Welcome to my world,Im 유나ArataJJ admin @KBPKfamily ,author &a someone who likes to fantasize.. Thank for visit ^^

Kamis, 13 Januari 2011

“NEVER SAY GOOD BYE” PART 1 ~litlle hope~

PART 1
~litlle hope~

“ku mohon jangan tinggalkan aku…, kumohon…hanya hingga dia lahir saja…” pinta seorang wanita dengan wajah memelas sambil menarik tangan seorang pria di tengah derasnya hujan.
Laki-laki itu memalingkan wajahnya dan berkata, “maafkan aku Shira…, aku arus pergi…aku tak bisa mengorbankanmu lebih dari ini…aku sangat menyayangimu…tapi aku tak ingin kau menderita…,maafkan aku…” laki-laki itu menarik tangannya dari wanita itu dan naik ke sebuah mobil mewah yang telah menunggu seorang wanita di dalamnya.
“pilihanmu tepat nak…, kau akan ibu jodohkan dengan wanita lain…, jika kau menolak, wanita itu akan ku buat lebih menderita…” kata wanita tua itu dengan senyum sinis sambil memandang wanita hamil yang tengah kehujanan itu.
Laki-laki itu menatap marah,”aku telah menuruti ibu..., dan sekarang jangan pernah mengusiknya lagi…”
“ibu berjanji Yong Hwa…, jalan…” wanita itu menyuruh supirnya menyalakan mesinnya. Wanita yang tengah kehujanan itu mencoba mengejar mobil itu sambil menggedor kuat ke arah kaca.
“jangan tinggalkan aku Yong Hwa …, ku mohon jangan tinggalkan aku…” teriaknya di tengah derasnya hujan. Laki-laki itu menatap miris kemudian berpaling. Mobil itu semakin cepat, dan wanita itu tertinggal di belakang sambil menangis dan meratap, “Yong Hwa …, jangan tinggalkan aku… Yong Hwa …, aku mencintaimu…YONG HWA…”

* * *

Chuncheon School Academy. Sekolah bermutu tinggi yang di buka untuk putra-putri orang top di dunia bisnis. Sedikit dari siswa biasa yang bisa masuk dengan jalur beasiswa (tapi biasanya hanya bertahan hingga tengah semester saja). Sementara itu seorang anak menatap kagum sekolah itu dari luar sambil menempel dekat ke pagar. Tatapan penuh harap terpancar jelas dari matanya.
”aku pasti bisa masuk ke sekolah itu...” tekadnya kuat. Tiba-tiba seorang satpam datang dan mencoba menegur anak itu.
”kau gadis miskin..., jangan menyentuh pagar itu dengan tangan kotormu mengerti...!, bahkan uangmu saja tak akan cukup untuk membersihkan pagar ini..., sana kau pergi...” usir satpam itu dan menarik anak perempuan itu hingga terjatuh.
”au..., paman kasar sekali..., hanya karena paman satpam sekolah ini paman seenaknya saja..., lihat saja jika aku bisa membeli sekolah ini...paman akan ku pecat...” kata gadis itu sambil mengelus bokongnya. Satpam itu tertawa mendengar pernyataan gadis itu.
Satpam itu lalu berkata sinis, ”jika itu benar terjadi..., aku akan langsung menyembahmu.., tapi ku rasa itu akan terjadi sejuta tahun lagi...hahahahahahha...” satpam itu tertawa keras hingga perut besarnya bergoyang.
Gadis itu bangkit dan menatap tajam satpam itu,”paman harus menepati janji paman...,jika aku datang dengan pakaian sekolah ini dan berhasil masuk ke dalam..., paman harus mengakuiku..., aku memang miskin...tapi aku akan berusaha membalikkan kata-kata paman...”dengan senyum separohnya gadis itu jalan dan mengambil plastik botol bekasnya yang sempat terjatuh. ”ah ya paman sebaiknya kau diet..., kau terlalu gemuk dan pendek...”
Wajah satpam itu berubah menjadi merah padam, dia mengambil sebuah tongkat baseball dan mengejar gadis itu yang telah berlari jauh.

Gadis lusuh itu tertawa keras dan masuk ke sebuah gang sempit di pinggir kota. Dia kemudian masuk di sebuah kedai mie kecil.
”aku tak ingin mendengar kau membuat marah orang lain lagi Linda...” ucap seorang wanita.
Gadis yang bernama Linda itu masih tertawa lalu mengangguk, ” ya Frans aku telah membuat masalah di sekolah elit itu..., kau tau satpam gendut itu lari seperti bebek...”
Frans menggeleng heran lalu menyediakan semangkuk mie ramen panas, ” aku tau kau belum makan dari semalam..., makanlah...”. Linda lansung memakannya dengan lahap hingga tak tersisa sedikitpun. ”ternyata benar bibimu parah sekali...”
”entahlah mengapa dia sangat membenciku..., sejak paman meninggal dia semakin ketat memarahiku..., bahkan untuk berbicara pada Rindi saja aku tak bisa..., tapi aku memang tak ingin berbicara dengannya...” Linda mengangkat bahu menceritakan dengan santai tentang kehidupannya. Frans memperhatikan lengan Linda yang penuh luka dan memar.
”kau benar-benar tak apa Linda?” tanya Frans, dia kemudian mengambil kotak P3K dan mengobati luka-luka Linda, ”kenapa kau tak melawan Lin? Bibimu memang keterlaluan..., jika perlu kau tinggal di sini saja...” saran Frans sambil mengomel.
Linda tertawa kecil lalu memandang ke luar, ” aku tak bisa Frans..., kau tau paman sudah terlalu baik mau menampungku dari aku kecil..., aku harus membalas kebaikan paman”
”dengan membiarkan bibimu memukulmu setiap hari?” potong Frans, ”kau tau Linda..., kau bisa bebas jika kau ingin..., tinggalkan rumah itu...”Frans menempelkan perekat luka di lengan Linda.
”kau benar, tapi kau tau Frans aku bermimpi bertemu ibuku..., beliau mengatakan belum saatnya..., aku yakin kata-kata ibuku itu benar...” kata Linda dengan penuh kepercayaan dan mata berbinar.
Frans mendesah menyerah lalu tersenyum,”aku mengerti...,aku akan mendukung keputusanmu...dasar keras kepala...”.
”kau sahabat dan kakak terbaikku Frans...” kata Linda dengan senyum lebarnya, Frans hanya mengacak rambut Linda dan kemudian pergi kebelakang setelah membereskan barangnya,”sebaiknya aku pulang sebelum nenek sihir itu mulai berseriosa padaku...”
”ya..., kau benar..., ku mohon untuk berhati-hati Linda...” pesan Frans pada Linda yang hanya melambaikan tangan kemudian pergi dengan cepat.

Linda berhenti di sebuah gerbang tua yang mulai rusak. Dia menyimpan sesuatu di sepatu tuanya yang mulai sobek lalu mulai membuka pintu pagar dengan hati-hati.
Seorang wanita setengah baya yang sedang menyapu halaman menatap kedatangan Linda dengan tatapan sinis,”jika kau tak menghasilkan lebih banyak dari pada kemarin malam ini kau tak akan makan lagi...”,wanita itu mendekati Linda yang langsung menyerahkan beberapa lembar uang,”hanya ini?” tatapannya tajam pada Linda.
“ya bi..., ha...hanya itu..., sungguh...”
“kau bohong..., kau telah memakai uangnya kan? Kau makan di kedai itu..., iyakan?”selidik sang bibi sambil membalik lengan Linda yang di beri pelester luka,”dan kau menghamburkan uang untuk ini...” si bibi menarik pelester itu hingga Linda menjerit dengan keras.
“au..., sungguh bi..., hanya itu yang ku dapat hari ini..., aku tak pernah menggunakannya sedikitpun...” Linda mengakui dengan tatapan penuh ketakutan. Sang bibi mengambil sapunya dan mulai memeriksa setiap jengkal tubuh Linda dengan tarikan kasar, “bi kumohon sudah...,bi sakit...au...”rintih Linda ketika sang bibi mencubit lengannya.
Dengan tatapan mengerikan sang bibi menarik lengan Linda dan menariknya hingga ke dalam rumah,”aku tak suka pada anak pembohong..., kau memang pembawa sial...masuk kau ke dalam...”teriak wanita tua itu dengan sadisnya memasukkan Luna ke ruangan sempit tempat menyimpan barang-barang.
“bibi..., aku tak berbohong..., tolong maafkan aku..., sungguh aku hanya dapat segitu...bibi...bi...”teriak Linda yang tak di gubris sama sekali oleh wanita itu yang langsung mengunci tempat itu. “bi...buka....”
Hingga malam Luna terus berada di dalam tempat itu tanpa di beri sedikitpun makanan, langit kelihatan semakin gelap saat petir tiba-tiba menyambar. Linda menutup kedua telinganya dan duduk di sudut kamar dengan tubuh gemetaran.

* * *

“bangun..., sudah waktunya kau bekerja...”teriak bibi tua itu pada Linda yang bengun dengan tersentak kaget.
“bi...bibi...”Linda bangun dengan wajah sayu. Tanpa buang waktu sang bibi langsung menarik Linda bangun dan menyeretnya keluar.
“jika kau tak datang dengan hasil yang banyak dari pada kemarin kau tak usah pulang...” sang bibi kemudian melemparkan biola tua milik Linda. Jika kau sudah selesai mengantar pulang kau mengamen seperti yang mereka lakukan...” perintahnya lagi. Sesaat dari dalam rumah terlihat Rindi menatapnya dengan sinis.
“bi..., ka...kapan aku boleh se...sekolah seperti Rindi?”tanya Linda dengan gemetar.
”apa sekolah?” cibir sang bibi,”bahkan memakai seragamnya pun kau tak pantas..., kau hanya pantas membayar utang dari apa yang suamiku berikan padamu..., ku sekolahkan hingga kelas dua sma saja kau harus sudah harus bersyukur..., mengerti...”
”...” Linda hanya diam menunduk lalu bangkit mengambil biolanya.
”sana cepat bekerja..., aku tak mau mendapat hasil yang sedikit mengerti...”.
Tanpa banyak membantah lagi Linda pergi. Langkahnya lunglai dan terduduk di depan pagar rumahnya sambil menangis sedih. Linda mengikat biolanya dengan seutas tali hitam lalu menggunakan nya seperti tas ransel dan berjalan ke arah kedai lagi.
”Linda..., kenapa wajahmu pucat?” tanya Frans yang sedang menyapu halaman kedainya.
”aku tak apa-apa...,Frans aku pinjam sepeda lagi...”
”baiklah tapi...”
Linda pergi tanpa sempat mendengar apa kata Frans yang benar-benar khawatir padanya. Dia mengarahkan sepedanya ke arah agen koran dan mengambil jatah korannya.
”sepertinya kau kurang sehat Linda...” sapa Minki, teman loper koran Linda.
Linda menggeleng,”aku tak apa..., hanya sedikit kurang tidur...” Linda mengambil jatah korannya dan kemudian mulai berkeliling sesuai daftar pelanggan. Linda berhenti di sebuah toko susu dan mengambil beberapa pak botol susu dan mulai mengantarkan pada para pelanggan. Linda mengantarkan jatah koran dan sekeranjang botol susu di sebuah daerah luas dengan ditutupi oleh pagar yang sangat tinggi. Linda sempat kebingungan dan mencari celah untuk memasukan koran dan sekeranjang susu itu.
”permisi nyonya..., aku mengantarkan koran dan sekeranjang susu segar...” ucap Linda di sebuah monitor kecil untuk mengecek tamu. Tiba-tiba pintu terbuka dan sebuah suara menyuruhnya masuk ke dalam. ”permisi...”kata Linda takut-takut lalu masuk ke dalam. Linda terpekik kecil ketika melihat halaman yang sangat luas dan super indah itu. Linda terus jalan dan terkejut ketika melihat seorang bapak-bapak terjatuh di tepi kolam yang di desain seperti danau itu.
”tuan tak apa?”tanya Linda sambil membantu bapak itu berdiri.
”ya..., aku tak apa nak...hanya kurang hati-hati...”jawab bapak itu lalu menatap Linda. ”nyonya Shira...”
”ng? Bapak mengatakan sesuatu?”
”oh...m...tidak...” bapak itu kemudian menatap biola di belakang punggung Linda,”kau bisa bermain biola nak?”.
”saya...bisa pak...tapi tidak terlalu jago...”kata Linda malu-malu.
”kau tidak sekolah nak?”tanya orang tua itu lagi.
”tidak..., saya tidak mempunyai biaya...,saya bekerja saja untuk membalas budi keluarga yang telah membesarkan saya...” aku Linda. Tali biolanya lepas dan hampir jatuh ketika bapak itu sempat menangkapnya. ”terimakasih...”
Bapak itu memperhatikan biola itu dan tertegun.
“ada apa dengan biola saya?” tanya Linda bingung,”bisa saya ambil kembali biola saya?”
Bapak itu menyerahkan kembali biola Linda sambil tersenyum,”maaf nak…, hanya mengingat sesuatu…, kalau boleh saya tau kau tinggal di mana?”
Linda merasa curiga dan memandang aneh orang itu,”eh…m…pak saya harus pergi…maaf mengganggu anda…”Linda meletakkan koran dan keranjang susu itu di dekat sebuah pos penjaga. Kemudian Linda pergi diikuti tatapan bapak itu.

Setelah mengambil honornya siang itu Linda langsung pergi ke arah taman. Dia memegang kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Setelah duduk sebentar Linda kemudian mengambil biolanya dan mulai mengalunkan sebuah lagu. Orang-orang mulai berkumpul dan menikmati musiknya,beberapa recehan berbunyi keras kala orang-orang melemparkannya ke sebuah kaleng yang telah di sediakan Linda. Cukup sore Linda menghentikan permainannya dan mulai menghitung penghasilannya saat itu.
“maaf bi…, tapi aku benar-benar ingin sekolah…”kata Linda menyimpan beberapa lembar uang dan menyimpannya di sepatunya. Linda berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain, setiap dia berpindah dia menyisikan sebagian dan menyimpannya di tempat yang sama. Begitu malam datang, Linda duduk di sebuah taman. Linda merapatkan jaket tuanya dan menggil kedinginan sambil menatap sayu orang-orang yang lewat.
Saat dia memutuskan akan pulang tiba-tiba ada seseorang yang tak sengaja menabraknya hingga Linda terjatuh.
“hei…”teriak Linda marah di antara kesadarannya yang semakin tipis.
Yang menabraknya sempat berpaling namun kembali tak perduli dan melanjutkan perjalanan.
”HEIIII.....”teriak Linda sambil melempar kaleng miliknya. Dan walla..., alhasil kenalah kepala orang itu yang langsung berbalik dengan marah pada Linda.
”kau...”
Belum sempat orang itu marah Linda malah tak sadarkan diri...

* * *

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Yuna World 유나, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena