melepas pelukannya. Syena sekarang tampak lega dengan sejuta rencana yang baru aja di cangkul dan di tanam di fikirannya.
* * *
Di sekolah Luna dan Melvina yang telat dapat hukuman yaitu ngebersihin toilet. Tentu aja bareng anak-anak lain yang juga telat datang ke sekolah. Luna yang sempet-sempetnya ngejahilin Melvina akhirnya kena semprotan air keran dari Melvina.
”sialan lo Mel...” maki Luna, ”kok gw di siram sih?”
Sambil meringis Melvina berkata, ”ya maaf kak..., aku kan nggak sengaja” Melvina beralasan sambil kembali bekerja. ”lagian kakak juga ngejahilin Mel tadi...”
”gw kan Cuma bercanda Mel lagian nggak sampe kena lo kan....” kata Luna sambil meras bajunya yang basah. ”huh....”
”oi..., lo berdua niat kerja nggak sih?” omel Berty seorang murid yang Juga kena hukuman.
Luna yang merasa perkataan tadi sinis mendekat sambil melototin matanya, ”mang kenapa lo..., kok nyolot sih? Kita mau kerja ato nggak kek ya terserah kami dong...”
Dengan tampang marah Berty balas menatap Luna dengan garang, ”oh ya..., emang ini sekolah bapak lo apa? Dasar preman...”balas Berty dengan berani.
”apa lo bilang...” Luna maju namun sempat ke sandung pel lantai walhasil dia akan jatuh dan akan menimpa Berty, tapi di sebabkan tubuh Berty yang bongsor dan lebih berisi dari pada Luna dia ngedorong Luna jauh dari badannya dan itu nyebabpin Luna jatuh ke belakang punggungnya menabrak ember baru nabrak pintu kamar mandi kayak adegan matrix yang di perlambat (wah lebay).
”kak Luna...” seru Melvina, anak-anak lain yang juga lagi kena hukuman langsung kaget. Melvina langsung ngehampirin kakaknya. ”kak...kak Luna nggak apa-apa kan?”
”h...h...h...” Luna megang dadanya kayak orang bengek, wajahnya berubah menjadi seram dengan nafas masih tersengal-sengal.
”kak..., kakak kenapa? Kak...., oi...tolongin kakak gw dong....” teriak Melvina.
Anak-anak lain langsung manggil petugas UKS sekolah, Luna di angkut ke UKS sambil menahan sakitnya. Dokter Risma memeriksa tubuh Luna yang masih penuh luka-luka, sementara rasa sakit Luna nggak kunjung sembuh juga. Dan akhirnya Luna di rujuk ke rumah sakit.
Sementara si Berty sendiri dapat hukuman tambahan dari pihak sekolah dengan menskorsing selama 1 minggu, dan harus ngebiayain pengobatan Luna.
”ya..., gue nggak nyangka kalo dia gitu sih tapi seru juga…” kata Kanya di sela istirahat pergantian jadwal mata kuliah.
”ya lo emang maniak cowok..., heran gue ma elo Kan...” kata Cyrena sambil gelengin kepalanya. ”oh iya lo tau si....” Revel yang tiba-tiba datang mutus acara ngegosip Cyrena.
”ada apa Rev...” kali ini Kanya yang nannya sambil ngelirik Cyrena.
“Cyr…, katanya adik lo kecelakaan ya?” Tanya Revel langsung.
Dengan heran Cyren yang gantian bertanya, “lo tau dari mana?”
“ada deh pokoknya…, dia nggak apa-apa kan?” tanya Revel antusias.
”kenapa lo jadi perhatian ma adiknya Cyren Rev?” Kanya dengan bingung menatap ke arah Cyren yang juga keliatan bingung.
”nggak sih Cuma..., gw kasian aja ma adik lo..., kemaren waktu gue pernah ketemu ma dia di taman, dia lagi di gampar cowok....” jelas Revel menerangkan.
”siapa?” tanya Cyrena dengan cepat secepat kereta api ekspres.
Revel mengangkat bahunya, ” gw juga kurang tau Cyr..., mungkin paarnya...”
Dengan wajah tercengang Kanya berkata, ” masa iya Luna yang kayak gitu punya pacar? Wah lo kalah Cyr...” sindir Kanya.
”maksud lo..., gue juga nggak tau apa Luna punya pacar ato nggak, dia nggak pernah cerita ama gw..., tapi mungkin ini salah satu ke bo’ongan adik gw lagi....” tiba-tiba aja ponsel Cyrena berbunyi dengan cepat raut wajah Cyrena berubah terkejut seperti kesetrum listrik tegangan tinggi. ”i...iya Mel..., gw ke sana sekarang...” telpon di putus dan Cyrena menatap Kanya. ”kan tolong please anterin gw ke rumah sakit sekarang..., please...” pinta Cyrena dengan memelas.
”loh...emang kenapa Cyr?” tanya Kanya ikut panik.
”ada apa Cyr?” tanya Revel juga tak kalah cepat.
”adik gw..., adik gw masuk rumah sakit Kan..., please anterin gue...” pinta Cyrena hampir menangis.
”i...iya Cyr..., ayo...” kata Kanya ke duanya lalu beranjak akan pergi sebelum Kanya sempat berpesan pada Revel, ”Rev..., tolong izinin kita berdua ya...”
”oke...” kata Revel cepat.
Saat Cyrena yang terburu-buru berlari tak sengaja dia menabrak seseorang, ”maaf..., maaf...” kata Cyrena dengan cepat lalu meneruskan langkah cepatnya. Yang di tabrak menatap Cyrena lekat hingga hilang di parkiran.
Di Rumah Sakit, Syena dan Cyrena telah datang, dengan panik mereka Cuma bisa menatap Luna yang sedang di periksa oleh seorang dokter.
”ada apa dengan anak saya dok?”tanya Syena cepat ketika si dokter sudah memberikan obat tidur pada Luna.
”tubuh anak ibu penuh dengan memar dan luka bakar, saya kira yang membuat lukanya parah ada di bagian dadanya, di situ lukanya seperti terkena benda tumpul namun fatal..., bengkaknya memang cukup besar...” jelas si dokter sambil membaca catatan medisnya.
Syena termenung diam lalu berkata kembali, ”lalu bagaimana agar dia sembuh dok?” tanya Syena lagi dengan tampang murung dan kelabu.
”yah sementara ini..., dia harus istirahat dulu sampai luka-lukanya sembuh....” kata si dokter lalu menyerahkan selmbar resep, ”ini obatnya mohon di tebus...”
”ya dok...terimakasih....”
Setelah si dokter pergi kali ini Cyrena angkat suara sambil memandangi sang adik yang sedang tertidur pulas dengan suara ngorok nan fales, ”Lun..., maafin gw...”
”...”semua kembali terdiam sambil sibuk dengan fikiran masing-masing.
”Cyrena...,Melvina..., mama ingin bicara dengan kalian...”kata Syena dengan berwibawa. Cyrena dan Melvina duduk di sebelah ibunya.
”ada apa mah?” tanya Cyrena mendahului.
”mama ingin tanya sesuatu pada kalian....” Syena diam sejenak lalu melanjutkan bicaranya dengan intonasi perlahan dan ketukan standar, ”kalian menyembunyikan sesuatu dari mama tentang Luna?”
Keduanya terdiam tak ada yang menjawab.
”Cyr...” kata Syena sambil memandang anaknya, ”kalian tidak usah takut, mama tak akan marah pada kalian...” janji Syena sambil tersenyum.
”...”
”...”baik Cyrena maupun Melvina hanya diam membisu.
Syena menatap anaknya bergantian lalu mendesah panjang, ”baiklah jika kalian nggak mau bilang mama, mama Cuma mau tau kenapa Luna bisa sampai seperti ini...” Syena berkata dengan lirih.
Cyrena dan Melvina saling tatap lalu Cyren duluan yang buka suara, ” sebenarnya..., Luna kecelakaan waktu balap mobil...ma...” kata Cyrena dengan hati-hati.
”apa? Ba...balap mobil?” tanya Syena dengan bingung.
”iya mah..., selama ini kak Luna kerja paruh waktu di arena balap dan lokasi syuting sebagai pemeran pengganti adegan action ma...”tambah Melvina yang membuat Syena dan Cyrena tercengang kaget.
”Lu...Luna...”
”iya ma..., selama ini kak Luna penuh luka karena pekerjaannya itu ma..., maafkan Melvina ma..., kak...” ucap Melvina sambil menunuduk.
Ketiganya terus diam dantak bersuara lagi.
Luna yang sudah sadar dari masa kritisnya menatap linglung sekelilingnya. Kakak, adik serta ibunya tertidur di kursi di sebelahnya dengan posisi lumayan nggak enak.
”ma..., kak...,Mel...” ucap Luna pelan sambil menggoyang tubuh ibunya.
Otomatis Syena yang terkejut langsung bangkit dari dunia mimpinya.
”Luna..., kamu sudah sadar nak?” ucap Syena sambil mengusap kening anaknya, ”mau minum Lun?”Syena cepat-cepat mengambil sebuah aqua gelas yang langsung di minum Luna sedikit.
”mama sama kakak dan Mel..., pulang aja ma..., kasian kakak dan Mel besok mereka harus sekolah kan? Mama juga besok kerjakan?” kata Luna menyarankan.
”mama akan menjaga Luna..., mama sudah ijin dengan bos mama..., kakak dan adikmu berkeras ingin menunggu Luna bangun..., masih ada yang sakit sayang?” tanya Syena penuh kasih sayang pada Luna.
”mama..., pasti sudah tau semuanya dari kak Cyr dan Melvina...” kata Luna tiba-tiba.
”...”
”ma..., benerkan?” tanya Luna sekali lagi.
”ya..., mama tau dari mereka Luna..., jangan salahkan Cyrena dan Melvina nak karena mama yang memaksa...” aku Syena pada akhirnya.
”mama marah ma Luna?”tanya Luna lagi.
“mama akui mama cukup marah nak, tapi mama tau yang kamu lakukan untuk membantu ekonomi keluarga kita dan kamu sudah berusaha keras nak..., tapi tetap saja Luna..., mama mohon kamu berhenti melakukan pekerjaan-pekerjaan itu..., mama akan berusaha nak...”pinta Syena dengan wajah sendu.
“ma..., Luna tau pada akhirnya mama akan minta ma Luna untuk berhenti..., tapi keputusan Luna, Luna akan tetap ngejalanin apa yang Luna udah kerjain ma..., Luna nggak mau di anggap orang yang nggak bertanggung jawab ma..., jadi maafin Luna ma..., Luna nggak bisa berhenti....” putus Luna dengan yakin.
Syena meneteskan air mata dan ngebuat Luna panik X panik.
Syena mengelap air matanya dengan punggung tangannya, “mama Cuma mau anak-anak mama nggak ada yang terluka..., mama Cuma mau kalian tumbuh sebagai anak lain dengan selayaknya walaupun ayah kalian tak ada...., tapi kenapa Luna kenapa kamu selalu membuat mama khawatir nak..., kenapa? Luna tak sayang mama? Luna tak puas dengan apa yang mama berikan? Iya Luna?” tanya Syena dengan beruntun.
Luna menggeleng keras, ”nggak ma..., Luna sayang mama tapi apa yang Luna kerjakan semata-mata untuk membantu mama Luna nggak berharap yang lain, Luna Cuma mau ngeringanin beban mama...” kata Luna dengan alasannya menatap Syena dengan yakin.
”mama ngerasa ringan kalo kamu berhenti dari pekerjaanmu Luna...” kata Syena kali ini nada tegasnya keluar.
”maaf ma Luna nggak bisa...” Luna nggak kalah tegasnya sambil natap mamanya seakan ingin menebak isi kepala mamanya yang kayaknya berisi jaringan dan otak yang bekerja keras untuk membujuk anaknya supaya berhenti melakukan pekerjaannya.
”kenapa kamu sekeras kepala ini nak?” tanya Syena dengan raut frustasinya.
”maaf ma... tapi itu keputusan Luna yang sudah final...”
Syena menarik nafas dan kembali berkata, ”baik Luna kalau kamu masih keras kepala..., mualai sekarang segala sesuatu kamu tanggung sendiri..., mama nggak tau lagi mau kamu apa nak..., mama rasa kamu sudah nggak perlu mama lagi..., mama harap kamu ngerti mama nggak mau hidup dalam kekhawatiran..., masih ada Cyrena dan Melvina yang sayang mama...” ancam Syena dengan tega hingga Luna terdiam.
”maksud mama apa?” tanya Luna pelan.
”nggak ada maksud Luna..., mama hanya mau kamu berhenti tapi jika kamu masih keras kepala mama menyerah..., silahkan urus segalanya sendiri..., jangan libatkan mama dalam masalahm nak...” jelas Syena.
”mama marah sama Luna?” tanya Luna dengan tatapan sedih.
”nggak..., mama cuma mencoba untuk tidak membuat diri mama sendiri khawatir..., mama menyerah nak..., segalanya urus saja sendiri..., kau sudah bisa membiyayai hidupmu kan?”
Luna hanya diam seribu bahasa dan seribu kata.
”Luna harap mama nggak salah paham dengan maksud Luna..., Luna hanya ingin...”
”itu terserahmu sekarang..., mama tak perduli padamu Luna...” jawab Syena lalu mengambil tasnya, dan membangunkan Cyrena dan Melvina.
”ada apa ma?” tanya Melvina yang masih mengantuk.
”ayo kita pulang Mel...” kata Syena.
”loh..., gimana dengan Luna ma?” tanya Cyrena lalu menatap ke arah Luna, ”Lun..., lo dah sadar?” seru Cyrena kaget.
”ayo cepat kita pulang Cyr..., sudah malam..., Luna bisa menjaga dirinya sendiri...”kata Syena lalu berjalan ke arah pintu. ”Mel..., Cyr..., mama sudah nantuk...”
”kak..., kita pulang dulu ya?, besok Mel kesini lagi habis pulang skul..., kakak hati-hati ya...” pesan Melvina diikuti anggukan Luna yang terlihat lesu dan lunglai.
”Lun..., gw besok datang lagi..., gw nggak tau apa yang terjadi antara lo dan mama tapi gw harap itu bukan hasil dari kekeras kepalaan lo Lun...” kata Cyrena, lalu mengambil tasnya dan mengikuti mamanya keluar.
”kak..., maafin Mel..., aku nggak bisa ngejaga rahasia kakak..., Mel yang salah..., maafin aku kak...” kata Melvina serba salah.
”lo nggak perlu khawatir Mel..., lo nggak salah kok..., gw yang salah udah ngebuat mama marah..., sebaiknya lo pergi aja Mel..., mama lebih butuh lo ma kak Cyr...” ucap Luna sambil senyum sedih.
”iya kak...” angguk Melvina lalu jalan ke arah pintu, ”dah kakak..., Mel pasti balik lagi kok...” janji Melvina sebelum pergi.
Luna Cuma ngangguk kayak burung pelatuk.
Sepeninggalnya Melvina, ruangan tempat Luna terasa sunyi dan menakutkan. Luna sendiri Cuma diam dan memikirkan kata-kata mamanya tadi lalu menangis sesegukan.
Tangisan Luna ngebuat pasien yang lewat di depan kamar Luna langsung ngacir ketakutan.
”maafin Luna ma..., maaf..” tangis Luna sambil menutup matanya dengan sebelah lengan tangannya.
Luna tak menyadari seseorang yang lewat di depan kamarnya berhenti dan mengintip Luna dari celah pintu dengan tatapan sayu.
* * *
Kamis, 13 Januari 2011
“BROWN!S$ FAMILY” Special edition *POOR PRINCESS* (chap.4)~Rev
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar